Mau Tahu Indonesia dalam Versi Mini? Ya ke Taman Mini!
Mau Tahu Indonesia dalam Versi Mini? Ya ke Taman Mini! Halo Hola...Meski sudah sekitar 9 tahun tinggal di Jakarta, saya belum mengunjungi semua sudut kotanya. Bukan karena saya enggak mau eksplor kota tempat saya tinggal yaaa, tapi alasan kemacetan yang meraja di sana-sini kadang menghambat diri untuk mendatangi satu tempat yang hebat. #alasan 😀
Tapi beruntunglah, setiap kali ada sanak saudara dari kampung halaman yang berkunjung ke Jakarta, saya dan keluarga pun punya alasan untuk main ke tempat-tempat menarik di sini. Dan, salah satu yang saya kunjungi saat ketamuan kakak dan suami minggu lalu adalah: TMII alias Taman Mini.
Sebenarnya, beberapa kali saya sudah ke Taman Mini ini. Kunjungan pertama saya ke Taman Mini adalah 22 tahun yang lalu saat saya kuliah di Bali. Saat itu saya satu kamar kos dengan teman yang berasal dari Balige, Sumut yang punya kakak tinggal di Jakarta. Jadilah pas liburan semester saya ikut dia mudik Natal ke Jakarta.
Curhat gajenya seperti saya kutip dari status Facebook saya berikut ini beserta perbandingan fotonya! 😁
Saat belia, saya sudah bercita-cita untuk bepergian kemana-mana, entah itu untuk menetap atau hanya sekedar berkunjung saja.
Jadi, ketika takdir membawa saya bersekolah ke Pulau Dewata dan bersahabat dengan teman yang sebelumnya tinggal di Jakarta, semua makin terlihat nyata.
Saat itu, 28 Desember 1995, saya menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di ibukota negara tercinta. Dan, sempat membisikkan harap, suatu saat akan datang lagi dan berkarya di sini suatu hari nanti.
Dan, harapan itu ternyata terwujud dengan indahnya. Saya sejak tahun 2007 yang lalu ditakdirkan tinggal bersama keluarga di Jakarta.
Lalu, ketika kenangan itu menyeruak di dalam benak, saya pun membongkar foto-foto lama yang syukurnya masih ada.
Akhirnya, di sinilah saya siang tadi, di depan Teater Keong Emas TMII. Di tempat yang sama saat saya berfoto 22 tahun yang lalu...
Ternyata, selalu ada episode hidup yang dirahasiakan-Nya...Yang membuat saya sebagai hamba, tak pernah mampu menebaknya.
Mengingatkan saya bahwa bila kenyataan tak sesuai dengan harapan, syukur musti tetap dilantunkan. Karena manusia merancang dengan cita-cita tapi Allah merancang dengan cinta-Nya.
Cukup kita berprasangka baik kepada-Nya, maka Allah akan berikan yang terbaik. Insya Allah....❤
pic by tamanmini.com |
Saat itu, Taman Mini masih keren sekali. Semua tempat bersih terawat. Pengunjung harus rela antri panjaaaang untuk memasuki sebuah wahana, museum atau anjungan yang ada. Semua tempat juga buka dan bisa dikunjungi siapa saja...Dan itu ramainyaaa!
Setelahnya, saya beberapa kali juga mengunjungi Taman Mini bersama suami dan anak-anak saya. Baik itu untuk berwisata keluarga maupun karena ada undangan acara pernikahan teman, acara reuni atau family gathering kantor suami.
Nah, dalam beberapa kali kunjungan, makin ke sini saya jadi sedih melihat kondisi Taman Mini. Beberapa tempat nampak kurang terawat. Dan bahkan tidak menerima lagi pengunjung dan lama kelamaan jadi hancur.
Hal ini membuat saya yang dulu menjadi saksi kejayaannya pun merasa merana...#huwaaa.
Rasanya sayang bangets kalau sebuah taman yang juga miniatur Indonesia yang menampilkan koleksi lengkap keanekaragaman budaya Nusantara enggak bisa bertahan tergerus persaingan beragam hiburan. Hiks!
Tapi, ya sudah daripada diam saja, lebih baik berperan aktif dengan cara mengunjunginya, ya enggak?😍
Baiklah, kalau begitu, kuy kite ke Taman Mini...!! Ini nih lokasinya:
Baiklah, kalau begitu, kuy kite ke Taman Mini...!! Ini nih lokasinya:
Lalu, bagaimana cara ke sananya?
