Hati-hati Memelihara Hati
Hati-hati Memelihara Hati
“Jam berapa di situ? Sudah makan belum? Apa kabar? Sehat-sehat, kan?“
“Jam 1. Sudah. Ya, sehat!”
Itulah percakapan keseharian antara suami dan saya, selama 2014-2016. Saat dia berada jauh dari rumah untuk mencari nafkah di Hassi Messaoud (hmmm, sepanjang hidup si nafkah ini dicari melulu, nggak ketemu-ketemu yaa.. ).
![]() |
Saya, ibu yang baik, rajin dan tidak sombong Eh maksudnya, ibu rumah tangga yang biasa mengurus sendiri keperluan suami dan dua anak kami. Jadi, ketika suami tak ada di sisi, kekhawatiran saya pun menjadi-jadi. Hati terasa gundah, pikiran resah, mata pun berkaca-kaca basah (lebay...🙈). Pasalnya, suami dimutasi oleh perusahaan tempatnya bekerja, dari Jakarta ke Hassi Messaoud, Algeria (Aljazair). Meski ini bukan LDR yang pertama kali, tapi karena paling jauh tempatnya, galaunya lebih terasa.
![]() |
Algeria? Iya!Tepatnya di kilang minyak, di gurun Sahara, Afrika. Sistem kerjanya shift, empat minggu bekerja di sana, empat minggu berikutnya pulang ke di Indonesia. Jam kerjanya pukul 7 pagi hingga 7 malam, dari Senin sampai Minggu. Dan, di sana tidak diijinkan kemana-mana, hanya di camp saja. (hmm, sepertinya membosankan yaaa?)
Jadilah dia wara-wiri, sebulan di Jakarta dan sebulan di Hassi. Termasuk menempuh perjalanan Jakarta-Hassi selama 24 jam (tergantung cuaca). Rutenya: Jakarta-Doha-Algiers-Hassi (transit di Doha 2 jam dan di Algiers 2 jam/lebih). Kelihatannya menyenangkan, tapi ternyata, yang melakoni justru bilang : bosan!

Nah, awal dari kerisauan saya adalah saat tahu kalau dia mimisan ketika sedang dalam perjalanan. Setelah beberapa hari di sana, dia juga malas makan dan merasa nggak enak badan. Alasannya, ragam makanan yang disediakan itu-itu saja. Masakan ala Timur Tengah yang hambar. Menu utamanya daging, ayam atau ikan yang disajikan dalam ukuran besar dan minim sayuran. Juga, tak ada tahu, tempe apalagi cabe. (Membayangkan saja saya jadi ikut bete! hiks).
Akhirnya, jam makan pun kacau balau. Tidur jadi tak teratur. Pola tubuh pun berantakan, hingga mengganggu kesehatan.

Sampai satu waktu, dia mengeluh merasa nggak enak perut. Sepertinya, lambungnya mulai protes dengan jenis makanan yang dikonsumsi. Badan juga sering drop. Dulu, dia selalu makan tepat waktu, istirahat cukup dan olahraga 4 kali seminggu. Selama di Hassi, polanya berganti. Karena perbedaan waktu Hassi dan Jakarta, maka jam makan pun berbeda. Olahraga juga seadanya dan sesempatnya. Ditambah tingkat stres yang tinggi membuat asam lambung pun naik dan naik lagi.
Kekhawatiran saya pada puncaknya saat dia sakit, dan harus menemui dokter di camp. Saya sedih, karena tak bisa merawatnya. Syukurnya, kata dokter tak ada yang perlu dikhawatirkan. Hanya, disarankan agar lebih menjaga kesehatan dan mengelola pikiran.
Ketika pulang ke Jakarta, saya menegaskan tentang kesanggupannya untuk bertahan di sana. Dia bilang sih, nggak apa-apa. Dia hanya minta dibawakan makanan/minuman yang membuat badan bisa enakan, mengembalikan selera makan dan nggak gampang keletihan. Terus terang dari gejalanya. saya sempat khawatir, jika ada apa-apa dengan hati/livernya. Mengingat kakak ipar saya yang punya ritme kerja serupa (bekerja shift di sebuah jaringan hotel ternama di Indonesia), beberapa waktu sebelumnya terkena penyakit hati atau Hepatitis. Aduh, jangan sampai lah ya..!
Penyakit Hati? Iya, hati, organ vital pada tubuh manusia yang berfungsi menawarkan dan menetralisir racun, mengatur sirkulasi hormon, mengatur komposisi darah, menyimpan energi dan memproduksi albumin, protein, empedu dan trigleserida. Gejala penyakitnya: kelelahan, kurang selera makan, perut kembung, mual, kemih coklat dan tinja pucat. Penyebabnya: pola hidup tak sehat, kecanduan alkohol/obat, infeksi virus/bakteri, bawaan lahir, tertular dari penderita lainnya atau tidak menjaga kebersihan alat makan/minum. Hm, berarti kita musti memelihara hati, mengingat pentingnya organ ini! Bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati?
Penyakit Hati? Iya, hati, organ vital pada tubuh manusia yang berfungsi menawarkan dan menetralisir racun, mengatur sirkulasi hormon, mengatur komposisi darah, menyimpan energi dan memproduksi albumin, protein, empedu dan trigleserida. Gejala penyakitnya: kelelahan, kurang selera makan, perut kembung, mual, kemih coklat dan tinja pucat. Penyebabnya: pola hidup tak sehat, kecanduan alkohol/obat, infeksi virus/bakteri, bawaan lahir, tertular dari penderita lainnya atau tidak menjaga kebersihan alat makan/minum. Hm, berarti kita musti memelihara hati, mengingat pentingnya organ ini! Bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati?

