Dapat Undangan Pernikahan? Berikut 10 Etika yang Sebaiknya Diperhatikan!
Dapat undangan pernikahan? Berikut 10 etika yang sebaiknya diperhatikan! Wah, apa sajakah? Eh lupa, belum nyapa, halohola, lagi musim apa nih di tempat teman-teman? Musim rambutan, durian apa nikahan? #eh! Kwkwwk..! Sepertinya kalau nikahan enggak ada musimnya yaaa. Kecuali bagi sebagian suku Jawa yang biasanya tidak menggelar hajatan pada bulan Suro (pada penanggalan Jawa). Memang menurut kepercayaan Jawa, di Bulan Suro (Muharam), tidak boleh ada perayaan pesta dan hura-hura. Karena bulan ini adalah saat untuk menyucikan jasmani dan rohani menuju dimensi spiritualitas yang lebih tinggi dalam diri. Sehingga pada bulan Suro ini, masyarakat Jawa ditabukan untuk mengadakan hajatan.
"A Gloomy Guest Fits not a Wedding Feast"
Sementara, bulan Besar (Dzulhijjah) dianggap bulan yang baik untuk mengadakan pesta. Sebab Besar mengandung arti kaya dan mendapat kebahagiaan. Maka tak heran ketika bulan Besar ini tiba, undangan pun akan berdatangan. Bahkan kadang satu hari bisa dua atau tiga orang yang menggelar hajatan.
Namun kini, tak semua orang menjalankan hal ini. Dengan alasan semua bulan sejatinya baik untuk melangsungkan perhelatan. Tapi, bagaimanapun kita tetap harus menghargai nilai-nilai yang dianut sebuah kepercayaan.
Oh ya, ngomong-ngomong kalau dapat undangan, teman-teman punya persiapan tertentu enggak sih untuk menghadirinya?
[Lah, memang ada gitu yaa, hal yang musti diperhatikan saat datang ke kondangan?]
Ada dong...! Di semua tempat dan waktu, hendaknya memang kita selalu memerhatikan etika dan kesopanan. Termasuk saat mendatangi sebuah undangan. Diantaranya dengan menjadi tamu yang menyenangkan serta tahu aturan.
Nah, beberapa etika yang sebaiknya diperhatikan ketika datang ke undangan pernikahan diantaranya:
1. Perhatikan Undangan
*Kecuali jika si empunya hajat masih saudara atau teman dekat kita. Jika perlu lebih baik bilang dulu.
Well, buat yang masih single, jika di undangan ditulisnya cuma nama kita, ya berarti cuma kita sendiri yang diundang. Jadi hindari bawa pasangan, kawan apalagi nyewa teman kencan. (ingat porsi katering untuk resepsi di gedung, dihitungnya per orang Bro, jadi kalau nambah lagi bisa-bisa berkurang jatah orang lain lho! ). Kalau memang takut nyasar atau enggan datang sendirian, datang saja bersama teman-teman yang juga diundang. Begitu juga buat yang sudah berkeluarga. Kalau bisa, datang berdua dengan pasangan saja dan anak-anak dititipkan ke kakek-nenek atau tetangga.
*Kecuali jika si empunya hajat masih saudara atau teman dekat kita. Jika perlu lebih baik bilang dulu.
2. Bawa Bingkisan
Karena pernikahan adalah hari istimewa yang dijalani seumur hidup sekali. Maka pantas kiranya jika kita memberikan hadiah untuk mempelai yang sedang berbahagia. "Amplop" menjadi pilihan termudah untuk sebuah hadiah. Besarannya bisa disesuaikan dengan kemampuan kita. Tapi, tak menutup kemungkinan jika kita ingin memberi kado yang tak biasa. Misalnya sebuah tas rajut hasil karya sendiri atau voucher perjalanan ke sebuah destinasi.
Oh ya, jika kadonya itu besar ukurannya, lebih baik tidak dibawa ke tempat pesta melainkan dikirimkan lewat pos/kurir/diantar langsung ke rumah saja. Karena berat, Ciin! Kamu enggak akan kuat! Lagian, enggak lucu kalau ada kado meja setrikaan di tempat penerima tamu... kwkwkw.
