Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

"Raising Children in Digital Era" Bersama Elizabeth T Santosa dan SIS Bona Vista

"Raising Children in Digital Era" Bersama Elizabeth T Santosa dan SIS Bona Vista

"Gadget bukan monster. Jangan cuma lihat sisi negatifnya. Karena gadget juga banyak manfaatnya untuk perkembangan anak kita. Bijaklah menyikapi dan bukannya anti!" (Elizabeth T Santosa)
Mbak Lizzie, begitu Beliau biasa disapa. Seorang psikolog anak dan remaja, penulis buku, pembicara di beraneka seminar parenting dan media, dosen, aktivis KPAI dan ibu 3 orang putri, mengucapkan kalimat di atas dengan tegas!!

Pernyataan itu disampaikan di acara Mom Blogger Gathering yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan bersama SIS Bona Vista dan membuat saya speechless dibuatnya. Rasa galau, khawatir, cemas, ragu, bingung pun membuncah di kepala.....

Sebagai orang tua yang pastinya menginginkan hal terbaik bagi buah hati, tentu enggak mau dong saya salah melangkahkan kaki!

Jadi, yang benar yang mana? Gadget dilarang atau diperbolehkan? Kemudian, adakah batasannya? Dan, apa saja yang musti dilakukan orang tua agar gadget bisa membantu perkembangan anak dan bukannya malah merusak?

Blogger Perempuan Network
Mbak Desy (MC) dan Mbak Lizzie

Hiks...Susyaaah yaa jadi orang tua ternyata!

Beraneka tanya pun berkecamuk di pikiran saya. Maklum, sebagai ibu dengan dua anak lelaki yang satu menginjak usia remaja dan lainnya pra-remaja, masalah gadget ini benar-benar bikin pusiiiing kepala saya. Kalau dibatasi, kasihan anaknya jadi tertinggal dari teman-temannya. Tapi kalau dibiarkan, nanti bisa kelewatan! Jadi musti gimana?

Maka...

Bersyukur sekali saya bisa hadir di acara dimana Mbak Lizzie berbagi tentang "Raising Children in Digital Era" sesuai dengan buku yang telah ditulisnya.

Mbak Lizzie, memulai dengan gambaran bahwa pemakaian gadget erat kaitannya dengan perkembangan moral, motorik, pola makan anak, pola tidur, kebiasaan sehari-hari dan sebagainya. Sehingga, orang tua musti peduli dan hati-hati dalam menyikapi gadget ini.

Mbak Lizzie dan Mr. John P Birch
Jangan sampai, ketika ada aplikasi yang meracuni anak-anak kita, orang tua malah menyalahkan aplikasinya. Karena seharusnya penggunanyalah yang salah.

Dan, dalam hal ini lantaran anak-anak berada di bawah pengawasan orang tuanya, maka mereka belum bisa menanggung kesalahan. Karena orang tua yang semestinya memegang kontrolnya.

Lebih lanjut, Mbak Lizzie mengajak para Bunda yang hadir di acara, untuk menelisik lagi hal-hal positif yang telah didapatkan dengan adanya gadget ini.

Misalnya, bagaimana gadget bisa jadi andalan saat kita membutuhkan beragam tips, tutorial dan resep masakan. Jadi tempat mendapat ilmu dan teman baru. Juga, berapa banyak potensi dan bakat bisa terlihat oleh orang di luar sana karena sosial media di gadget kita....

Gadget bisa jadi media dimana akan ada perubahan untuk hal positif dalam kehidupan.

Jadi.....

Meski tidak mengerti, kurang menyukai, tak terlalu setuju akan segala apa yang ada di gadget itu, sebagai orang tua di era digital kita musti-teteup-harus meng-update diri.

Karena orang tua yang bijak di era digital bukan melarang apalagi anti, tapi mengarahkan dan mendampingi putra-putri.

Dan...

Karena kita sedang membesarkan anak-anak yang berada di era segalanya mudah, tidak seperti kita yang dulu hidup di jaman yang susah, maka wajar saja jika karakteristiknya tak sama.

