Berlabuh di Kota Payakumbuh
Trip Minangkabau Part 2. Setelah sampai di Padang dan mengunjungi Masjid Raya Sumatera Barat, Pantai Air Manis dan merasakan makanan khas Minang yang bener-bener nendang, saya dan rombongan pun bertolak menuju Kota Payakumbuh.
Perjalanan dari Padang ke Payakumbuh berjarak sekitar 120 km dan butuh waktu hampir 5 jam diselingi rehat makan malam. Perjalanan ini melewati Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang Panjang dan Kota Bukittinggi.
Dimana sepanjang perjalanan banyak ditemui pemukiman dan juga hutan dengan jalan mendaki. Meski, sayangnya tidak semua bisa saya nikmati pemandangan ini. Karena gelapnya malam telah mengiringi perjalanan.
Dimana sepanjang perjalanan banyak ditemui pemukiman dan juga hutan dengan jalan mendaki. Meski, sayangnya tidak semua bisa saya nikmati pemandangan ini. Karena gelapnya malam telah mengiringi perjalanan.
Dan, setelah berhenti sebentar untuk membeli telor asin di deretan penjual di kawasan Sicincin juga makan malam di Lembah Anai, kami pun sampai di Kota Payakumbuh pada pukul 8 malam.
Di sini rombongan terpisah menjadi dua, yang empat orang langsung menuju Wisma Flamboyan, sedangkan tiga orang lagi menginap di rumah saudaranya tak jauh dari situ.
Wisma Flamboyan yang saya dan tiga teman lainnya inapi ini, lokasinya strategis sekali. Karena hanya berjarak beberapa ratus meter saja dari pusat kota. Juga, di sekitarnya terdapat warung makan, kafe, apotik, pasar dan pusat kuliner setempat yang membuat kita mau cari apa-apa dekat.
Meski, bukan kelas hotel berbintang tapi wisma ini cukup nyaman, bersih pun menyediakan sarapan. Ini penting karena sebelum jalan-jalan, musti utamakan sarapan ..iye kan?😀
Di bagian depan Wisma tersedia parkiran kendaraan. Cukuplah untuk beberapa mobil . Di sini saya melihat mobil plat luar Sumbar mendominasi. Maklum saja, saya dan rombongan perginya menjelang libur nasional Tahun Baru Hijriyah, sehingga berbarengan wisatawan dari propinsi lainnya yang datang juga untuk berwisata.
Memasuki wisma akan ada lobby sederhana tempat berbincang, meja petugas kantor depan, ruang makan untuk tempat sarapan juga toilet dan musola.
Di dinding lobby ada terpampang lukisan beraneka destinasi wisata di sekitar Kota Payakumbuh yang bisa dikunjungi oleh wisatawan.
Ada pula rak kaca yang berisi barang jualan pemilik wisma untuk tamu yang menginginkan kopi, tisu, teh dan lainnya.
Oh ya, ruangan yang kami pesan adalah tipe Family Room dengan dua kamar tidur ukuran dobel dan satu kamar mandi. Kamar tidur ini cukup besar, muat untuk dua orang dewasa. Spreinya bersih dan wangi juga tersedia selimut melengkapi. Ini penting, karena saat pagi udara Payakumbuh cukup dingin mengingat letaknya di wilayah perbukitan yang merupakan bagian dari Bukit Barisan, di ketinggian sekitar 500 meter dari permukaan laut.
Kamar ini terletak di lantai dua dengan akses tangga untuk mencapainya. Syukurnya petugas wisma dengan ramah membantu saat kami menaikkan dan menurunkan barang. Karena bawaan kami berat sodaraaa..hahaha
Ya, meski judulnya backpacker..teteup yang dibawa koper...Dan, waktu berangkat ke Padang cuma satu, pulang ke Jakarta beranak dan bercucu kwkwkwk.