Oh ya, jika kadonya itu besar ukurannya, lebih baik tidak dibawa ke tempat pesta melainkan dikirimkan lewat pos/kurir/diantar langsung ke rumah saja. Karena berat, Ciin! Kamu enggak akan kuat! Lagian, enggak lucu kalau ada kado meja setrikaan di tempat penerima tamu... kwkwkw.
3. Pakaian Tak Berlebihan
4. Jangan Tanya-Tanya Pengantinnya
5. Ambil Jatah Souvenirmu
Saat datang ke kondangan, memang semestinya kita berpakaian pantas untuk sebuah helatan dan tak sekedar baju keseharian. Meski demikian, jangan juga mengenakan busana yang berlebihan sehingga seperti menyaingi mempelai perempuan(kecuali jika datang ke pernikahan mantan #eh ).
Lebih baik kenakan pakaian sewajarnya. Seperti pakai batik, misalnya. Karena selain batik berkesan elegan, beragam Model Baju Batik pun kini tersedia.
Jika ternyata kebingungan dengan lokasi resepsi, waktu acaranya atau hal lain yang berkaitan dengan undangan, hindari tanya-tanya ke pengantinnya saat hari H. Kalau pun bingung dengan alamat lengkapnya, tak perlu kirim pesan via WA atau telpon untuk menanyakannya.
[Hadeeh, hari gini, masih bingung masalah lokasi! Makanya pakai aplikasi!]
Cari saja di maps dengan tempat tertera atau tanya ke teman yang juga dapat undangan yang sama. Ingat, yang diurusi mempelai bukan hanya kita. Kasihan kalau mereka ikutan disibukkan dengan urusan tamu undangan di saat lagi deg-degan ngapalin "Saya terima nikahnya...dengan mas kawin..."
[Hadeeh, hari gini, masih bingung masalah lokasi! Makanya pakai aplikasi!]
Cari saja di maps dengan tempat tertera atau tanya ke teman yang juga dapat undangan yang sama. Ingat, yang diurusi mempelai bukan hanya kita. Kasihan kalau mereka ikutan disibukkan dengan urusan tamu undangan di saat lagi deg-degan ngapalin "Saya terima nikahnya...dengan mas kawin..."
Saat di meja penerima tamu, biasanya setelah menuliskan nama, kita akan diberi souvenir oleh petugasnya. Atau biar tamunya enggak ribet bawa, kadangkala akan diberi kupon untuk ditukarkan souvenir saat pulangnya. Dan, aturannya adalah: satu souvenir untuk satu undangan. Enggak lebih! Jadi, meski kotak tissue yang dipajang nampak unyu-unyu atau boks perhiasan kelihatan imut berkilauan, hindari untuk meminta, "Mbak, boleh nambah satu enggak souvenirnya?"
["Bu, ini pesannya cuma 500 biji, pas untuk 500 undangan di sini.!"jawab si Mbak dalam hati...hihihi]
["Bu, ini pesannya cuma 500 biji, pas untuk 500 undangan di sini.!"jawab si Mbak dalam hati...hihihi]
Datang berdua ke undangan pernikahan teman |
6. Bersikap Sopan
7. Hindari Comot Sana-Sini
Meski sang mempelai perempuan adalah teman cekikikan sejak SMP dulu atau mempelai laki-laki adalah anggota se-geng futsal kita, tetaplah berlaku sopan sepanjang acara. Bukan teriak-teriak menggoda dengan kalimat tak pantas. Atau berbicara kesana-kemari keras-keras. Apalagi sampai ikutan sumbang suara yang secempreng kaleng rombeng di panggung hiburannya. Ingat pernikahan adalah acara suci yang hendaknya dihormati dengan bertingkah laku sopan dan elegan.
Kini, begitu banyak dekorasi unik dan cantik menghiasi sebuah pesta. Ada rangkaian bunga segar nampak menawan di meja prasmanan. Atau manik-manik yang digantungkan di beberapa spot pepotoan. Meski semua itu tampak menggoda, hindari untuk mengambilnya. Karena bagaimanapun itu adalah bagian dari dekorasi ruangan yang bisa saja dimiliki oleh pihak jasa penata ruangnya. Lagian, tindakan comot sana sini itu melanggar kesopanan dan termasuk t i n d a k a n p e n c u r i a n! Hiiiii!
