Reuni dan Rasa Percaya Diri
Reuni dan Rasa Percaya Diri.....Satu waktu saya mendapatkan pesan singkat dari kakak kelas SMA yang meminta untuk ikut menulis di majalah sekolah kami, Warta Alumni SMA Negeri 1 Kediri.
Mbak Indah, si pengirim pesan, sebelumnya memang sudah berteman dengan saya di jejaring Facebook. Sehingga tahu sepak terjang saya di dunia kepenulisan - maksudnya sering baca tjurhatan saya yang panjaaaang ..😀
Nah, saya yang sebelumnya tidak tahu menahu tentang keberadaan majalah itu pertama juga bingung, mau nulis apa. Apalagi si Mbak-nya juga pasrah saja tema apa yang musti saya tulis nantinya. Hadehh..
Maka, berlatar acara reuni angkatan yang diselenggarakan pada tahun 2017 silam saya pun menulis artikel yang sebenarnya sebagian sudah pernah tayang di blog ini. Hanya saja saya modifikasi untuk menyesuaikan dengan kegalauan hati untuk ikut reuni.
Beberapa bulan kemudian datang kiriman majalah (tepatnya buletin) yang memuat artikelnya. Dan saya terkesima, kemana saja saya yaa..Sampai enggak tahu alumni SMAN 1 Kediri punya media komunikasi sekeren ini...!! Hihihi🙈
Nah, di sampul depannya tercantum bahwa buletin ini sudah edisi ke 65 alias telah terbit ke 65 kalinya sejak tahun 2002. Dan diterbitkan oleh Paguyuban Alumni SMA Negeri 1 Kediri (Palmturi)
Apaaaa?? Sudah 16 tahuuun?
Ya, sepertinya memang sudah sekian waktu juga sejak lulus SMA pada tahun 1994 saya berdiam diri di gua. Sehingga tidak tahu menahu kalau ada berita apa-apa. 😱
Warta Alumni SMA Negeri 1 Kediri |
Tak heran kalau medianya seketjee ini karena didukung oleh para alumni. Dan kontribusi untuk langganan majalah ini pun murah sekali, hanya sebesar 100 ribu untuk 4 edisi.
Wah, Murceee...!!
Lalu isinya apa saja?
daftar isi Warta Alumni SMA Negeri 1 Kediri |
Banyaaak!! Ada laporan utama tentang program Alumni Peduli Almamater (APA), info dan berita alumni, forum diskusi, berita keluarga dan informasi seputar kegiatan alumni lainnya.
Dimana semua informasi ini selain ada foto kegiatan juga disertai keterangan. Sehingga pembaca bisa mengenali, siapa tahu salah satu yang ada di situ adalah teman seangkatannya.
Lengkaap ya?
Lengkaap ya?
Dan....inilah artikel saya yang berjudul asli Reuni dan Rasa Percaya Diri yang telah diubah oleh redaksi menjadi:
Reuni Alumni Palmturi 1994 di Tahun 2017
Dulu saya galau tiap ada undangan reuni. Saya menghindari mendatangi reuni baik itu reuni dengan teman sekolah, teman kerja atau tetangga. Saya memilih absen dari acara ngopi bareng/ngobar apalagi reuni akbar.
Sebabnya, karena saya tidak percaya diri. Saya minder melihat teman-teman yang suksesnya bikin baper. Saya tidak tahu, harus cerita apa nanti di acara reuni itu. Saya hanya berdaster ria di rumah dan ngojekin anak sekolah. Sementara teman saya pakai baju kerja yang rapi dan indah. Saya bisa pergi-pergi karena ikut katut suami kemana mana. Sedangkan teman pergi dinas atau bekerja ke seluruh pelosok nusantara/mancanegara. Saya tetap mentok di tingkat sarjana, sedangkan teman sudah lanjut strata dua atau tiga. Aaah....,kalau pakai ukuran ramen pedas, bisa level 10 mindernya!
Tapi, lambat laun saya merubah diri. Bukankah reuni adalah ajang silaturahmi? Tempat kita mengulik kisah lama sebagai sarana pengingat jiwa akan segala nikmat-Nya.
Saya lupa kalau sudah dianugerahi keluarga, di saat ada teman yang belum dipertemukan dengan belahan jiwanya. Saya tak ingat sudah dipanggil Ibu, sementara teman belum diberkahi dengan panggilan itu. Saya abai, bisa jadi ada yang menginginkan apa yang saya punya sekarang, mengingat masih banyak teman yang masih kekurangan.