Kemudian tentang fasilitas kamarnya diantaranya: AC, TV, meja kursi, pemanas air, kopi/teh dan sabun/sampo/odol/sikat gigi. Pokoknya untuk ukuran wisma lengkap dah...
Nah, untuk air mandi, enggak ada fasilitas air panas yaaa..Jadi setelah bangun tidur lebih baik ngopi atau ngeteh dulu di situ, baru deh mandi...
Karena airnya tuh pemirsahhhh...duingiiin! Tapi saya pilih langsung mandi sih baru ngeteh, jadi sekalian kedinginan hihihi...Segeeer kok!
Maka, saat tiba di wisma, karena capek perjalanan sejak Subuh dari rumah di Jakarta - dua teman berangkat dari Lampung, saya dan rombongan pun pulas mimpi indah tentang Payakumbuh. Kota yang dilalui oleh tiga sungai, yaitu Batang Agam, Batang Lampasi, dan Batang Sinama dan berada di kaki Gunung Sago ini.
Wisma Flamboyant Payakumbuh |
Memasuki wisma akan ada lobby sederhana tempat berbincang, meja petugas kantor depan, ruang makan untuk tempat sarapan juga toilet dan musola.
Di dinding lobby ada terpampang lukisan beraneka destinasi wisata di sekitar Kota Payakumbuh yang bisa dikunjungi oleh wisatawan.
Ada pula rak kaca yang berisi barang jualan pemilik wisma untuk tamu yang menginginkan kopi, tisu, teh dan lainnya.
petugas penerima tamu |
ruang tamu di lobby |
dinding lobby |
Kamar ini terletak di lantai dua dengan akses tangga untuk mencapainya. Syukurnya petugas wisma dengan ramah membantu saat kami menaikkan dan menurunkan barang. Karena bawaan kami berat sodaraaa..hahaha
Ya, meski judulnya backpacker..teteup yang dibawa koper...Dan, waktu berangkat ke Padang cuma satu, pulang ke Jakarta beranak dan bercucu kwkwkwk.
kasur ukuran dobel |
Nah, untuk air mandi, enggak ada fasilitas air panas yaaa..Jadi setelah bangun tidur lebih baik ngopi atau ngeteh dulu di situ, baru deh mandi...
Karena airnya tuh pemirsahhhh...duingiiin! Tapi saya pilih langsung mandi sih baru ngeteh, jadi sekalian kedinginan hihihi...Segeeer kok!
Maka, saat tiba di wisma, karena capek perjalanan sejak Subuh dari rumah di Jakarta - dua teman berangkat dari Lampung, saya dan rombongan pun pulas mimpi indah tentang Payakumbuh. Kota yang dilalui oleh tiga sungai, yaitu Batang Agam, Batang Lampasi, dan Batang Sinama dan berada di kaki Gunung Sago ini.
roti bakar dan ketupat sayur |
kopi dan teh |
Dan paginya....sarapan tersedia mulai pukul 7 pagi, siap untuk dinikmati. Ada dua menu utama, roti bakar dengan pilihan selai. Atau ketupat sayur yang rasanya jangan ditanya...sedapnyaaaa!
Ada pelengkap kerupuk dan bakwan yang tak kalah nikmatnya. Juga teh dan kopi lokal yang saya tentu enggak mau ketinggalan coba.
Waktu itu benar-benar sudah mikir, ini baru hari kedua..makanan enak semua begini, gimana pulang ke Jakarta nanti ...Timbangan bakal geser parah ke kanan dah hahaha.
Ah, sudahlah, enyahkan pikiran, syukuri nikmat Tuhan...dan yuks makan!
ruang makan |
Sarapan sudah...Alhamdulillah!
Siyaaap sudah untuk perjalanan hari kedua di Ranah Minang.
Intinerary hari itu pertama menuju ke Lembah Harau. Sebelumnya saya dan rombongan akan singgah dulu di jembatan layang Kelok Sembilan yang termasyhur itu.
