Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

[Tanpa judul]

Parenting With Love
Mengarahkan Anak untuk Menjaga Diri Terhadap Ancaman Kekerasan Seksual


Hai..Hai..Jumpa lagi!

Setelah beberapa hari rehat lantaran flu berat, senang hati saya akhirnya bisa kembali berbagi di sini.

Alhamdulillah, pada hari Selasa yang lalu, saya berkesempatan hadir di acara seminar yang diadakan oleh SDI Al Azhar 8 Kembangan dengan tema:
"Parenting With Love ~ Mengarahkan Anak untuk Menjaga Diri Terhadap Ancaman Kekerasan Seksual" 
Dimana seminar ini menghadirkan pemateri seorang psikolog ternama di Indonesia yang juga Dosen Universitas Indonesia dan konsultan Multiple Intelligence, Dr. Rose Mini A Prianto, M.Psi atau yang lebih akrab disapa Bunda Romi.

Seminar yang dimulai pada pukul 8 pagi ini, merupakan agenda rutin dari sie Pendidikan Jam'iyyah (Komite Sekolah) SDI Al Azhar 8 Kembangan. Dan merupakan kegiatan yang dibuka untuk umum secara gratis.

SDI AL Azhar 8 Kembangan

Setelah acara pembukaan lebih kurang 1 jam lamanya, Bunda Romi memulai sharingnya dengan ice breaking mengundang seorang volunteer ke depan.

Kepada Ibu yang membantu, Bunda Romi mendelegasikan pertanyaan ke peserta "Apa hal yang selalu dirasakan dan diberikan pada sesama setiap harinya?"

Setelah beberapa jawaban terlontar, seorang peserta menjawab: "Cinta!". Dan, jawaban itu benar adanya. Akhirnya, kedua Ibu tadi mendapatkan hadiah buku karya Bunda Romi. (Yang lain? Harap beli sendiriii...😃!)

Lalu, sebuah gambar ditampilkan di layar. Awalnya nampak enggak jelas gambarnya itu apa. Terlihat sebuah botol dengan bagian dalam ada gambaran seperti bayangan. Lalu, Bunda Romi meminta Ibu-Ibu untuk menebak apakah gerangan itu.

Beragam jawaban pun terlontar. Ada yang bilang itu sosok laki-laki dan perempuan yang sedang berpelukan (ehem..ehem). Ada yang berfilosofi itu adalah ilustrasi kasih sayang. Ada yang melihat itu gambar seorang bayi (what? bayiiii?). Lalu, ada yang merasa itu sebuah pesan di dalam botol (pasti yang jawab ini sudah pernah nonton film Message in a Bottle..hehe). Dan ada pula yang beranggapan itu adalah ikan di dalam botol.

Dan ternyata jawaban terakhir yang hampir benar. Gambar tersebut merupakan penampakan 9 ekor lumba-lumba.

Kok bisa? Yuk ah, coba kita perhatikan baik-baik yaaa!

Wah, memang benar, ternyata ada 9 lumba-lumba di sana...!

Dari sini bisa ditarik kesimpulan, bahwa: satu hal, seringkali dipersepsikan/dipresentasikan terlalu jauh oleh seseorang. Begitu juga kejadian yang terjadi di masyarakat. Masing-masing orang bisa saja mempersepsikan dengan cara pandang yang terlalu dalam/berlebihan (alias lebay), padahal sebenarnya hal itu biasa atau sederhana saja dan sebaliknya.

Lalu, Bunda Romi menyajikan gambar kedua: sebuah bagian tubuh yang berambut...

Saat ditampilkan gambar di atas, beberapa peserta terdengar cekikikan karena gambar itu sekilas seperti (maaf) organ intim perempuan. Tapi, ternyata oh ternyataaaa, itu adalah gambar ketiak yang diambil dari sudut tertentu.

Dari sini Bunda Romi mengingatkan bahwa: sesuatu bisa saja dipersepsikan/dipresentasikan berbeda oleh setiap kepala. Itulah sebabnya, kadangkala ada yang menganggap satu hal itu A sementara yang lain berpikir kalau itu B.