- Kalau menggunakan kendaraan pribadi, tinggal ketik TMII di aplikasi Google Maps-nya, atau set di GPS kendaraannya dan cusss..berangkat!
- Naik Kereta KRL Commuter Line ke Stasiun Duren Kalibata. Dari depan stasiun naik bis Kopaja T 57 arah Terminal Bus Kampung Rambutan. Turun di depan Mal Pusat Grosir Cililitan (PGC). Lanjut naik angkot merah KWK T 02 arah Cilangkap atau KWK T 01 arah Bambu Apus. Turun di depan Pintu 1 atau Pintu 3 Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur.
- Naik Kereta KRL Commuter Line ke Stasiun Pasar Minggu. Jalan sedikit ke arah pertigaan Jalan Raya Pasar Minggu – Ramayana. Di situ naik angkot merah KWK S 15A arah Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Pintu 2. Turun di seberang Mal Taman Mini Square (Tamini Square), Jalan Raya Pondok Gede. Menyeberang ke depan Mal Tamini Square. Lanjut naik angkot merah KWK T 02 arah Cilangkap atau KWK T 01 arah Bambu Apus. Turun di depan Pintu 1 atau Pintu 3 Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.
- Naik bus TransJakarta dan turun di halte Pinang Ranti, Jakarta Timur. (bis yang single). Lalu menyebrang ke depan Tamini Square, terus naik angkot K40, T15A,...turun di Pintu 1 TMII
Lalu, sesampainya di pintu masuk, kita akan menemui gardu loket tempat membeli tiket sebesar 15 ribu/orang, 10 ribu/motor dan 15 ribu/mobil.
Setelahnya kita akan menjumpai Tugu Api Pancasila di hadapan kita.
Dan mulailah menjelajahi Indonesia dalam bentuk mini di Taman Mini.
Oh ya, jam operasional pintu masuk adalah setiap hari Senin-Minggu dari pukul 07.00 - 22.00 (untuk jam buka lokasi lainnya periksa di website untuk lengkapnya)
Untuk peta lokasi selengkapnya sebagai berikut:
Setelahnya kita akan menjumpai Tugu Api Pancasila di hadapan kita.
Dan mulailah menjelajahi Indonesia dalam bentuk mini di Taman Mini.
Oh ya, jam operasional pintu masuk adalah setiap hari Senin-Minggu dari pukul 07.00 - 22.00 (untuk jam buka lokasi lainnya periksa di website untuk lengkapnya)
Untuk peta lokasi selengkapnya sebagai berikut:
Selanjutnya, jika tidak membawa kendaraan pribadi, jangan khawatir, area Taman Mini seluas 1,8 km persegi (180 hektar) ini bisa kita kelilingi dengan angkutan yang sudah disediakan pihak pengelola, diantaranya: penyewaan sepeda, mobil wisata dan kereta wisata.
Untuk tempat mana yang akan dikunjungi, sebelum ke Taman Mini lebih baik direncanakan dulu apakah nanti akan ke anjungan daerah dulu, ke museum, ke wahana atau taman yang tersedia ataukah mengunjungi rumah ibadah yang ada.
Oh ya, masing-masing tempat ada yang masuknya berbayar adapula yang gratis. Misalnya untuk Museum Bayt Al Quran/Museum Istiqlal dan Museum Penerangan, masuknya gratis. Dan untuk yang berbayar misalnya Museum Olahraga 2 ribu/orang, Museum Keprajuritan 4 ribu/orang dan Museum Indonesia yang saya kunjungi hari itu, 15 ribu/orang.
Cukup terjangkau bukan?
Selanjutnya, dari wahana Kereta Gantung kami menuju Anjungan Daerah Papua.
Mengapa ke Papua?
Karena sebelumnya sudah ke beberapa anjungan lainnya. Maka untuk kali ini singgahnya ke sini.....
Di anjungan ini kita disuguhi 3 bangunan utama yang merupakan replika rumah adat suku di Papua yang dari info petugasnya berjumlah sekitar 250 suku.
Terbayang kan, dari 750 suku di Indonesia, sepertiganya berada di Papua! Wow!!
Ada juga diorama kehidupan masyarakat Papua yang disajikan di sekitar area.