Dan...diiringi sejuknya pagi bertolaklah kami!
Perjalanan menuju Kelok Sembilan akan melewati hamparan perbukitan yang hijau dengan jurang di sisi.
Indah sekali...
Indah sekali...
Kelok Sembilan ini sejatinya adalah ruas jalan berkelok yang terletak sekitar 30 km sebelah timur dari Kota Payakumbuh menuju Provinsi Riau. Jalannya membentang sepanjang 300 meter di Jorong Aie Putiah, Nagari Sarilamak, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota dan merupakan bagian dari ruas jalan penghubung Lintas Tengah Sumatera dan Pantai Timur Sumatera.
Jalan ini memiliki tikungan yang tajam dan lebar sekitar 5 meter, berbatasan dengan jurang, dan diapit oleh dua perbukitan di antara dua cagar alam: Cagar Alam Air Putih dan Cagar Alam Harau.
Nah, untuk mempermudah akses di sekitar wilayah, akhirnya pemerintah membangun jembatan layang sepanjang 2,5 km. Jembatan ini membentang meliuk-liuk menyusuri dua dinding bukit terjal dengan tinggi tiang beton bervariasi mencapai 58 meter. Dan, jembatan ini diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Oktober 2013 serta resmi beroperasi sejak itu.
Dan..jembatan layang ini mengagumkan sekali!!
Saya lansir dari Wikipedia, pembangunan jembatan layang Kelok 9 mulai dilakukan pada 2003. Pengerjaannya ditangani dalam dua tahapan pembangunan. Panjang keseluruhan jembatan dan jalan yang dibangun adalah 2.537 meter, terdiri dari enam jembatan dengan panjang 959 meter dan jalan penghubung sepanjang 1.537 meter.
Jembatan Layang Kelok 9 terdiri dari enam jembatan dan memiliki ruas jalan selebar 12,5 meter. Bentang jembatan pertama memiliki panjang 20 meter, bentang kedua 230 meter, dan bentang ketiga 65 meter.
Bentang keempat memiliki panjang 462 meter. Bentang jembatan keempat merupakan jembatan jenis pelengkung beton dengan fondasibore pile sedalam 20 meter untuk menahan berat jembatan dan gaya horizontal gempa. Bentang jembatan kelima memiliki panjang 31 meter dan bentang keenam 156 meter.
Dan..jembatan layang ini mengagumkan sekali!!
Saya lansir dari Wikipedia, pembangunan jembatan layang Kelok 9 mulai dilakukan pada 2003. Pengerjaannya ditangani dalam dua tahapan pembangunan. Panjang keseluruhan jembatan dan jalan yang dibangun adalah 2.537 meter, terdiri dari enam jembatan dengan panjang 959 meter dan jalan penghubung sepanjang 1.537 meter.
Jembatan Layang Kelok 9 terdiri dari enam jembatan dan memiliki ruas jalan selebar 12,5 meter. Bentang jembatan pertama memiliki panjang 20 meter, bentang kedua 230 meter, dan bentang ketiga 65 meter.
Bentang keempat memiliki panjang 462 meter. Bentang jembatan keempat merupakan jembatan jenis pelengkung beton dengan fondasibore pile sedalam 20 meter untuk menahan berat jembatan dan gaya horizontal gempa. Bentang jembatan kelima memiliki panjang 31 meter dan bentang keenam 156 meter.
Dan, berlatar belakang jembatan inilah pengunjung bisa berfoto di sebuah sisi jalan yang dipenuhi deretan penjual makanan. Ada jagung dan pisang bakar, mi instan juga kopi dan teh tersedia untuk menghangatkan badan.
Pun ada pemotretan sekali jadi yang ongkosnya murah sekali...10 ribu per lembarnya.
Jadilah saya dan rombongan puas mengambil gambar berpose dari kiri kanan depan dan belakang hihihi
Hanya sayangnya, ada pengunjung yang tidak mengindahkan peringatan dari pihak berwenang. Mereka berfoto tepat di sisi jembatan layang yang sungguh membahayakan baik bagi diri maupun pengendara lainnya.