Anak era digital ini memiliki ambisi besar untuk sukses, mencintai kepraktisan, berperilaku instan, cinta kebebasan, lebih percaya diri, ingin diakui dan melek dengan digital dan teknologi informasi.



sumber: Elizabeth T Santosa


Itulah sebabnya, kata Mbak Lizzie, kenapa anak sekarang itu kurang santun dan berbudi. Ini semua karena mereka sekarang tidak perlu bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu. Sebab semua ada dan tersedia dengan mudahnya.

Padahal memfasilitasi anak secara berlebihan itu sejatinya tidaklah mendidik. Sebab bisa menyerang balik ke kita. Membuat anak jadi manja dan kurang menghargai orang tuanya.

Juga, Mbak Lizzie mengingatkan agar kita sebagai orang tua mengajarkan sistem hidup dalam pengasuhan.  Beri peringatan jika anak-anak melakukan kesalahan dan kasih penghargaan untuk sebuah pencapaian. Pengenalan sistem hidup ini, akan membuat mereka tahu mana yang  boleh dan mana yang tidak, sampai besar nanti.

Kemudian, kenalkan juga konsekuensi atas perbuatan pada anak-anak kita. Misalnya, kalau tidak menjalankan kewajiban berikan konsekuensi sesuai dengan besaran kesalahan dan kesepakatan yang telah ditetapkan. Misalnya, jika beberapa kali lalai dengan kewajiban merapikan kamar-dan sudah diperingatkan, berikan konsekuensi tambahan pekerjaan seperti membersihkan kamar mandi.


sumber: Elizabeth T Santosa



Lalu, terkait penggunaan gadget dimana salah satu aplikasi yang tersedia adalah sosial media, Mbak Lizzie mengingatkan bahwa sebenarnya sosmed itu tidak diperuntukkan bagi anak berusia di bawah 13 tahun. 

Jadi minimal anak usia SMP lah yang boleh punya akun sosial media.

Kemudian ingat untuk setting Parental Control di aplikasi, juga senantiasa mengawasi. Hati-hati jangan sampai anak sampai berada pada tahap adiksi/ ketergantungan. Kalau perlu batasi menurut hari. 

Misalnya saja dengan menerapkan school day is no gadget day. Dan alihkan permainan ke hal lain selain gadget, seperti ajak berenang, main sepeda dengan anak tetangga, main boneka, menggambar/mewarnai dan lainnya. Kemudian saat akhir pekan baru beri kebebasan meski tetap dalam pengawasan.

Mengapa ini perlu?

Karena anak butuh mengoptimalkan pertumbuhan jiwa dan raga. Penggunaan gadget yang berlebihan membuat anak jadi mager sehingga lama-lama badannya bunder karena beratnya over. 😏

Juga, jika megang gadget melulu, jadi enggak main sama teman-temannya. Sehingga kurang sosialisasinya dan ujung-ujungnya bisa bikin anak anti empati.


sumber: Elizabeth T Santosa



Maka dari itu, jika anak sudah dalam tahapan kecanduan lebih baik orang tua segera memperbarui peraturan yang ada. Setelah sebelumnya menerima kenyataannya dan duduk bersama membicarakan solusinya. 

Dan yang paling utama adalah konsisten dalam menjalankan peraturan. Karena biasanya meski sudah ada aturan orang tua melakukan pembiaran. Sehingga anak melanggar dan melanggar lagi tanpa diberi konsekuensi hingga akhirnya terjadilah adiksi.

Mbak Lizzie mengingatkan bahwa ketegasan sikap orang tua pada penggunaan gadget saat ini akan berbuah di masa depan anak nanti. Didik anak untuk menyiapkan hidupnya kelak. Bijak dengan pemakaian demi menghindari hal yang tidak diinginkan.



sumber: Elizabeth T Santosa


Kemudian, Mbak Lizzie juga menyertakan beberapa tips untuk penggunaan internet dan sosial media. Dimana untuk orang tua yang utama adalah jadi teladan! Jangan sampai orang tua bikin aturan pemakaian gadget untuk anak-anaknya eh emak bapaknya malah 24 hours mantengin layarnya! Ingat children see, children do!