Hidup memang Sawang Sinawang. Kita melihat kehidupan orang lain lebih baik dari kita, padahal bisa jadi ia pun memikirkan hal yang sama.
Lalu apakah kita memang tak mampu untuk sampai ke titik sukses itu?
Meski definisi sukses tak pernah ada standar bakunya, tapi seringkali kita merasa tak mampu untuk bisa berada di sana.
Dan, bicara tentang kemampuan, sebagai insan yang punya kekurangan dan kelebihan, mampu sering dihambat oleh ragu. Padahal seharusnya pikiran bahwa kita tak mampu itu, bisa kita tepis habis. Sudah Bismillah saja, yakinlah kita bisa! Semangati hati kecil agar kekeuh menolak mengerdil! Lantaran keraguan itu seringkali datang dari diri kita sendiri. Merasa tidak bisa padahal belum mencoba sebuah cita-cita. Menduga tak mampu tanpa melangkah dulu. Menganggap sulit padahal saat dijalani tak begitu rumit.
Lalu, apa yang bisa kita lalukan jika merasa ragu akan kemampuan diri?
· Your only limit is YOU!
Kalau kamu merasa mampu, coba dulu! Jangan belum apa-apa sudah merasa tak berdaya. Karena seringkali yang membatasi mimpi adalah diri kita sendiri. Dan, itu acapkali bikin kita merugi. Know your limits, but never stop trying to break them!
· Jadi diri sendiri
Semua orang punya lebih dan kurang. Tak perlu meniru, jadilah seperti apa adanya dirimu. Misalnya, saya penulis yang menulis seputar keseharian sebagai ibu rumah tangga. Saya tidak memaksa diri menulis di luar kemampuan apalagi yang tidak saya kuasai sama sekali. Sementara di luar sana, penulis lain menulis tema berbeda sesuai dengan keahliannya. Akhirnya jadilah beragam tema tulisan yang bisa disajikan pada pembaca.
· Niatkan untuk kebaikan
Jika ingin keluar dari zona nyaman, niatkan untuk kebaikan. Jadi tidak akan membuat kita kecewa jika ternyata gagal mencapainya. Yang penting berusaha, iringi dengan doa, nikmati prosesnya. Dan, tunggu saja, tak ada usaha yang mengkhianati hasilnya. Keep Fight!
· Menginspirasi diri sendiri
Kumpulkan semangat dengan cara memotivasi dan menginspirasi diri sendiri. Bisa lewat membaca kutipan penyemangat harapan, membaca tulisan motivasi, menonton tayangan penuh inspirasi, bergabung di komunitas yang bikin niat makin bulat dan berteman dengan orang yang setujuan.
· Bayangkan jika berhasil meraihnya
Setiap dari kita pasti melewati tangga demi tangga demi untuk meraih cita-cita. Dan, ketika berada di sebuah anak tangga, bayangkan saja jika nanti kita bisa sampai di tangga berikutnya atau bahkan di puncaknya. Lega! Puas! Senang! Nah, jadikan segala rasa ini sebagai pemompa motivasi!
· Jangan berhenti sampai merasa tak mampu lagi
Yang memulai langkah adalah kita. Yang berhak menghentikan, juga sama. Jika ternyata, saat menjalani prosesnya, tiba-tiba ada kendala yang membuat kita menghentikan langkah, ya sudah..berhentilah. Bukan berarti menyerah, namun ada beberapa pertimbangan yang mungkin membuat kita tak lagi melanjutkan. Dan, lebih baik berhenti daripada timbul keburukan jika seandainya diteruskan.
· Dream, Believe, Do!
Dream, believe, do! Repeat the pattern! Mimpikan, percaya kita bisa dan wujudkan! Ulang lagi dan lagi...Success is not final, failure is not fatal! Ingat, jika kesuksesan sudah terwujud di tangan, itu bukan akhir dari perjalanan. Karena masih ada tantangan baru yang menunggu. Namun, jika kegagalan yang menghampiri, ini juga bukan akhir dari diri. Sebab, masih banyak lagi peluang dan kesempatan yang menanti.
Nah, buat kamu yang sedang berniat mencoba langkah baru: "Ayo bulatkan tekad dan terus semangat!"