temulawak / Curcuma Xanthorrhiza Rhizoma
lalu mengirisnya tipis, kemudian merebusnya dalam 2 gelas air. Setelah disaring dan dingin, diminumlah sari temulawak tadi. Kalau teratur, rasa tak enak pada lambung akan kabur, badan pun jadi segar dan bugar.
Saya akhirnya mencoba resep yang sama untuknya. Selama pulang di Jakarta, saya buatkan minuman temulawak untuk suami tercinta. Beberapa hari meminumnya, katanya perut jadi lebih lega, nggak kembung dan mual lagi. Capeknya bubar dan badan terasa lebih segar. Hm, sempat curiga sih. Jangan-jangan dia mendingan karena sedang ada di dekat saya. Kan, saya orangnya membawa angin segar pada orang yang di sekitar (uhuyy…). Tapi, katanya betulan, nggak bohong! Duh, senangnya! Bahkan saya pun ikutan meminumnya, setelah tahu, manfaat temulawak ternyata, o-em-ji…banyak!!
Khasiat temulawak diantaranya, bisa menjaga kesehatan hati, meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga pencernaan/fungsi lambung, menurunkan lemak darah, meningkatkan nafsu makan, mencegah kanker, anti inflamasi, menghaluskan kulit dan mengurangi radang sendi. Gila, banyak sekali manfaat tanaman asli Indonesia ini! Bahkan, seharusnya, jika Korea bangga dengan gingsengnya, Indonesia bisa membanggakan temulawaknya. Dan, leluhur kita telah memanfaatkannya sesuai kearifan lokal masing-masing daerah dengan cara yang sederhana. Hebat, ya! Tetiba pula, kulit kinclong sudah terbayang di depan mata saya. Hahaha…Eits, sebentar! Kebetulan nih, ada manfaat yang pas juga buat anak saya, yang susaaaaah benar makannya. Iya, temulawak bisa membantu meningkatkan nafsu makan. Wah, lengkap sudah buat orang serumah! Tapi, masalah belum selesai. Lalu, bagaimana saat balik ke Hassi nanti? Masa mau bawa-bawa temulawak segar di bagasi? Eng,ing, eng! Hhh, pening lagi!
![]() |
sumber : majalah Intisari |

Herbadrink
Sari Temulawak
Membantu Memelihara Kesehatan Hati/ Helps To Maintain Healthy Liver
Pas banget! Apalagi dua varian pun tersedia, mau yang pakai gula atau tanpa gula/sugar free. Bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
Ehh, tapi tunggu dulu, saya mesti cek komposisinya. Hm, saya baca dulu...Herbadrink Sari Temulawak adalah minuman herbal yang dibuat berdasarkan resep tradisional Indonesia dan diproses melalui teknologi modern dan diolah dari bahan-bahan alami pilihan. Komposisinya: ekstrak Curcuma Xanthorrizha Rhizoma 2,2 gram setara dengan 800 mg rimpang segar temulawak, gula dan bahan lainnya hingga 18 gram. Cara penyajiannya simpel sekali. Tinggal melarutkan satu sachet Herbadrink Sari Temulawak ke dalam 150 ml air panas/dingin, sajikan dan nikmati manfaat alaminya segera. Dan, harganya, Olala..Rp 8. 750/bungkus isi 5 sachet. Aha,..saya syuka..saya syuka! Alami, praktis, harga ekonomis, bikin saya jatuh cinta…!

Kini, untuk mendampingi suami berkegiatan sehari-hari, ada Herbadrink Sari Temulawak ini. Saya pun tak mau ketinggalan. Karena kalau sudah di depan laptop, menulis itu ini, saya sering lupa diri. Makan telat, istirahat terlewat, dan lupa akan kesehatan badan. Agar tak mudah lelah, saya meminumnya. Karena saya ingin kesehatan hati terpelihara dan mendapatkan manfaat sari temulawak yang lainnya. Juga, bisa menjaga kesehatan belahan hati saya. Oh ya, kamu juga jangan lupa, hati-hati memelihara hati!
Dan, karena saya sudah membuktikannya, kamu mesti coba juga Herbadrink Sari Temulawak .!😍
Dan, karena saya sudah membuktikannya, kamu mesti coba juga Herbadrink Sari Temulawak .!😍
Posting Komentar untuk "Hati-hati Memelihara Hati"