Memang, tidak selamanya orang tua terus berada di depan. Sesuaikan saja dengan situasi dan kondisi. Seperti halnya filosofi kepemimpinan yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara, Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani. Bahwa orang tua berada di depan memberi teladan, di sisi membersamai - mendampingi dan di belakang mengarahkan - memotivasi.

Ingat, jangan sampai anak yang mengatur kita. Tugas orang tua adalah sebagai pendidik utama anak-anaknya. Dan, pendidik terbaik adalah orang tua sendiri bukan yang lainnya. Sehingga orang tua mesti percaya diri saat mengasuh anak-anaknya. Kalau ada kesalahan pengasuhan bisa diperbaiki nanti.

Dan...

Mbak Lizzie pun mengakhiri sesi berbagi dan diskusi ini dengan mengingatkan para Bunda yang ada untuk memperbaiki hubungan dengan anak berkaitan dengan gadget ini. 

Beliau berpesan agar para Bunda menjadi pejuang untuk anak-anaknya! Jadi pendidik yang terbaik!

Tetapkan gadget sebagai media belajar di keluarga. Bijak menyikapinya dan ambil sisi positifnya. Karena begitu banyak manfaat yang bisa didapat dari gadget bagi anak-anak, juga untuk kita. 


sumber: Elizabeth T Santosa



Duh....

Banyaaak ternyata PR saya sebagai orang tua. Tapi, tetap semangat pastinya! Toh, saya tidak sendirian dalam pengasuhan. Berdua dengan suami bertekad jadi orang tua yang lebih mumpuni. Lalu ada support group yang bisa juga aktif dilibatkan, yakni keluarga besar dan lingkungan sekitar.

Juga...,

Yang utama adalah support dari sekolah sebagai wadah belajar secara formal bagi anak-anak kita. 

Sekolah yang bervisi dan misi ke depan, bisa jadi pilihan.

Salah satunya adalah Singapore Intercultural School - SIS Bonavista yang memiliki visi dan misi yang pas sekali dengan era digital ini, yakni:
  • VISI: Inspiring Learners Toward Greater Heights
  • MISI: To spark curiosity and inquiry while developing values and 21st century skills, We prioritise learners and personalise learning to make a better world.
Dan, visi dan misi sekolah ini disampaikan di awal acara Mom Blogger Gathering  "Raising Children in Digital Era" oleh Mr. John P Birch, Head Teacher of SIS Bona Vista. 

Mr John ini berasal dari UK dan telah malang melintang menjadi pengajar selama 23 tahun di UK, Italy, Spain, Bermuda, Thailand, Macau & Malaysia.


Blogger Perempuan
Mr. John P Birch

Selanjutnya dipaparkan oleh Mbak Monika Arvianny, salah satu staf sekolah ini, bahwa SIS Bona Vista sudah ikut serta dalam memajukan pendidikan di Indonesia sejak 1996. 

Dan, saat ini telah ada 6 sekolah lainnya yang tergabung dalam SIS ini, yakni SIS Kelapa Gading, PIK, Cilegon, Semarang, Palembang dan Medan.

Sedangkan untuk kelas yang ada, mulai dari  Play Club (usia 18 bulan) sampai dengan Junior College 2 (Grade 12)

Untuk kurikulumnya, siswa di SIS Bona Vista mendapatkan materi berdasarkan 3 kurikulum yang diterapkan, yaitu:
  • Singapore Curriculum
  • Cambridge International Examinations/Cambridge International School
  • International Baccalaureate (IB)
Sedangkan untuk komposisi pengajar dan pelajar adalah:
  • 80 % Expatriate Teachers
  • 70 % Expatriate Students
  • 30 % Indonesia Students
Blogger Perempuan


Selanjutnya disampaikan juga bahwa, SIS Bona Vista tidak hanya memberikan pembelajaran sebgaimana layaknya sekolah lainnya. Tetapi juga menginspirasi siswanya untuk "expect more from themselves and their future"

Maksudnya di sini adalah tentang apa saja materi yang diajarkan, bagaimana sisetem pengajarannya dan apa pengalaman yang akan didapatkan para siswanya.