Lalu Bunda Romi mengajak Ibu-Ibu untuk meninjau lagi beberapa beberapa kasus yang terjadi di masyarakat sebagai berikut:
  • Kasus 1 (Januari 2018 - kompas.com)
Jagat maya digegerkan dengan tersebarnya video mesum yang melibatkan dua anak di bawah umur dengan seorang perempuan dewasa yang berdurasi sekitar 1 jam. Anak-anak yang diperkirakan masih berusia SD itu diperintahkan berbuat tidak senonoh oleh seorang pria yang merekam adegan tersebut.
  • Kasus 2 (Januari 2018 - metrosindonews.com)
Seorang penjual kue M (49) diringkus lantaran melakukan kekerasan seksual terhadap bocah lelaki berusia 12 tahun di Kapuk Muara, Jakarta Utara. kepada orang tuanya si anak bercerita menjadi korban kekerasan seksual dengan diiming-imingi uang 20 ribu. Setiap pulang sekolah korban sudah ditunggu di ujung jalan setelah itu dibawa ke kontrakan pelaku.
  • Kasus 3 (2016 - jatengtribunnews.com)
Bermula dari mengerjakan tugas sekolah di warnet, seorang pelajar SMP di Semarang mengaku diberi video porno oleh penjaga warnet. Sehingga menjadikan ia ketagihan pergi ke warnet dan suka mengakses situs dewasa.

[Astaghfirullah...!! Semoga kita semua dijauhkan dari hal-hal yang demikian..Aamiin]

Bunda Romi

Nah, dari berbagai kasus kekerasan seksual yang terjadi di masyarakat tersebut, berdasarkan evaluasi para ahli, ternyata ditemukan ketidaktahuan akan definisi kekerasan seksual pada korban atau keluarganya.

Banyak yang tidak mengira jika yang menimpa dirinya atau anak mereka, termasuk dalam kategori kekerasan seksual.

Lalu, sebenarnya apa yang dimaksud dengan kekerasan seksual itu?

Kekerasan Seksual: kontak/bentuk perilaku seksual yang tidak diinginkan yang biasanya disertai tekanan fisik dan psikologis.

Misalnya, adanya pukulan atau ancaman: "Awas kalau bilang Mamamu, nanti...!" atau "Awas kalau lapor orangtuamu, nanti bakal tumbuh tanduk di kepalamu...!" dan lainnya.

Lalu apa yang dapat kita lakukan sebagai orang tua yang pastinya tidak bisa selama 24 jam membersamai anak-anak kita? 

Caranya dengan memberikan filter/kemampuan menolak pada anak-anak kita dengan memberikan pendidikan seks secara dini, yakni:
  • Mengenalkan nama-nama bagian tubuh
Mengajari anak nama bagian tubuh mereka sedini mungkin dan menyebut nama bagian pribadi dengan benar. Misalnya: tidak menyebut penis dengan "pisang/burung" atau vagina dengan "bagian bawah" dan lainnya.

Saat anak sudah cukup mengerti, ajak berdiri di depan cermin, dan dengan tanpa busana tunjukkan nama-nama bagian tubuhnya. Dan, usahakan sejak bayi anak dimandikan oleh orang tuanya sendiri. Kemudian saat sudah cukup usianya, ajarkan pula toilet training sesegera mungkin sehingga mereka mandiri dan bisa melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain.
  • Menekankan bagian-bagian tubuh yang tidak boleh dipegang dan dilihat oleh orang lain
Tidak boleh sembarang orang menyentuh dan melihat bagian tubuh, terutama bagian pribadi (dada sampai lutut).

Biasakan ganti baju di tempat tertutup. Misalnya, saat mau mandi juga harus lepas baju di kamar mandi, bukan nglepasnya dimana, mandinya di mana. Juga saat ingin BAK dan BAB, ajarkan selalu dilakukan di tempat tertutup.

Bunda Romi

  • Katakan TIDAK saat....
Tekankan pada anak untuk mengatakan "TIDAK" jika bagian pribadinya disentuh orang lain. Begitu juga jika ada yang meminta membuka baju di depannya, baik secara langsung maupun melalui video call/sosial media.


  • Tidak semua bagian tubuh anak boleh difoto
Jangan mengambil foto anak saat tidak berbusana/berpakaian minim. Tekankan juga pada anak bahwa tidak ada yang boleh mengambil foto bagian pribadinya. 

Jadi, hindari memotret anak saat enggak pakai baju, saat mandi atau berpakaian renang yang minim...Lalu mengunggahnya ke sosial media. Ingat, predator anak di luar sana akan senang karenanya dan bisa menyalahgunakannya!
  • Ajari anak bagaimana cara menghadapi situasi yang mengarah pada kekerasan seksual
Katakan "tidak suka" atau "tidak mau", segera beritahu orang tua/guru, pergi menjauh, berteriak keras dan membela diri.