Di sisi kiri adalah rumah Honai, dimana ada beberapa bangunan yang dibedakan menurut yang menempati. Misalnya rumah khusus anak-anak di bawah usia 10 tahun dan para Ibu. rumah untuk para lelaki juga untuk kandang babi.
Di sini, ada beberapa pakaian, senjata dan pernak-pernik khas Papua yang bisa disewa pengunjung dan dipakai untuk berpose ala masyarakat Papua. Dan, petugasnya membantu untuk memasangkan aksesoris itu. Cukup dengan biaya sukarela sebesar 10 ribu saja sekali pakai.
Untuk tempat mana yang akan dikunjungi, sebelum ke Taman Mini lebih baik direncanakan dulu apakah nanti akan ke anjungan daerah dulu, ke museum, ke wahana atau taman yang tersedia ataukah mengunjungi rumah ibadah yang ada.
Oh ya, masing-masing tempat ada yang masuknya berbayar adapula yang gratis. Misalnya untuk Museum Bayt Al Quran/Museum Istiqlal dan Museum Penerangan, masuknya gratis. Dan untuk yang berbayar misalnya Museum Olahraga 2 ribu/orang, Museum Keprajuritan 4 ribu/orang dan Museum Indonesia yang saya kunjungi hari itu, 15 ribu/orang.
Cukup terjangkau bukan?
Candi Bentar di Museum Indonesia |
Nah, Sabtu lalu, begitu sampai di Taman Mini, saya menuju ke wahana Kereta Gantung.
Kereta Gantung ini berharga tiket 50 ribu /orang untuk hari Sabtu/Minggu/libur. Sedangkan di hari biasa tiketnya 40 ribu rupiah.
Kereta gantung ini membuat kita bisa menyaksikan beraneka anjungan, museum, dan wahana yang ada dari ketinggian.
Kereta gantung ini membuat kita bisa menyaksikan beraneka anjungan, museum, dan wahana yang ada dari ketinggian.
Kereta tersedia dalam tampilan warna-warni dan dioperasikan dengan hati-hati. Karena ada petugas jaga yang memandu setiap keberangkatan dan saat akan kembali ke titik awal.
Satu kereta bisa dinaiki oleh 4 orang dan...rasakan sensasi menaiki kereta yang melayang dan nikmati miniatur Indonesia yang nampak di bawah sana.
Oh ya, 22 tahun lalu saya juga menaiki kereta ini dan saat itu antrinyaaa...Tapi kini sepi! Hanya beberapa orang saja penumpangnya. Mungkin karena cukup mahal ya tiketnya mengingat jaraknya juga enggak terlalu jauh.
Tapi sepadan kok, apalagi bagi yang belum pernah menaiki kereta sejenis ini...worth it!
Oh ya, 22 tahun lalu saya juga menaiki kereta ini dan saat itu antrinyaaa...Tapi kini sepi! Hanya beberapa orang saja penumpangnya. Mungkin karena cukup mahal ya tiketnya mengingat jaraknya juga enggak terlalu jauh.
Tapi sepadan kok, apalagi bagi yang belum pernah menaiki kereta sejenis ini...worth it!
Selanjutnya, dari wahana Kereta Gantung kami menuju Anjungan Daerah Papua.
Mengapa ke Papua?
Karena sebelumnya sudah ke beberapa anjungan lainnya. Maka untuk kali ini singgahnya ke sini.....
Di anjungan ini kita disuguhi 3 bangunan utama yang merupakan replika rumah adat suku di Papua yang dari info petugasnya berjumlah sekitar 250 suku.
Terbayang kan, dari 750 suku di Indonesia, sepertiganya berada di Papua! Wow!!
Ada juga diorama kehidupan masyarakat Papua yang disajikan di sekitar area.
Di sisi kiri adalah rumah Honai, dimana ada beberapa bangunan yang dibedakan menurut yang menempati. Misalnya rumah khusus anak-anak di bawah usia 10 tahun dan para Ibu. rumah untuk para lelaki juga untuk kandang babi.
Di sini, ada beberapa pakaian, senjata dan pernak-pernik khas Papua yang bisa disewa pengunjung dan dipakai untuk berpose ala masyarakat Papua. Dan, petugasnya membantu untuk memasangkan aksesoris itu. Cukup dengan biaya sukarela sebesar 10 ribu saja sekali pakai.
