Pantai Pandawa dan Keseruan yang Enggak Ada Habisnya!
Pantai Pandawa dan Keseruan yang Enggak Ada Habisnya! Temans, sekedar pengumuman, ini adalah lanjutan cerita saya, saat liburan ke Bali di bulan Juli. Jadi jangan bosan yaa, karena ceritanya memang belum habis-habis juga hahaha...Then mengingatkan saja, saya dan keluarga awalnya sampai di Lovina, lanjut ke Bedugul, terus nginep di Kintamani , lalu ke Pura Besakih (ini skip dulu ceritanya 😀) dan terakhir stay di Jimbaran. Nah, itinerary yang padat ada saat di Jimbaran ini. Karena saya tak hanya ingin berwisata saja, tapi juga ingin bernostalgia ke kampus tercinta dan tempat bekerja. Tujuannya sih bukan hanya untuk mengenang mantan masa lalu, tapi lebih pada ingin menunjukkan anak-anak akan riwayat sang Ibu.😍
Nah, tujuan awal yang terjadwal di hari pertama adalah: Kampus Universitas Udayana tempat saya menuntut ilmu jaman unyu-unyu dulu. Gimana enggak unyu coba, sudah 24 tahun yang lalu lho ternyata.
Yups, saya masih ingat saat tahun 1994, dijemur di depan rektorat bareng sekian ribu mahasiswa baru.
Jadi, saya sudah t-u-a berarti! Hiks!
Ah, abaikan usia, semangat yang paling penting! Apalagi kalau untuk urusan traveling! kwkwkw
Nah setelah puas bernostalgia di Kampus Udayana, di cerahnya udara Bali, kami langsung cuss ke next destinasi, Pantai Pandawa yang terletak di Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.
Sejatinya saat pertama browsing lokasinya, saya agak enggak percaya. Dulu, jaman tinggal di sekitar Kampus Udayana-Bukit Jimbaran, saya dan teman-teman sering jalan-jalan ke pantai di sekitar. Saya ragu apakah yang saya kunjungi waktu itu adalah Pantai Pandawa ini. Karena dulu daerah Ungasan ini areanya berbukit kapur, panas, kering dan tandus. Sehingga kalau mau ke pantai musti mendaki bukitnya dulu. Karena pantai yang indah berada di balik bukit itu.
Maka, ketika GPS kami sudah mengarah ke lokasi dan kendaraan mulai memasuki gerbang masuknya, saya pun terperangah jadinya...
Masya Allah, ini dulu bukit kapur lho....! Bukitnya sekarang dibelah jadi jalan. Sehingga akses ke pantai pun mudah, mulus dan langsung tembus!
Kereeen!
Sesampainya di gerbang yang bangunannya diselaraskan dengan warna perbukitan, saya membayar tiket masuk sebesar 8.000/orang dan 5.000 untuk biaya parkir kendaraan.
Berdasarkan keterangan singkat yang ada pada tiketnya, ternyata Pantai Pandawa dinamai begitu karena dilatarbelakangi sejarah warga sekitarnya.
Disebutkan bahwa dulunya kawasan Pantai Pandawa dikenal dengan nama Pantai Penyekjekan. Perubahan nama menjadi Pantai Pandawa dilandasi pada spirit dari kisah pengasingan Panca Pandawa selama 12 tahun ke hutan dan goa gala-gala. Kisah ini sejalan dengan perjuangan kehidupan masyarakat adat Kutuh yang selama kurun waktu 1997 dampai 2010 membelah tebing untuk melepaskan diri dari keterpinggiran dan keterasingan kehidupan.
Akhirnya, mulai tahun 2012 kawasan ini dinyatakan sebagai kawasan wisata untuk dapat dikunjungi oleh masyarakat umum. Dengan penamaan Pandawa pada pantainya, diharapkan spirit cahaya perjuangan Panca Pandawa yang telah menyinari kehidupan masyarakat Adat Kutuh dapat bermanfaat juga untuk dunia.
Begitu cerita yang tertulis di balik tiketnya.
Salut buat semangat warga Desa Kutuh, yaa! Hebaat!
Setelah menyusuri jalanan yang membelah perbukitan dan melewati proyek pembangunan di sisi kiri kanan, nampaklah mata saya ke birunya lautan di kejauhan.
Dari atas, air laut yang tenang nampak luas terbentang setelah saya melewati tulisan besar penanda PANTAI PANDAWA.