Maka, untuk alasan apapun jangan pernah menakut-nakuti anak tentang satpam, hansip, polisi dan lainnya. Dan, kenalkan sistem pengamanan ini agar saat dibutuhkan mereka bisa mencari bantuan
  • Yakinkan pada anak bahwa ia bisa mempercayai orang tuanya untuk bercerita jika ia mengalami kekerasan seksual
Orang tua sebaiknya tidak menutup diri dan menganggap obrolan seputar bagian pribadi anak adalah hal tabu.

Tempatkan diri sesuai situasi. Kadang di level yang lebih tinggi sebagai orang tua yang harus dihormati. Kadang juga berbincang serasa berteman dengan anak kita meski tetap ada rasa hormat di sana. Dengan demikian tak pernah ada rasa malu/takut/kekhawatiran jika anak ingin "buka-bukaan" dengan apa yang dirasakan, terutama menyangkut masalah seksual.
  • Sepakati kode isyarat rahasia dengan anak
Ketika anak sudah cukup besar, orang tua dan anak dapat menyepakati kode tertentu untuk mengisyaratkan ketika mereka mencurigai gerak-gerik seseorang atau mendapatka perlakuan yang tidak diinginkan.

[Seperti saat kasus artis Manohara yang mendapatkan KDRT dari suaminya, Ibunya tahu dari isyarat yang dikirimkan putrinya].
  • Tekankan pada anak bahwa itu juga berlaku untuk anak lain
Agar anak dapat segera melapor saat melihat anak lain menjadi korban. Sehingga setiap anak bisa saling menjaga temannya.

Bunda Romi

Setelah mengenalkan pada anak akan apa itu kekerasan seksual dan cara pencegahannya, Bunda Romi lalu mengingatkan, sebagai orang tua juga perlu belajar tentang orientasi seksual.

Dulu penyimpangan orientasi seksual dianggap sebuah penyakit, tapi beberapa waktu terakhir sudah dianggap sebagai sebuah pilihan hidup. Bahkan di beberapa negara sudah ada legalitasnya.

Lalu, hal apa saja yang bisa memengaruhi penyimpangan orientasi seksual ini?
  • Faktor Keluarga
1. Pola asuh orang tua yang tidak seimbang
Salah satu orang tua sangat menunjukkan kedekatan secara afeksi dan emosi, hangat, sangat dekat dengan anak. Sementara yang satunya sangat otoriter, tidak hangat, sering menghukum, tidak dekat dengan anak.

Maka hindari selalu menakuti-nakuti anak akan Ayahnya, seperti:"Awas nanti Ayah marah!" atau "Nanti Ibu bilang Ayah" dan lainnya. Karena khawatirnya ini akan merenggangkan hubungan Ayah-Anak dan anak jadi bersikap negatif pada Ayahnya

2. Sikap orang tua terhadap lawan jenis
Ibu yang sangat dingin atau menjaga jarak dengan laki-laki atau sebaliknya. Atau orang tua terlalu melarang anak untuk berteman dengan lawan jenisnya.

Biarkan anak-anak bermain dengan teman yang sejenis maupun berlainan jenis kelamin.

[Bunda Romi pernah menangani kasus anak perempuan SMP yang punya pacar perempuan, ternyata setelah ditelusuri, ibunya beberapa kali kawin cerai. Sehingga membuat si anak benci laki-laki.]

3. Hubungan orang tua yang tidak harmonis
Pertengkaran yang terus-menerus yang didengar anak, KDRT dan perceraian.
  • Faktor Lingkungan Sosial
1. Anak dihambat melakukan aktivitas sesuai jenis kelaminnya
Anak perempuan terlalu didorong untuk berkegiatan maskulin dan anak laki-laki yang terlalu didorong melakukan aktivitas feminin.

2. Kekerasan seksual yang dialami semasa anak-anak
Yang biasanya dilakukan orang terdekatnya: ART, sopir, keluarga atau kerabat dekat.
  • Faktor lainnya selama anak beranjak dewasa
1. Pilihan pribadi
Individu mengidentifikasikan sendiri preferensi seksualnya.