Puas bergaya ala saudara dari Papua, langkah kaki menuju bangunan lainnya yang menyajikan beraneka hasil budaya Papua. Ada ukiran kayu, lukisan di kulit kayu, anyaman, aneka senjata, alat musik, burung Cendrawasih yang diawetkan, benda yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari....
Pokoknya lengkap!
Pokoknya lengkap!
Teriknya surya mengiringi langkah kaki saya keluar dari anjungan Papua. Anjungan ini cukup sepi dibandingkan anjungan lainnya. Entah karena lokasinya yang memang di ujung, atau karena hal lainnya.
Hmm...semoga enggak dilewati lagi ya kalau ke TMII..Yuk dong, mampir sini, biar tahu Papua dalam versi mini. Kalau langsung ke Papua jauh dan mahal pula...ya enggak?
Karena waktu sudah menunjukkan waktu makan siang, saya sekeluarga pun berburu tempat makan. Sebenarnya lebih baik kalau datang berombongan sangu makanan sendiri saja, sekalian piknik di pinggir danau kepulauan Indonesia atau di tempat lainnya asal tetap menjaga kebersihan.
Terus kalau enggak bawa makanan, makan dimana?
Jangan khawatir, di Taman Mini tempat makan tersebar di berbagai sudut. Mau yang fast food atau menu Nusantara banyak pilihannya. Bahkan di beberapa anjungan juga ada warung yang menjajakan makanan khas setempat sehingga bisa jadi obat kangen kaum perantauan seperti saya.
Oh ya, selain tempat makan, beberapa sudut juga ada penjual souvenir. Meski terkesan kurang rapi karena sekarang selain di kios resmi, penjual juga menggelar lapak di pinggir jalan, tapi dagangannya lumayan murah juga. Daripada ribet dan macet ke Tanah Abang, sekalian beli oleh-olehnya di Taman Mini saja.😀
Setelah makan siang, kami pun menjajal lagi Titihan Samirono/Aeromovel yang tiketnya berharga 40 ribu/orang.
Kereta Aeromovel (aeromovel indonesia) adalah kereta yang berjalan dengan tenaga angin (Jawa:samirana) di atas jalan layang setinggi 6 meter dari permukaan tanah.
Kereta ini disebut juga titihan samirono dan memiliki kecepatan 15-20 km/jam, meskipun sesungguhnya kendaraan ini mampu melaju dengan kecepatan 60 km/jam. kecepatan 15-20 km/jam merupakan kecepatan ideal mengingat panjang lintasan sekitar 3,2 km sekaligus memungkinkan para penumpang memiliki waktu lebih lama untuk memandang panorama taman mini dengan lebih nyaman dan aman.
Eh, tapi kok naik kereta lagi sih?
Itu karena Pak Suami seneng bener sama yang namanya kereta...Jadi kalau ke satu tempat ada kereta apalah apalah, dia pasti keukeuh mau menaikinya (meski sudah pernah naik sebelumnya..hhh) Jadilah yang lain ikut sajaaa...hahaha
Nah, naik Titihan Samirono ini, kita bisa mengelilingi area Taman Mini. Bisa naik atau turun di stasiun yang diinginkan. Atau sekedar naik dan turun lagi di stasiun awal.
Sayangnya, beberapa stasiun kondisinya sungguh memprihatinkan dan bahkan hancur tidak dipakai lagi.
Hmm...semoga enggak dilewati lagi ya kalau ke TMII..Yuk dong, mampir sini, biar tahu Papua dalam versi mini. Kalau langsung ke Papua jauh dan mahal pula...ya enggak?
Karena waktu sudah menunjukkan waktu makan siang, saya sekeluarga pun berburu tempat makan. Sebenarnya lebih baik kalau datang berombongan sangu makanan sendiri saja, sekalian piknik di pinggir danau kepulauan Indonesia atau di tempat lainnya asal tetap menjaga kebersihan.
Terus kalau enggak bawa makanan, makan dimana?
Jangan khawatir, di Taman Mini tempat makan tersebar di berbagai sudut. Mau yang fast food atau menu Nusantara banyak pilihannya. Bahkan di beberapa anjungan juga ada warung yang menjajakan makanan khas setempat sehingga bisa jadi obat kangen kaum perantauan seperti saya.