Lalu pengunjung akan diarahkan turun ke parkiran yang luas dengan beberapa balai tempat bersantai. Di sisi tempat parkirnya, saya menjumpai sebuah mercusuar yang berpapan nama Papan Suar Pandawa milik Dirjen Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan.
Menuju ke pantai, sebelum memasuki areanya, terlihat berjajar penjual makanan dan minuman serta souvenir yang menempati kios-kios yang tertata.
Di depan deretan warung itu, ada berbaris kursi pantai yang bisa disewa dengan biaya 50 ribu/3 jam. Jika ingin sunbathing, cukup tutup payung yang berada di atas kursinya.
Tapi jika sudah merasa hitam (seperti saya) lebih baik tetap dibuka payungnya. Karena khawatirnya pulang liburan para tetangga enggak ngenali lagi nanti...hihihi.
Lalu setelah itu, sampailah kaki saya di pasir putih Pantai Pandawa yang lembuuuut teksturnya. Arah pandang menyapu luas ke seputaran, mengelilingi semua sudut, lalu memandang jauh ke arah samudera seraya mengirup udara segarnya.....!!
Aahh, Bali memang pantainya juwaraaa! Bikin segar jiwa raga!
Dan di saat sedang terbengong-bengong mensyukuri lukisan Illahi, saya ditawari main kano oleh seorang bapak yang menenteng life vest di tangannya.
Sewa kano ini biayanya 50 ribu/jam sudah termasuk pelampung yang disediakan. Satu kano maksimal bisa untuk 3 orang. Tapi, melihat saya datang berempat bersama dua anak, kata si Bapak sih bisa saja berempat juga..
Yups, saya masih ingat saat tahun 1994, dijemur di depan rektorat bareng sekian ribu mahasiswa baru.
Jadi, saya sudah t-u-a berarti! Hiks!
Ah, abaikan usia, semangat yang paling penting! Apalagi kalau untuk urusan traveling! kwkwkw
Nah setelah puas bernostalgia di Kampus Udayana, di cerahnya udara Bali, kami langsung cuss ke next destinasi, Pantai Pandawa yang terletak di Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.
Sejatinya saat pertama browsing lokasinya, saya agak enggak percaya. Dulu, jaman tinggal di sekitar Kampus Udayana-Bukit Jimbaran, saya dan teman-teman sering jalan-jalan ke pantai di sekitar. Saya ragu apakah yang saya kunjungi waktu itu adalah Pantai Pandawa ini. Karena dulu daerah Ungasan ini areanya berbukit kapur, panas, kering dan tandus. Sehingga kalau mau ke pantai musti mendaki bukitnya dulu. Karena pantai yang indah berada di balik bukit itu.
Maka, ketika GPS kami sudah mengarah ke lokasi dan kendaraan mulai memasuki gerbang masuknya, saya pun terperangah jadinya...
Masya Allah, ini dulu bukit kapur lho....! Bukitnya sekarang dibelah jadi jalan. Sehingga akses ke pantai pun mudah, mulus dan langsung tembus!
Kereeen!
Sesampainya di gerbang yang bangunannya diselaraskan dengan warna perbukitan, saya membayar tiket masuk sebesar 8.000/orang dan 5.000 untuk biaya parkir kendaraan.
Berdasarkan keterangan singkat yang ada pada tiketnya, ternyata Pantai Pandawa dinamai begitu karena dilatarbelakangi sejarah warga sekitarnya.
Disebutkan bahwa dulunya kawasan Pantai Pandawa dikenal dengan nama Pantai Penyekjekan. Perubahan nama menjadi Pantai Pandawa dilandasi pada spirit dari kisah pengasingan Panca Pandawa selama 12 tahun ke hutan dan goa gala-gala. Kisah ini sejalan dengan perjuangan kehidupan masyarakat adat Kutuh yang selama kurun waktu 1997 dampai 2010 membelah tebing untuk melepaskan diri dari keterpinggiran dan keterasingan kehidupan.
Akhirnya, mulai tahun 2012 kawasan ini dinyatakan sebagai kawasan wisata untuk dapat dikunjungi oleh masyarakat umum. Dengan penamaan Pandawa pada pantainya, diharapkan spirit cahaya perjuangan Panca Pandawa yang telah menyinari kehidupan masyarakat Adat Kutuh dapat bermanfaat juga untuk dunia.