Padahal sudah ada pengumuman besar di papan dan spanduk yang ada...
Hhhhh!! Enggak mau atau enggak bisa baca ya!😓
Hanya sayangnya, ada pengunjung yang tidak mengindahkan peringatan dari pihak berwenang. Mereka berfoto tepat di sisi jembatan layang yang sungguh membahayakan baik bagi diri maupun pengendara lainnya.
Padahal sudah ada pengumuman besar di papan dan spanduk yang ada...
Hhhhh!! Enggak mau atau enggak bisa baca ya!😓
Sate Malin |
Tak lupa di sini, kami memesan kopi dan teh juga jagung-pisang bakar serta menikmati Sate Malin yang tadi dipesan lewat sopir dari pasar Payakumbuh.
Ampuuun...sepagi itu sudah dua kali makan enak saya...Benar-benar!! Doa saya sederhana, semoga perutnya enggak kaget ajaa...mengingat masakan Minang yang dominan pedasnya.
Jadi doanya: baik-baik peruuut yaaa...hahaha
Jadi doanya: baik-baik peruuut yaaa...hahaha
Hanya sayang sekali warung-warung ini kurang tertata...Juga baik pemilik maupun pengunjungnya kurang menjaga kebersihan area. Jadilah...teronggok di sana-sini sampah!
Hiks...
Hiks...
Nah, berhubung sudah kenyang dan kelar pepotoan..apalagi datanglah tiba-tiba hujan, saya dan rombongan pun melanjutkan perjalanan menuju Lambah Harau.
Ada apa di Lembah Harau? Makan apa lagi saya ? hahaha
Sila lanjut ke episode Trip Minangkabau berikutnyaaa ..
Info Wisata:
Tarif Wisma Flamboyant 400 ribu/kamar (dibagi berempat @100 ribu)
Sate Malin 20 ribu
Kopi/teh 4 ribu
Jagung bakar/pisang bakar 6 ribu
Sila lanjut ke episode Trip Minangkabau berikutnyaaa ..
Info Wisata:
Tarif Wisma Flamboyant 400 ribu/kamar (dibagi berempat @100 ribu)
Sate Malin 20 ribu
Kopi/teh 4 ribu
Jagung bakar/pisang bakar 6 ribu
Happy Traveling - Happy Sharing
Dian Restu Agustina
Kira² tahun 2009 pernah ke Lembah Harau, jalan² sama teman. Nah, saya masih belum terbayang, kelok sembilan mananya Lembah Harau ya?
BalasHapusMusti napak tilas niiih sepertinya...
Dari Payakumbuh menuju arah Pekanbaru Mbak..
HapusSeru ya tripnya, terakhir ngelewatin kelok sembilan waktu aku masih sd... Penginapannya bersih pula, pengen kesana jadinya
BalasHapuske sana lagi Mbak :)
HapusWahhh keren..Saya pengen ke Kelok Sembilan tapi kapan ya bisanya? Cuma bisa baca dan lihat2 foto teman-teman. Semoga disegerakan ya impian saya ke Kelok Sembilan, Aamiin.
BalasHapusAamiin
HapusAseekk. Seru banget sihh. Kapan yaa aku bisa ke sana. Hehe
BalasHapusSemoga Mbak:)
HapusAw aw aw ... Pemandangannya cantik, makanan enak-enak, udara dingin, duh ini beneran dijadiin panduan nih kalau suatu saat main ke Sumatera Barat.
BalasHapusiya paduan sempurna nih..yuk kapan ke sini
HapusJadi ini lengkapnya ya, Teh..he
BalasHapusKemarin lihat di instagram aja soalnya :D
Baca baca eh nemu foto sate, jadi pengen dan penasaran sama rasanya, Teh.