8. Enggak Usah Kerajinan
Walaupun tersedia makanan berlimpah, enggak perlu bantu-bantu membersihkan dengan memasukkan ke tas tangan. Meski kelihatannya bersisa, siapa tahu masih ada tamu yang belum tiba. Lagi pula, kan sayang-sayang tas yang dibeli dari Jual Tas Wanita yang cuantiik itu, Sis...! Nanti kalau ketumpahan bumbu sate Padang gimana? Makanya, kalau sudah kenyang ya pulang dan enggak usah punya niat bebungkusan.
9. Boleh Pepotoan tapi Ingat Posting Belakangan
Saat kondangan, pasti kita bakal banyak jumpa saudara atau teman, lalu pepotoan. Belum lagi selfie, wefie atau pose di instagrammable spot yang cantik di sana sini. Meski demikian, tunda dulu menyebarkannya ke berbagai akun sosial media. Hindari sibuk sendiri dengan ponsel kita dan makan sepuasnya berbaurlah dengan tamu lainnya.
10. Cukup Sekali Salaman
Kalau tadi sudah salaman, enggak perlu naik lagi ke pelaminan buat pamitan atau mau wefie-an. Apalagi kalau undangan yang antri salaman masih mengular. Kalau ingin mengucapkan wedding wishes dan ucapan terima kasih, bisa by email atau berkirim pesan via WA saja beberapa hari setelah pesta atau besok-besok saat kita jumpa mempelainya.
Datang berempat ke undangan teman rasa saudara |
Akhirnya, selamat menghadiri undangan pernikahan dan bergembiralah dalam acara dengan penuh sukacita tanpa meninggalkan etika.💕💕
Selamat Kondangan!
Dian Restu Agustina
Wah wajib dipatuhi ni ya mba supaya acara dan kita yang mendatangi acara pernikahan bisa tetap berjalan dengan baik :D
BalasHapusiya,,yang patuh yaaa:D
Hapushuahahahaha ....aku kok malah ketawa-tawa tho mbaak...baca semua tips di atas...wkwkwkw...tapi okee, aku patuhi deehh...intinya gak usah lebay sampai dandan menor melebihi pengatin putri dan nyewa pasangan segala hahahaha
BalasHapusnah, simak baik-baik..jangan cuma ketawa ...hahaha:D
HapusWuih, nyewa teman kencan wkwkwkwk
BalasHapusYap setuju, karena pernah tuh, temen saya nyampe pesan lagi katering tambahan gegara ya itu, banyak tambahan undangan hihi
Ahh untung masih single,dan ndak suka sewa teman kencan jadi ya easy going aja...hihi
baguslah..tamu yang ngerti kayak gini, sekarang jarang sekali..hihihi:)
HapusJadi biar nggak kecolongan,perbanyaklah mengundang para jomblowan jomblowati,sekalian beramal,siapa tau gegara hajatan jadi ketemu sama jodo hihihi
HapusDulu pas masih gadis pernah diundang ke nikahan teman. Dan semua bawa pasangan... kecuali saya. Hiks, sedih...😂
BalasHapusSaya juga pernah Mbak..toss dulu kita :) hiks
Hapusnah ini saya pernah bawa temen yang pengenya makan mulu dan akhirnya comot sana sini saya malu sekali haduh.
BalasHapushihihi..lain kali enggak usah diajak lagi berarti :D
Hapusseumur-ummur sih belum pernah lihat ada yang melakukan hal memalukan tersebut. Tapi kalau lihat piring makan masih banyak sisa, terlalu sering. Suka sedih ...
BalasHapusIya Mbak....Ngambil enggak kira-kira, terus terbuang percuma:(
HapusHihihi.. Baru sadar saya kalau yang di undangan cuman nama kita, ga boleh ajak lainnya.