Begitu cerita yang tertulis di balik tiketnya.
Salut buat semangat warga Desa Kutuh, yaa! Hebaat!
Setelah menyusuri jalanan yang membelah perbukitan dan melewati proyek pembangunan di sisi kiri kanan, nampaklah mata saya ke birunya lautan di kejauhan.
Dari atas, air laut yang tenang nampak luas terbentang setelah saya melewati tulisan besar penanda PANTAI PANDAWA.
Sesudah melewati kelokan pertama, saya menjumpai deretan pahatan patung besar di dalam cekungan-cekungan yang dibuat di sisi kiri. Keenam patung tersebut secara berurutan diberi penjelasan nama Dewi Kunti, Dharma Wangsa, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa.
Lalu pengunjung akan diarahkan turun ke parkiran yang luas dengan beberapa balai tempat bersantai. Di sisi tempat parkirnya, saya menjumpai sebuah mercusuar yang berpapan nama Papan Suar Pandawa milik Dirjen Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan.
Menuju ke pantai, sebelum memasuki areanya, terlihat berjajar penjual makanan dan minuman serta souvenir yang menempati kios-kios yang tertata.
Di depan deretan warung itu, ada berbaris kursi pantai yang bisa disewa dengan biaya 50 ribu/3 jam. Jika ingin sunbathing, cukup tutup payung yang berada di atas kursinya.
Tapi jika sudah merasa hitam (seperti saya) lebih baik tetap dibuka payungnya. Karena khawatirnya pulang liburan para tetangga enggak ngenali lagi nanti...hihihi.
Lalu setelah itu, sampailah kaki saya di pasir putih Pantai Pandawa yang lembuuuut teksturnya. Arah pandang menyapu luas ke seputaran, mengelilingi semua sudut, lalu memandang jauh ke arah samudera seraya mengirup udara segarnya.....!!
Aahh, Bali memang pantainya juwaraaa! Bikin segar jiwa raga!
Dan di saat sedang terbengong-bengong mensyukuri lukisan Illahi, saya ditawari main kano oleh seorang bapak yang menenteng life vest di tangannya.
Sewa kano ini biayanya 50 ribu/jam sudah termasuk pelampung yang disediakan. Satu kano maksimal bisa untuk 3 orang. Tapi, melihat saya datang berempat bersama dua anak, kata si Bapak sih bisa saja berempat juga..
Akhirnya kami berempat main kano, bergantian mendayung ke arah gugusan karang yang ada sekian puluh meter dari pinggir pantai.
Oh ya, Pantai Pandawa ini relatif aman karena letak bibir pantai yang enggak langsung berhadapan dengan ombak. Sebab ada gugusan karang yang membuat ombak pecah saat belum sampai ke pantai.
Tak lama, capek dayung, saya memilih minggir dan menunggu sambil santai di pinggir pantai. Sementara anak-anak dan Bapaknya main kano sepuasnya.
Beberapa pengunjung nampak ada yang berkano juga, bermain air, atau sekedar duduk-duduk menikmati hembusan angin dari arah lautan. Suasana memang belum terlalu ramai karena hari masih pagi. Jadi pengunjung belum sesak sekali.
Oh ya, Pantai Pandawa ini relatif aman karena letak bibir pantai yang enggak langsung berhadapan dengan ombak. Sebab ada gugusan karang yang membuat ombak pecah saat belum sampai ke pantai.
Tak lama, capek dayung, saya memilih minggir dan menunggu sambil santai di pinggir pantai. Sementara anak-anak dan Bapaknya main kano sepuasnya.
Beberapa pengunjung nampak ada yang berkano juga, bermain air, atau sekedar duduk-duduk menikmati hembusan angin dari arah lautan. Suasana memang belum terlalu ramai karena hari masih pagi. Jadi pengunjung belum sesak sekali.
Puas main kano dan lanjut main air di laut, anak-anak maunya saya ajak pulang. Karena sebenarnya, Pantai Pandawa jadwalnya dikunjungi paling lama dua jam saja.
Tapi apa daya, aura cantiknya, desir halus ombak dan suasana nyaman membuat hati enggan pergi. Sehingga bikin anak-anak, saya dan suami masih betah di sini. Jadilah, kami lanjutkan dengan bermain pasir sambil bebaringan plus jejemuran..😀
Dalam rangka main pasir ini, dari Jakarta saya memang sudah sedia beach toys set buat si adik, biar setiap ke pantai enggak beli lagi (Ibuk irit ini kwkwk).