2. Faktor pembelajaran
Terbiasa tinggal diantara orang-orang yang menyukai sesama jenis.

Bunda Romi

Bunda Romi pun mengakhiri materinya dengan pertanyaan, "Jadi, menjadi orang tua itu susah atau mudah?"

"Suusaaaah...!" Ibu-Ibu kompak menjawab.

Karena menjadi orang tua itu tidaklah mudah, juga enggak ada sekolahnya, maka kita musti terus belajar dan menambah pengetahuan sesuai dengan perkembangan jaman, begitu Bunda Romi menyemangati.

Caranya: dengan belajar dari orang tua/guru agama kita, banyak membaca tentang materi pengasuhan anak, mengikuti seminar/kajian terkait, belajar dari pengalaman...dan terutama belajar dari guru terbaik kita sepanjang masa: ANAK kita.

Bunda Romi, Ibu seorang putri (sebenarnya punya 5 anak, tapi yang 4 meninggal dunia), juga mengingatkan, setiap anak itu istimewa. Jadi biarkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai keunikan yang dimilikinya dengan tanpa adanya paksaan. Dan berikan dukungan serta dorongan sesuai dengan minat dan kemampuan.

Itulah kenapa anak kita sendiri adalah guru dalam pola pengasuhan yang kita terapkan. Karena masing-masing orang tua tentu mempunyai pola yang berbeda disesuaikan keistimewaan masing-masing anaknya.

Selain itu, sesuaikan juga pengasuhan dengan usia anak. Dengan memerhatikan Tugas Perkembangan Anak sesuai usianya. Di sana kita bisa punya acuan untuk usia sekian maka perkembangannya adalah yang demikian, dan seterusnya.

[Jadi jangan stres sendiri beranggapan anak enggak bisa melakukan, padahal memang kemampuan kognitifnya masih belum sampai ke usia perkembangan]

Berikutnya, dibukalah sesi tanya jawab. Diantaranya:

T: Anak SMP (laki-laki) bilang ke Ibunya kalau ingin punya pacar. Bagaimana cara menyikapinya?

Si Ibu selama ini membujuk agar enggak pacaran dulu dengan mengatakan: kalau gadis SMP yang cakep bisanya kalau sudah besar jadi jelek, begitu juga sebaliknya..Jadi enggak usah sekarang, nanti saja tunggu mereka besar!

(Semua peserta tertawa dengan saran yang diberikan si Ibu penanya. Tapi benar juga, dulu saya pas SMP item kusem. Sekarang?... masih item juga.. 😀)

Jawab: Bunda Romi menyarankan untuk mengajak anak diskusi dan buat perbandingan untung rugi punya pacar. Misalnya, jika dia punya jadwal futsal dengan teman-temannya, maka akan berkurang waktu hang out bareng genk futsalnya karena harus menemani pacarnya kemana-mana. Lalu, harus setiap waktu membalas pesan/panggilan dari sang pacar sehingga waktu main game-nya akan berkurang. 

Juga tawarkan ke anak untuk mengikuti kegiatan positif agar punya lebih banyak teman dengan harapan bertemu banyak karakter sehingga ia jadi tahu bermacam orang.

T: Saat Ibu masuk ke kamar anak (laki-laki), langsung si anak menutup laptopnya yang sebelumnya terbuka. Bagaimana cara menyikapinya?

Jawab: Semakin besar anak kita, berikan ruang yang cukup untuk mereka, begitu Bunda Romi mengingatkan. Privasi wajib dimiliki untuk pembentukan kepribadian dan menanamkan kepercayaan pada anak. Aturannya, jika memasuki kamar anak, mintalah ijin dulu dengan mengetuk pintu. Biarkan mereka menjawab dan siap dengan kedatangan kita. Tapi, tetap tanamkan juga ke anak bahwa kita percaya pada mereka. Terus ingatkan akan nilai dan norma kebaikan yang dipegang keluarga.

Tak perlu selalu menjadi polisi atau detektif yang memata-matai setiap gerak-geriknya. Justru perlakuan seperti itu akan membuat anak lari dan tak lagi percaya pada orang tuanya sendiri.

T: Anak (perempuan) ingin sekali kuliah di luar negeri. Si Ibu mendukung, Ayah melarang dengan alasan khawatir jika terjerumus pergaulan bebas dan lainnya.

Jawab: Menurut Bunda Romi, jika orang tua sudah menanamkan kepercayaan, kemampuan untuk menjaga diri dan kemandirian pada anak, maka tak ada alasan untuk menolak. Diskusikan semua baik suka maupun dukanya jika bersekolah jauh dari orang tua.