Dan, untuk yang sedang menjalani prosesnya, teruslah berusaha: "Kamu Pasti Bisa!"
Sedangkan untuk yang telah berhasil mengalahkan diri sendiri dan sukses meraih mimpi: "Selamat Kamu Hebat!"
Jalani penuh percaya diri, nikmati proses naik turunnya dan syukuri apa yang kita punyai!
Jadi, jangan galau lagi untuk ikut reuni! PD ajaaa lagi!
Dian Restu Agustina
Aah mantul nih ada majalah sekolah yang bisa survive beberapa tahun lamanya..
BalasHapussemoga awet yaa mba :D
Kok sama sih mba? Aku juga suka males datang reuni krna waktu dulu ak bukan dari geng anak anak yang hits dan borju..aku cuma anak sekolah biasa aja. Minder banget..tapi ak bener2 mau niatin skrg klo ada reuni lg aku bener2 harus datang, betul banget krna itu merupakan silaturahmi. silaturahmi itu memperpanjang rejeki. Dan bener mba hidup itu saling sangka. Padahalkan gtw yah mba apa yg udah kita laluin untuk sampai kesini...
BalasHapusKeren euy alumni SMA nya mbak Dian. Bisa bikin bulletin gitu. Di saya kok gak ada ya? Hehe... Btw, siapa yg pernah jadi menteri, Mbak? *kepo
BalasHapusHmm, kalo di SMP-SMK saya sih reuninya sering pas lebaran. Biyuh, lha saya pastinya gak di Malang. Selama ini cuma kopdar ma beberapa teman aja jadinya, deh.
Tips Pede-nya bener banget. Success is not final, failure is not fatal. Sip.
Seru banget ya, mbak. Sampe ada majalah alumni gt. Berarti Alumninya kompak² ya.
BalasHapusSenangnya bisa ikutan nulis juga, mbak.
Semoga kompak selalu untuk para alumni.
Klo mau bikin reuni itu susah² gampang, krn mencocokan jadwal dgn tmn² yg kesibukannya berbeda² 😊
Mbak Diaaan, dulu aku begitu juga. Berstatus sebagai single mom datang ke reuni tuh rasanya maleees deh dengar pertanyaan, "Sendiri aja? Suami nggak ikut" atau "Suami orang mana?" Tapi setelah membulatkan tekad bahwa sudah menerima diri sebagai single mom, eh ternyata banyak teman-teman yang memandang hidupku enak karena punya penghasilan sendiri. Jadi, aku juga nggak takut tuh datang ke reuni hahaha ...
BalasHapusEduaaan...ada majalah alumni yg segitu keren. Ongkos cetaknya aja ga murah itu, pasti sponsornya tebel. Seperti majalah internal perusahaan aja....muantab, jarang2 loh yg mau bikin majalah. Saluut.
BalasHapusSaya hanya sesekali datang kepertemuan reuni SMA, menurut saya klo sering2 udah ga seru..hehe
Krn ada terselip cerita CLBK yg ga sehat aah...tp aku setuju dg point2 diatas..
Waaww keren yaa ada buletin alumni yang tahan hingga 16 tahun. Salutt aja ditengah kondisi penerbitan yang lgi lesu. Btw tentang reuni klau aq sih gak ada rasa minder meski aq jd ibu RT. Enjoy gitu he he...
BalasHapusMba Diannnnnn SMAnya meni kece gitu ikj. Jarang lho ada sekolah sampai ada buletinnya bahkan sampai bertahun-tahun gitu. Salut aku. Nah, soal reuni kita memang harus berusaha percaya diri ya dan jadi diri sendiri. Walau awalnya ada rasa nggak PD juga tpi harus ngalahin perasaan itu
BalasHapusSamaaaa kita mba. Mamak berdaster yang sering galau kalau mau ketemu temen lama hiks. Tapi ya akhirnya berdamai dengan diri sendiri hehe. Seneng ketemu sama komunitas online seperti ini yang saling membangung. Ahhh kapan ya kita bisa kopdar?
BalasHapusKeren mbak memang enggak berasa ya sudah ratusan purnama terlewati. Masa putih abu-abu yg seru penuh kenangan.
BalasHapusSetuju banget! Dream, Believe, Do! Wah mba ngomongin reuni jadi kangen jg nih sama temen2 kuliah. Hihi. Sukses terus pokoknya untuk Mba Dian, kereeeen!