Tapi kalaupun kelupaan bawa peralatan, mainan ini bisa dibeli di deretan kios yang ada di sini.
Tapi kalaupun kelupaan bawa peralatan, mainan ini bisa dibeli di deretan kios yang ada di sini.
Makin siang, ketika sang surya makin terik sinarnya, akhirnya anak-anak (dan Bapaknya) mau mentas juga.😁
Karena stock baju bersih yang habis dan masih di laundry di penginapan tadi, maka saya pun membelikan dulu anak-anak baju di kios yang ada di situ.
Sekalian beli baju, kami duduk-duduk sambil makan mie, rujak buah dan minum es kelapa muda...Segarnya!!
Oh ya, harga makanan dan minuman standar saja, enggak mahal untuk ukuran tempat wisata. Bajunya murah juga. Enggak pakai nawar, satu stel celana pantai+kaos Bali untuk si Adik 50 ribu. Sedangkan untuk si Mas dan Bapaknya masing-masing 70 ribu.
Di beberapa warung ini juga tersedia toilet jika ingin membilas diri. Sedangkan pancuran bilas untuk umum ada di depan deretan warung.
Dan ketika, pengunjung yang datang makin ramai saja, sementara perut sudah kenyang terasa, akhirnya saya dan keluarga pun beranjak dari Pantai Pandawa.
Puas rasanya! Bahkan, ketika sampai di Jakarta dan anak-anak ditanya, saat ke Bali paling suka kemana, mereka kompak jawabnya: Pantai Pandawa!
Nah, berikut tips jika ingin mengunjungi Pantai Pandawa ini:
- Pantai Pandawa terletak di sisi Utara pulau Bali, dimana dengan arah menyerong kita bisa menikmati sunrise yang (kabarnya) cantik sekali. Sayang memang saya enggak sempat menikmatinya, karena pergi sama anak-anak
dan Bapaknyasulit buat pergi pagi-pagi sekali.
- Kalaupun enggak lihat sunrise, datang di pagi/sore hari, karena agak siang matahari terik di sini
- Ingat bawa baju ganti karena kalau enggak masuk ke air: r-u-g-i!
- Sewa kano saja dan puas-puasin dayung sini sana. Tapi, jangan lupa pakai pelampungnya dan jangan terlalu jauh mendayungnya.
- Pepotoan dengan beragam posisi karena viewnya cantik dari semua sisi
- Jika ajak anak-anak, bawa peralatan bermain pasir
- Kalau mau jejemuran, tabir suryanya jangan kelupaan
- Makanan dan minuman terjangkau harganya, jadi enggak bawa perbekalan pun enggak apa-apa.
- Coba beli rujak dan es kelapa muda... Segarnyaaa!
- Meski ada life guard yang berjaga, lebih baik tetap berhati-hati semua dan awasi selalu anak-anak kita.
- Hati-hati ambil spot selfie. Pose di atas bukit berbatu memang oke punya, tapi nyawa taruhannya!
- Beli souvenir di kios yang ada di Pantai Pandawa, murah meriah..Kalau enggak bawa baju ganti, beli saja di sini.
So, jika teman-teman lagi butuh the real Vitamin Sea saat ke Bali, datang saja ke Pantai Pandawa ini!😍
Selamat Berwisata,
Dian Restu Agustina
Udah lama penasaran knp namanya pandawa, tnyt ada sejarahnya ya
BalasHapusiya ada Mbak :)
HapusAduh pantai dengan ombak setenang itu kok nggak ada yang berenang sih? kalau saya kesana udah pasti wajib berenang!
BalasHapusDulu kuliah di Unud jurusan apa mbak? Udah 24 tahun yang lalu kok wajahnya masih imut-imut? Kayak abis lulus 10 tahun yang lalu aja.
iya Mbak, banyak yang berenang juga..kalau anak-anak lagi enggak mau, heboh berkano mereka.
HapusSaya Pariwisata UNUD..iya masih imut saya kwkwkwk makasih
Pantainya keren banget mbak...nice travelling😊
BalasHapusiya Mbak seru pantainya
HapusKeren liburannya
BalasHapusthanks mbak
HapusPingin duduk di ayunannya juga hehehhe...mbak Dian, impianku pingin lihat sunrise juga sering pudar kalau sadar dipagi hari anak-anak lg nyenyak tidur😂
BalasHapusnah, benar kan, apalagi lagi liburan, masa bangun pagi-pagi sekali hihihi
HapusWkwk.. iya mbak akhirnya ga jadi berangkat😂
HapusSelain pantai Kuta ternyata ada pantai Pandawa ya mbak. Seru banget cerita liburan nya mbak bikin mupeng nih mbak.