Semoga kedepan warung-warung di sekitar bisa lebih tertata dan terjaga juga kebersihan lingkungannya.
Terjangkau lah kalau 400k untuk 4 orang mah ya, Teh.
Wah bunda Diannnnn baca tulisannya jadi membuatku rindu dengan kampung halamannya dan tempatku di lahirkan. Walau akhirnya besar di bandung dan jadi cinta bandung. Tapi tetap aja padang selalu di hati hihihi
BalasHapusSate Malin itu Sate Padang ya bun? Ih seruu banget traveling terusss kangen. btw, itu penginapan murah ya harganya hihi. Makasih mba sharingnya
BalasHapusSering dengar dan baca. Tp blm kesampaikan ke sana. Mudah-mudahan dpt kesempatan mengunjunginya
BalasHapusSeruuuuu ... tapi kok ngeri kalo bayangin lewat jembatan itu, takut ketinggian. Ngiler sama makanannya hahaha
BalasHapusWah kelok 9! Keren uy, saya pernah bikin artikel tentang tenpat yang satu ini tapi belum pernah ke sana hehehe. Asik banget mba Dian halan-halannya... ditunggu episode berikutnya yes.
BalasHapusAsyiiknya jalan2 ke padang, berasa ikut dlm tour ini membaca ceritanya. Indah sekali sekarang padang ya...
BalasHapusKalo udah menjejak di tanah minang, sungguh rugi kalau ga nikmati kuliner aslinya mbaaaak. Beruntungnya dirimu, mata puaaaas, perut kenyang. Nikmat mana lagi yg mau didustakan. Hihihi
BalasHapusWah enak ya dapet penginapan di tengah kota, mau bli2 juga dekat ya mba. Ternyata Payakumbuh dingin ya mba, airnya. Aku pengen deh ikut pepotoan di Kelok sembilan. MashaAllah sambil berdoa. :)
BalasHapusWah, asik mba. Saya beberapa hari kemaren juga sempat ke kelok 9 apalagi kalau sore...
BalasHapusMau banget ini jalan-jalan ke kelok 9, kapan daku bisa ke sana, doain yah mbak dian 😊
BalasHapusAsyik dan seruu banget. Aku pernah ke Payakumbuh mba tapi ngga tahu ada wisata nya juga. Ke sana waktu itu dlm rangka Business Trip
BalasHapusMasya Allah itu jembatan nya ko jadi kya jalan an mobil tamiya yah hehehe Kelok kelok nya tajam banget ngeri
BalasHapusKelok 9 memanh hits banget ya mbak, duh kapan ya bisa ke sana. Tapi sayang banget ya penjaga warung dan pengunjung masih membuang sampah sembarangan.
BalasHapusSerunya!! Dan yakin deh klo jalan-jalan ke sumatra barat gak ada satu pun makanan yang gak enak hehehhee
BalasHapusItu jembatan layangnya waoe banget mbak Dian. Serius deh, aku cuman bisa terkagum-kagum sampe mangap
BalasHapuswidih... 400rb bisa buat ber-empat ya.. jd semakin penasaran sama Payakumbuh, kapan ya punya kesempatan bisa berkunjung kesana? hehehe
BalasHapusWaaah tempat hits yaa mba ini. Btw penasaran sama sate malin, semacam sate padang kah?
BalasHapusAku pun suka terkagum-kaguma kalau liat jembatan kelok 9 di foto orang-orang dan inginnya moto sendiri, ini sih kode minta liburan. Hahahahaaa
BalasHapusSeru banget ya mbak jalan jalannya.mbam sudah pernah melewati jembatan kelok itu? Nampak dari jauh kayak trek rollercoaster hihi
BalasHapusAsiknya ngetrip, saya pernah kesana tapi udah lama banget wkt study banding ke Universitas Padang mbak. Sayangnya jaman saya dulu belum punya hp kamera buat foto2 😓😁
BalasHapusMau dong kpn2 diajak kesana 😊