BalasHapusLah saya dulu sebelum nikah selalu bawa temen 😂😂😂
hihihi..khusus yang resepsi gedung Mbak, biasanya itungan katering per orang..jadi kasian kalau nambah tamu tak diundang :)
HapusSetuju banget sama etikanya. Penting.
BalasHapusBenerr Mbak:)
HapusJarang ya tamu yg seperti itu. Coba d patuhi ahh
BalasHapusJarang, tapi ada Mbak:)
HapusSebaiknya memang dipatuhi aturannya, nikmat dlm pesta undangannya.
BalasHapusIya Mbak,,, meski enggak tertulis atika tetap ada :)
HapusYang paling banyak dilupakan adalah etika makan saat menghadiri pesta pernikahan, banyak yang makan sambil berdiri. Sedih. :(
BalasHapusMau gimana lagi Mas..gedung sempit jadi enggak ada kursi , akhirnya berdiri:(
HapusKita sebagai yg diundang mmng harus bisa bersikap sopan ya mbak, thanks sharingnya
BalasHapusYup..Kalau sopan, acara jadi lancar dan nyaman
HapusBetul mbak, tak hanya hukum yang harus di patuhi tapi undangan juga, agar tidak menyusahkan orang lain.
BalasHapusiya Mbak..meski tidak tertulis sebaiknya diperhatikan juga etikanya:)
HapusSaya kalo pergi bareng berarti palet lengkap. Kalo nggak ya cuman si babe sendiri atau sama si Kakak, pas emaknya males ribet dandan 😂😂
BalasHapushihi iya Mbak..kalau udah males dandan saya juga enggak ikutan :)
Hapushihi.... foto-foto trus posting belakangan, klo saya mah pas masih di tempat pesta udah upload biar teman2 yang lain nyusul sekalian reunian.. heheh
BalasHapusIya Mbak..yang penting enggak mantengin HP melulu :D
HapusHati-hati baju bagus ketumpahan makanan, biasanya ada aja undangan yang sok eksis mondar mandir, nggak sengaja nabrak hehe
BalasHapuspernah lihat adegan ini kasian lihatnya
Iya..saya juga pernah lihatnya. Padahal ketumpahan nasi sepiring yang berkuah pula..Oh tidak! Semoga bisa bersih dicuci nantinya :(
HapusSekarang, saya kalau kondangan sudah membiasakan makan dulu atau makan di luar. Kalaupun di kondangan ya makan sekadarnya aja. Karena esensi kondangan kan mendoakan dan silaturahim. Cmiiw.
BalasHapusBetuuul...setuju itu!
Hapuskebiasaanku malah nanya ke pengantinnya dan dibales kok mbak wkwkwk
BalasHapusdibales : "loe gak tau apa guwe lagi ribet gini?" hehehe
hihihi..tuh kan,benerr :D
HapusHahaha ngomongin soal undangan. Saya jadi inget jaman dulu waktu masih singgle. Tiap dapet undangan pasti galau soalnya bngung mu dteng ama siapa. Sbnernya galaunya karena saya lagi menunggu jodoh yang tak kunjung dtang. Jd klo dpt undangan bawaannya baper ��
BalasHapusHaha..iya ya , baper habis, saya kapan yaaa:D
Hapustidak jauh pastinya kalo kita ke undangan pernikahan identik dengan pakaian batik, yang merupakan ciri khasnya undangan..hehheh
BalasHapuspernah juga dulu salah tempat yang kepernikahan waktu itu memang teman saya lumayan jauh dari tempat saya, dan ternyata salah tempat yang hajatanya..wkwkwk..soalnya namanya sama pengantin perempuannya..untung ajaa nanya dulu sama panitianya...hehehe
untung amplopnya belum dimasukkan kotak ya kwkwkw:D
HapusHihi, nggak kebayang kalau sampai ada yang minta nambah jatah souvenirnya ya, Mbak.. :D
BalasHapusAku pernah jaga meja tamu gitu, ada yang minta lebih lo Mbak..hadehhh
HapusSemua poinnya penting ya mbak apalagi mengenai tidak berlebihan dalam penampilan ke kondangan. Walau semangat, tetep ya harus menjunjung tinggi etika.