BalasHapusiya, semoga nanti bisa ke sana ya
HapusWaah....saya juga takjub begitu sampai di pantai pendawa....th 80 hanya ada pantai kute...hehehhe
BalasHapusKereen pantai pandawa ini, melihat bukit yg dipapas menjadi obyek wisata dg bermacam kegiatan. Ada paralayang yg star dr atas bukit....
iya Mbak...keren ya
HapusItu ayunannnya kece, tapi sayang view belakangnya bukannya pantai ya Mba Dian... harusnya makin keceh kalok ada air di belakang mba Dian itu.. hehe
BalasHapusMemang di lautnya khusus untuk kano Mbak...padat kalau lagi rame
HapusJangan salahkan aku kalau ngiri yah mbak, hehehe...
BalasHapushihihi ya Bunda
HapusDulu pernah beberapa kali ke bali dan gak tau ada pantai pandawa ini *kemana aja saya wkwk. Makasih mba infonya. Lain kali kalo ke bali mau kesini ah. Mupeeeeeeng.
BalasHapusyup, mampir ya
HapusSuma deh masuk blognya mbak dian. Bikin mata seger liat pantai. Tapi juga makin mupeng karena blm bisa ke bali. Hehehe. Kapan ya aku bisa ke bali? Pasti blog mbak dian jadi referensi nih klo aku ke bali. 😍
BalasHapussip, semoga bermanfaat
HapusDulu aku ke Pandawa masih rada sepi. sekarang rame, ya.
BalasHapusJadi pengen ke sini lagi.
Terima kasih sharingnya, teh
rame mbak, banyak fasilitas
HapusAhh cerita petualangan kali ini bener2 nggak ada habisnya ya Mbak. Sukses bener ini travelingnya. Btw, pantai yg ini sepertinya blm seramai yg lainnya. Pasti seru banget buat keluarga
BalasHapusseru banget liat liburan keluarganya hehehehe~ kayanya ini liburan sekaligus nostalgia ya mbak hihihi
BalasHapustapi emang pantai pandawa kalo siang itu panassss banget. bener harus sedia payung juga biar nggak gosong huhuhu
Pantainya cantik ya...apalagi gak ada ombak yang besar. Amaan, deh, untuk jadi tempat wisata bersama anak-anak.
BalasHapusEh, itu, kebayang prosesnya membelah bukit kapur ya...salut, deh!
Pantaine apik tenan reeek. Pengen maen air lagi jadinya.
BalasHapusMbak Diaaann, bau lautnya sampai ke sini loh, hahaha.
BalasHapusSemoga bisa ke pantai ini, belum pernah.
Senang deh liat keluarga mbak Dian kalau traveling selalu menikmati dengan puas.
Anak-anak saya mah, baru nyampe udah minta pulang aja, hiks.
seru banget pastinya ya bu bisa jalan2 ke pandawa bali
BalasHapusWih kok sama dengan adik saya, dia juga lulusan Pariwisata Unud. Slogan jurusannya itu "Viva La Pinkest!"
BalasHapusBahkan waktu saya wisuda juga nemenin di Jimbaran hehehe
Mbaaa, aku galfok pas tau kamu kuliahnya 1994. Kamu awet muda sekaliiii :). Aku pikir kita sebaya :D.
BalasHapusDuuuh bali mah ga ada matinya yaaa. Sept besok aku ke bali acara outing kantor. Jujurnya sih yg aku suka dr bali kawasan atas alias yg bukan pantai krn aku ga kuat panas.. Tp sbnrnya pengeeeen bngt ajakin anak2 dan babysitters di rumah supaya mereka tau bali juga.. Blm prnh soalnya. Tp pasti anak2 mah maunya pantai :D. Thn dpn nih pgn planning liburan keluarga ksana.
WHAT? Tahun 1994 udah kuliah?
BalasHapusDirimu keturunan Highlander ya mb :D
Bagi2 resep dong, supaya kulit glowing dan wajah awet muda kayak dikau
Kindly visit my blog https://bukanbocahbiasa(dot)com