Oh ya, selain tempat makan, beberapa sudut juga ada penjual souvenir. Meski terkesan kurang rapi karena sekarang selain di kios resmi, penjual juga menggelar lapak di pinggir jalan, tapi dagangannya lumayan murah juga. Daripada ribet dan macet ke Tanah Abang, sekalian beli oleh-olehnya di Taman Mini saja.😀
Setelah makan siang, kami pun menjajal lagi Titihan Samirono/Aeromovel yang tiketnya berharga 40 ribu/orang.
Kereta Aeromovel (aeromovel indonesia) adalah kereta yang berjalan dengan tenaga angin (Jawa:samirana) di atas jalan layang setinggi 6 meter dari permukaan tanah.
Kereta ini disebut juga titihan samirono dan memiliki kecepatan 15-20 km/jam, meskipun sesungguhnya kendaraan ini mampu melaju dengan kecepatan 60 km/jam. kecepatan 15-20 km/jam merupakan kecepatan ideal mengingat panjang lintasan sekitar 3,2 km sekaligus memungkinkan para penumpang memiliki waktu lebih lama untuk memandang panorama taman mini dengan lebih nyaman dan aman.
pic by tamanmini.com |
Itu karena Pak Suami seneng bener sama yang namanya kereta...Jadi kalau ke satu tempat ada kereta apalah apalah, dia pasti keukeuh mau menaikinya (meski sudah pernah naik sebelumnya..hhh) Jadilah yang lain ikut sajaaa...hahaha
Nah, naik Titihan Samirono ini, kita bisa mengelilingi area Taman Mini. Bisa naik atau turun di stasiun yang diinginkan. Atau sekedar naik dan turun lagi di stasiun awal.
Sayangnya, beberapa stasiun kondisinya sungguh memprihatinkan dan bahkan hancur tidak dipakai lagi.
Puas berkeliling lagi dengan Titihan Samirono ini, saya sekeluarga pun menuju Museum Indonesia.
Puas berbangga dengan kebudayaan Indonesia di Museum Indonesia, kami pun mengakhiri kunjungan ke Taman Mini. Meski hanya ke satu anjungan, satu museum dan naik dua kereta, tapi ternyata capeknya lumayan juga. Karena siang hari sampai di sananya, jadi energi terkuras saat panas mendera.
Ya, sudah pulang dulu saja, lain kali ke sini lagi...😀
Oh ya, tips buat teman-teman yang ingin mengunjungi Taman Mini:
- Kenakan pakaian dan alas kaki yang nyaman, karena kita akan banyak berjalan. Pakai topi kalau ada.
- Bawa persediaan air minum sendiri
- Bawa bekal makanan dan lakukan piknik ala-ala
- Coba makanan khas setempat di anjungan yang dituju jika enggak bawa bekal, dijamin lezatos karena masakan asli dari daerah asal anjungan.
- Bawa wadah untuk sampah makanan/minuman kita atau buang langsung ke tempat sampah yang banyak tersedia
- Pastikan merencanakan dulu mau kemana dengan mengunjungi website Taman Mini biar enggak kebingungan sampai di sana nanti
- Periksa kalender event yang ada, jadi sekalian berkunjung kita bisa menyaksikan kegiatan apa yang ada
- Parkirlah kendaraan di lokasi parkir yang ada dan berjalan kaki ke sekelilingnya. Hindari parkir kendaraan sembarangan agar tidak menimbulkan kemacetan bagi pengendara lainnya.
- Jika tidak membawa kendaraan sendiri, manfaatkan persewaan sepeda yang ada untuk berkeliling, ada yang single/tandem. Bahkan ada persewaan motor meski sepertinya bukan dari pengelola (saya ditawari kemarin)
- Patuhi peraturan yang ada, seperti di museum dilarang memegang koleksi, dilarang makan/minum di ruangan dan lainnya
- Kalau datang berombongan untuk menghemat biaya pilih tempat yang tidak berbayar untuk menghemat pengeluaran.
- Datang pagi-pagi agar enggak kepanasan nanti dan lebih banyak tempat yang bisa dikunjungi
Wokeee lah!! Yuks temans, singgah ke Taman Mini kalau mau tahu Indonesia dalam versi mini !!
Selamat Berwisata,
Dian Restu Agustina
Jadi pengen ke TMII, itu rasanya gimana ya naik kereta melayang gitu, pasti seru..