[Jika si Ayah tetap melarang juga: ajak ke psikolog saja yaa....begitu imbuhnya😀]

T: Anak (perempuan) kelas 2 SD kurang di pelajaran Matematika. Di les-in Matematika oleh Ibunya malah selalu menangis saat belajar/berangkat les. Tapi, anak ini hobi dan unggul dalam menari dan menyanyi.

Jawab: Bunda Romi yang sudah berpuluh tahun menggeluti profesi psikolog mengatakan, sampai saat ini belum ada penelitian yang membuktikan bahwa kemampuan Matematika seseorang di masa sekolah akan membuat seseorang unggul saat dewasa/di dunia kerja. Intinya tiap anak itu punya kelebihan dan kekurangan. Dukung kelebihannya agar berkembang optimal dan tentang kekurangan enggak apa-apa jika nilainya rata-rata saja (misalnya nilainya standar KKM di sekolah)

Akhirnya, Bunda Romi yang nampak masih awet muda di usia 58 tahun ini pun menutup seminar dengan ajakan pada para orang tua untuk lebih peduli lagi pada isu kekerasan seksual pada anak ini. Karena anak adalah amanah yang dititipkan Allah SWT pada kita. Tentunya menjadi tanggung jawab kita untuk mengasuh, membimbing dan mendidiknya dengan sebaik-baiknya. Agar kelak mereka tumbuh besar menjadi insan yang saleh/salihah dan bisa menjadi pembawa kebaikan bagi agama, keluarga, dan sesamanya. Aamiin.

Jadi, yuk semangat menjadi orang tua yang lebih baik lagi!😍



Happy Parenting - Happy Sharing,

Dian Restu Agustina

Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

36 komentar untuk " "

  1. Klo ngomongin hal satu ini pasti rada sensitif ya mb, aplg buat cew, hehe. Aku setuju bgt sama bunda romi, gak ad hub.antara kemampuan mtk dg kesuksesan anak kelak,krn tiap anak sdh pny bakat sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Mbak..ini kasus anakku banget. Yang pertama lancar Matematika yang kedua kurang..tapi hapalan oke :D

      Hapus
  2. Ya ampuunn mbaaa..
    Saya sampai bolak balik hp, mencari sudut mana dari gambar itu yang menggambarkan ikan.

    Nantilah baca 9 ekor ikan baru ngeh 😂

    Btw keren banget ya ilmunya, saya juga lagi belajar banyak ttg ilmu2 menghadapi anak yang beranjak gede.
    Namun entah mengapa saya masih geli ngajarin bilang penis ama anak.
    Mending pakai alat kelamin pria hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi..jadi udah nemu 9 lumba-lumbanya belom?

      Iya boleh, yang penting bukan pakai perumpamaan..kayak, pisang/terong atau lainnya

      Hapus
  3. Bunda Romi!
    aku jadi keinget pas di AFi dulu, smeoga sehat selalu bund
    memang persepsi mata tergantung mbak, hehe
    orientasi seksual dan segala perkembangan seks memang sangat dipengaruhi pola asuh dan lingkungan sejak kecil
    maka dari itu, peran orag tua sangat penting
    sayang, tak banyak ortu yang sadar
    apalagi, miris melihat berita tentang pelecehan seksual sekarang yang menyasar anak2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bunda Romi yang di AFI dan Beliau tetap segitu mukanya...awet muda bangets...

      Betul Mas, kepedulian orang tua yang utama :)

      Hapus
  4. Informasi yang lengkap dan sangat mengedukasi. Terima kasih sudah berbagi.Betewe nanti kalau ketemu lagi sama bunda Romi, sampaikan salam saya yah... Salam kenal maksudnya, hehehe...