BalasHapusreuni berarti kembali muda...hehe
BalasHapusHave a great weekend
Kalau aku pribadi suka bgt ikut reunk akbar hehe.. Btw artikel mba dimajalahnha itu keren bgt .. Sangat memotivasi agar ga ada kata minder untuk reuni.. Menurut aku reuni silaturahmi itu mewaraskan jiwa hehe
BalasHapussetuju mb sama your only limit is you karena yg mengkerdilkan ya diri kita sendiri padahal jangan :) ah biar sobat saya pada jadi PNS saya cuman buruh saya tetep PD mba hehehe
BalasHapusWkwkwkwkw...
BalasHapusDatang ke reuni, teman2 udah berstatus minimal manager, bikin baperrr..
Sama mbak, saya juga di antara alumni STM, cuman saya IRT hiks, bahkan dalam grup WA, saya bagai remahan peyek aja, gak dihiraukan.
Tapi dasar saya gak tau malu, meski dicuekin tetep aja sok heboh wkwkwk.
Terlebih saya dari Sulawesi yang mana menganggap PNS itu keceehhh, swasta juga.
IRT? Ih siapa itu? 😂😂
Mpo juga malu ikutan reuni, akan tetapi sekarang jadi tahu manfaatnya.
BalasHapusBisa saling berbagi minimal share informasi yang di dapat dari event ataulink tulisan
Lah, aku mau2 aja ikut reuni, tp gak pernah sempat. Jauh sih. Harus mudik dulu ke Malang. Uda gitu pasti rempong bawa duo krucil & suami sering gak sempat ngatar mudik
BalasHapusSamaa mbak dian, aku juga paling malas banget datangin namanya reuni mulai dari reuni SD, SMP sampai SMA karena suka minder dengan teman2 yang sekarang sudah padamenjadi orang sukses gitu sedangkan aku mah apa atuh selain itu karena waktunya juga gak tepat. Hihi
BalasHapusKadang saya merasa minder juga, apalagi sekarang hanya sebagai IRT. Tapi hidup memang sawang sinawang, banyak teman yang karirnya bagus namun belum menikah atau dikaruniai anak. Jadi saya kesampingkan saja rasa minder itu. Lagipula dengan jalin sillaturahmi siapa tau membawa rejeki tak terduka.
BalasHapusMbak Dian awet muda banget, aku pikir umur kita beda dikit. Ternyataa.. Jauh. Tahun 94 aja aku belum masuk SD. Kayaknya mukaku juga yang boros, heuheu
BalasHapusSama kita mbak dian, aku juga sering merasa ga pede kalo diajak reunian. Tapi aku setuju nih sama mbak dian, bener lho, yg kita perlukan hanya bersyukur dg yg kita miliki dan ga perlu iri dg kesuksesan org lain, krn apa yg kita miliki saat ini bisa jadi adalah impian bagi mereka2 yg kita anggap sukses.
BalasHapusMasih bisa kumpul dng teman SMA bahagia bngt y mba.. masa2 yg sulit dilupakan SMA itu.. aplg dijadiin buletin kyk majalah gitu tmbh senyum2 klo baca lagiby
BalasHapusKeren banget mba ada majalah alumni sekolah, udah 16 tahun pula berjalannya. Berarti disana silaturahminya terjalin ya alumni nya.
BalasHapusAku jd ngikut ngitungin ulus brp tahun dr sma haha.
BalasHapusWah msh terjaga ya silaturahminya? Kalau aku paling di grup wa atau fb aja, paling ketemunya sesekali aja grup2 kecil hehe :D
seru juga ya kalo ada bulletin gitu, jadi bisa mengenang dan mengenal. kadang kita suka ketemu temen lama, inget muka, gak inget nama.
BalasHapusSama, Mbak. AKu juga pernah minder gitu kalau mau reuni. Merasa inferior aja melihat kesuksesan teman2. Tapi ya itu dulu. Kalau sekarang, ma. asal jadwalnya cocok, suami ngizinin ya ayok aja
BalasHapusSetuju banget mba harus percaya diri dan jadi diri sendiri. Kalau ada yang nyinyir pas reunian berarti bukan temen yang baik itu mah :D
BalasHapusReuni itu ya ajang ngumpul2 dan temu kangen sama temen yg udah berasa saudara.. salut deh aku sama alumni sekolah Mba yg masih erat tali silaturahminya hingga saat ini :)
BalasHapus