BalasHapusseruuu, Mbak..ngeri juga bagi yang pertama kali :0
HapusWhoowaaaa ... kak Dian dan anak kesampaian berfoto di rumah adat Papua dan pakai kostum mereka 😲👍
BalasHapusKereen ...
Aku dulu kesini karena keterbatasan waktu ngga sempet berfoto di lokasi rumah adat Papua ini.
Waktu itu bertemu dengan orang Papua asli ngga disana,kak ?.
Dulu aku lihat 3 cowok pakai pakaian adat mereka, tubuh mereka dilukis warna putih ...
Padahal pengiiin banget foto sama mereka ..
Iya, petugasnya beberapa..Papua asli, tapi enggak berkostum. ramah-ramah mereka..:)
HapusDulu ke TMII pas masih kecil.. Udah lama buanget nggak ke TMII berarti..
BalasHapusPaling suka yg miniatur Indonesia.. hehe
kapan-kapan ke sini lagi, ada yang baru lho
HapusWah 22 tahun lalu masih nyimpen fotonya? Saya saja yg ke TMII 15 tahun lalu entah kemana semua liburan ke ancol dan TMII.
BalasHapusJalan jalan di TMIi sama aja jalan ke mall. Biarpun lama tapi bikin betah
Iya, fotonya ketemu di rumah Ibu , masih disimpan Beliau :)
HapusOkeehh, saya sedihh karena belum pernah sama sekali ke sini hiks 😂
BalasHapusTapi emang bener ya mba, kalau belum bisa keliling Indonesia langsung, mending ke sini dulu yaa..
Saya makin mupeng mau ke jekardah 😀
Yuks, kapan ke Jakarta mampir TMII yaa
Hapusliat foto di TMII tahun 90an jadi inget buat nyari2 file foto yg sama, aku dluu pertama kali ke TMII ya taun 90an, masih kecil imut. kapan bs main sini lagi ehmm
BalasHapusayo dicari fotonya, terus ke TMII lagi buat pose old and now :)
HapusSaya juga mbak pertama kali ke tmii itu 20 tahun yang lalu pas masih sd. Waktu itu sempat naik kereta gantung juga. Duh jadi pengen ke sana lagi
BalasHapuswah hampir sama ya..20 tahunan lalu, semoga bisa ke TMII lagi ya mbak
HapusFoto before and afternya keren, euy. Mimpi yang mewujud nyata ya, Mbak. Akhirnye beneran jadi penduduk jakarte ye, Mpok :D
BalasHapusBtw, terima kasih untuk paragraf pertamanya. Sedikit mewakili saya yang baru secuil keliling Malang Raya. Daerah kota sekarang macetnya ngeriii kalo akhir pekan. Padahal misua pulangnya malah akhir pekan. Lho, malah curhat? Hehe
lha itu dia, pak suami juga males kalau weekend keliling kota karena tiap hari kerja sudah bermacet-macet ria..masa akhir pekan macet-macetan juga ...hiks
Hapusmemang taman mini itu wisata edukasi yang mantap dari dulu sampai sekarang
BalasHapusbetul Mbak
HapusSaya pernah ke taman mini sekadar berkeliling aja dan foto di beberapa spot seperti depan Keong Emas itu. Tidak mampir ke anjungan-anjungan karena waktunya mepet :-) Sayang banget ya mbak kalau ga terawat :(
BalasHapusIya Mbak..beberapa tempat kurang terawat, sayang banget
Hapussaya udah lama juga main ke taman mini, sekitar tahun 1999, pasti sudah banyak sekali perubahan
BalasHapusMampir Taman Mini lagi Mas...biar ramai kembali sini
HapusMbak Dian, aku kok bahagia banget ya liat foto tahun 95 nya. Soalnya dokumentasiku masa itu ada di rumah Mama. Itupun sedikit
BalasHapusApa mungkin karena pemasukan yang gak imbang sama biaya pemeliharaan ya, makanya makin gak terawat. Mungkin kalo aku kesana juga bakal sedih. Secara punya memori di TMII juga waktu kecil
wahhh saya sudah 5 bulan di jkt malah ga pernah ke TMII, padahal udah kerja disini nih. Malas keluar saya mba, terus ga ada temen pula itu, ahhh kalau mau jalan pasti asyik karena banyak yang bisa di eksplore
BalasHapusWaahhh,, seru sekaliii...
BalasHapusKalau ke TMII, cukup dengan waktu 1 hari ga ya? Luas banget..