    BalasHapus
  5. Materinya bagus sekali. Sangat jelas dan informatif untuk dipraktikkan. Ya emang sih, jadi ortu zaman sekarang itu tantangan banget. Meskipun informasi semakin mudah diakses, tapi arus perubahan juga semakin kencang. Tapi insya Allah harus kuat. TFS, Mbakyu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar Mbak...tantangan kita bagaiman biar enggak ikut terseret arus dan dalam posisi masih mengikutinya :)

      Hapus
  6. Yang paling utama membentuk moral kepribadian anak tetep pendidikan agama. Dan kita sebagai orang tua punya peran yang sangat penting membentuknya. Dari sikap dan perilaku kita sehari-hari. Betul sekali itu, jadi orang tua tidak lah mudah. Semoga kita dicukupkan ilmu dan rizki untuk mendidik anak-anak kita jadi generasi terbaik ya Mbak (meskipun saya belum punya beby, hiiiks)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin..untuk semoganya, dan Aamiin untuk beby-nya..:)

      Doa yang terbaik untuk Mbak Tia dan suami tercinta...#peluk

      Hapus
  7. Lengkap bgt resumenya mb... Aku lagi berusaha sabar dan pantang menyerah sama anakku yg usianya hampir 3 tahun nih.. aku kenalin anggota tubuh yg gak boleh dilihat orang lain. Tapi tiap mau pake baju pasti ada drama dia lari-lari ke depan toko dulu. Hadeeh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin sambil bermain Mbak..nyeplos dengan spontan begitu..:)
      Tetap semnagat yaaa

      Hapus
  8. Komplit. Makasih mbak-e. Ide jawab ijin pacaran itu aku catet. Aku ingat-ingat kalau nanti anakku Gedhe ha ha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sami-sami...Ini aku juga musti siap-siap jawaban, secara anaknya dah mulai cerita tentang perempuan hihihi

      Hapus
  9. Makasih sharenya bunda. Saya serasa diingatkan kembali dengan materi ini. Allhamdulillahnya Erysha dari kecil sudah dikenalkan dengan semua anggota badannya termasuk alat kelaminnya. Dari kecil pun, cuma saya atau kadang suami yang memandikan Erysha. Erysha pun jarang banget saya tinggali kecuali dititipkan ke ayahnya atau neneknya n klo uploat foto anak juga seperlunya aja. Sbgai salah satu cara saya menjaga Erysha karena ia mash kcil jd blum bisa melindungi diri ☺️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, kalau Bunda Erysha percaya..memang sudah belajar ini Insya Allah sudah mempraktekkan ya..:)

      Hapus
  10. terima kasih yaa mba untuk sharingnya, sangat bermanfaat banget. Hal ini sangat penting banget untuk anak2, harus diajarkan sejak dini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya , Mbak buat tambah ilmu kita sebagai orang tua:)

      Hapus
  11. Mbak Diaaaan bagus banget sharingnyaaa. Aduuh aku jadi gemetar membayangkan gimana ngajarin Musa soal ini yaa. Bismillah semoga kelak dia mengertii ya Mbak. Aku saveeeee mbak

    BalasHapus
  12. Mba dian komplit banget ini penjelasannya. Antara dag dig dug bacanya. Ya allah betapa banyak tantangan pengasuhan anak. Semoga Allah lindungi anakku selalu :(

    Makasih banyak ya mb.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin...Semoga anak-anak kita selalu dalam penjagaan Allah SWT ya Mbak:)

      Hapus
  13. Lengkap banget mbak infonya. Mantap sharingnya, memang mengajarkan pendidikan " menjaga diri " ke anak kian terasa sekarang ya mbak, banyak pemberitaan yang bikin ngeri. Bikin orangtua was - was rasanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya..semoga kita dikuatkan dan dimudahkan dalam mendidik anak-anak ya Mbak

      Hapus
  14. Panjang lebar dance sangat bermanfaat ilmunya mba. Mulai sekarang harus mengajarkan anak untuk mengatakan tidak terhadap bentuk bentuk kekerasan seksual. Smoga anak anak kita terhindar dari itu

    BalasHapus
  15. Mba Dian rumahnya dimana sih?
    Anak2 saya sekolahnya dulu di Al Azhar kembangan, makin keren dunk klo suka ngadain seminar gitu.

    BalasHapus
  16. Keren sangat tipsnya dari Bunda Romi ini. Makasih sudah berbagi info mba Dian! Sebagai orang tua memang harus protektif terhadap anak, tentu dengan tetap memberi ruang kebebasan bagi mereka ya. Semoga anak-anak kita selalu dilindungi Tuhan. Amiinn

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin..ya Mbak tarik ulur ya, kasih proteksi tapi juga beri ruang :)

      Hapus
  17. Emnk yg ketek itu sering bikin salah fokus. Miris bngat liat kasus yg ke publish ke media, yg blm ke publish mungkin lbh bnyak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya lebih banyak yang enggak lapor juga enggak terpublish ya Mas :(

      Hapus