BalasHapusBtw sering juga nerima undangan yang mencantumkan bahwa pengantin mengharapkan hadiah dlm bntuk amplop aja bukan bunga atau kado
Bener Mbak..karena kalo amplop a.k.a uang lebih berguna ya
HapusMemang terkadang di saat undangan, sering dipakai ajang sekalian reunian, atau aji mumpung makan enak jd hunting stiap stall, ataj juga jd tempat narsis hehehe.
BalasHapusTapi itu kembali ke diri masing2 asal tau etika yaa mba, jd tdk merugikan banyak orang terutama yang mengundang 😊
yup, asal tahu batasannya :)
HapusMau dong ditambah lagi souvenirnya, bagus banget loh itu. wkwkwkwk, gak tahu malu dong kalau masih ada yang kek gitu. Saya malah jarang foto di tempat nikahan Mbak, entah sibuk atau entah agak rikuh, belum PD hehehee
BalasHapusaku biasanya kalau ada foto booth ya poto Mbak..lumayan gratisan kwkwkw
HapusUntung, nggak pernah aneh-aneh kl ke undangan :)
BalasHapusAlhamdulillah :)
Hapusaku pernah sekali menghadiri acara nikahan pas lg mudik ke kampung papa ;p.. mungkin memang acaranya beda sih yaa ama acara nikah di gedung di jakarta misalnya. kalo di kampung mungkin lbh akrab, jd tamu2 yg dtg aku liat ga sungkan untuk bungkus2 makanan hahahahaa.. agak geli aja sih liatnya ;p.. tapi ya sudahlah.. mungkin kebiasaan di sana bisa seperti itu ;p
BalasHapusNah..akhirnya kebawa di Jakarta Mbak..pernah liat, dia naruh kue terus bungkus tissue masukkan tas..waduh! kwkwk
HapusWah catatan mbak Dian bagus banget ini. Tapi waktu saya merantau beda versi lagi Mbak, kayaknya budaya daerah setempat juga berpengaruh, satu rumah biasanya diundang secara lisan walaupun undangannya dua orang hahaha. Serius gak bohong, yang datang bisa rombongan, dan budaya kado juga masih banyak. Seruuuu juga pengalaman kondangan saat merantau hihihi
BalasHapusYa Mbak..ini cerita di kota besar seperti Jakarta:) kwkwk
HapusBetul...kalau di undang itu, memang mesti banyak yang diperhatikan. Untuk nomer satu, soal banyaknya yang datang, biasanya yang punya hajat, selalu menghitung dua kali dari jumlah undangan. Menurut pengalaman keluarga saya sih, misal kita buat 1000 undangan, berarti kita harus mempersiapkan 2000 porsi makanan. Makanya, kalau bawanya rombongan bisa tekor...hihihi...
BalasHapusKecuali keluarga dan keluarga dekat, pasti dihitungnya perkeluarga.
Bisa saja begitu Mbak, kalau di tempat yang mahal..hotel gitu, kadang yang punya hajat saklek juga, mengingat harga prasmanan di Jakarta bisa rausan ribu/orang :D
HapusBacanya sambil ngakak deh, tapi bener banget. Aku setuju semua. Etika kayak gini mulai jauh dari orang2, misalnya minta nambah souvenir dan ambil bunga2 yang masih dipajang.
BalasHapusnah, bener kan:D
HapusSaya kalau ke undangan paling malas itu dandannya, boro2 pgn nyaingin pengantin hihihi...
BalasHapushihihi...ke salon dulu biar bisa nyaingin...:D
HapusIya nih, lagi musim kondangan ya. Banyak persiapan sebelum kondangan, aku biasanya pakai baju batik hihi
BalasHapusToss, sama Mbak:)
HapusAda satu lagi sih etikanya. Tamu dilarang keras parkir mobil di area parkirnya mobil pengantin. biarpun mobil tamunya lebih bagus daripada mobil pengantinnya.
BalasHapusSetujuuuu!
HapusWah jadi kesindir neh saya. Bawa anak dan suami kalau kondangan. Tapi kalau di desa belum sampai gitu mbak itung2an kateringnya. Hehehe
BalasHapus