Dimana di SIS Bona Vista, pengalaman yang akan didapatkan siswa diantaranya:

  • Lingkungan yang bersifat kekeluargaan
  • Keragaman kebangsaan baik guru maupun siswa
  • Kelas dengan jumlah siswa yang kecil 
  • Rasio guru dan murid yang rendah
  • Kegiatan olahraga dan seni budaya
  • Sarana prasarana sekolah yang lengkap, nyaman dan aman

Blogger Perempuan



Lalu apa saja pembiasaan di SIS Bona Vista ini?

Mbak Monika, menjelaskan lebih lanjut, jadwal sekolah adalah:

  • Siswa tiba pukul 7.00-7.30
  • Semua siswa menuju library hingga pukul 7.30 saat bel berbunyi
  • 7.30-8.00 adalah waktu bersama wali kelas
  • Pelajaran dimulai pukul 8.00 dengan istirahat 15 menit pada pukul 9 dan istirahat makan siang 45 menit pada pukul 11.15
  • Pelajaran berlanjut hingga pukul 2.45
  • Pelajaran ekstrakurikuler diadakan setelah pelajaran usai, pukul 2.50-3.50. Dimana tiap siswa mengambil 2 ekskul tiap minggunya

Blogger Perempuan


Sedangkan untuk sarana dan prasarana, SIS Bona Vista menyediakan: classrooms, science lab, music room, art rooms, libraries, little theatre, gym, playground, preschool construction areas, computer lab, soccer field, futsal court, swimming pool, canteen.

Kemudian untuk masalah keamanan dan keselamatan siswa, SIS Bona Vista menerapkan pengawasan dengan bantuan CCTV di penjuru area. 

Juga, untuk penjemputan siswa sepulang sekolah, wajib membawa Pick Up Card yang sudah diberikan. Jika penjemput lupa membawa harus menunggu dulu sampai diberikan ijin untuk menjemput siswa yang bersangkutan.




Nah, setelah mendapatkan penjelasan yang gamblang dari Mbak Monika, para Bunda pun diajak untuk school tour melihat sendiri sarana dan prasarana yang ada di SIS Bona Vista ini.

Dan...

Memang bikin mupeng sekolahnya. Semuaaa..ada. Bersih, rapi dan tertata pula!

Dimulai dari preschool dengan ruang kelas yang nyaman, penuh dengan mainan dan perlengkapan yang aman. Ruangan seni, play ground, ruang kelas primary. Lalu ada main library yang koleksi bukunya banyaak dan tempatnya cozy. Juga ada musholla!

Selain itu juga nampak di dinding ada terpajang hasil karya seni siswa, beberapa motivational quote pun tak lupa menghiasi dinding-dindingnya.

Benar-benar sekolah yang menyenangkan!


Blogger Perempuan
preschool

primary room class

main library
outdoor area







musholla


Laluuu...

Bagaimana cara mendaftar di SIS Bonavista ini?

Syaratnya: bawa rapor anak dua tahun terakhir lalu ikuti interview dulu. Setelahnya baru diadakan tes untuk menguji kemampuannya. Sehingga anak akan merasa nyaman dan tidak grogi kalau harus tes duluan.

Eh, tapi..ada pelajaran Indonesianya enggak? Kan, anak Indonesia...!

Adaaa dong!

Karena sekolah ini berada di Indonesia maka sesuai peraturan pemerintah, sekolah mengajarkan matpel Agama, PPKN dan Bahasa Indonesia kepada seluruh siswanya. Dan, untuk pelajaran agama disesuaikan dengan agama masing-masing. Maka dari itu untuk memfasilitasi siswa Muslim disediakan juga musholla di sini.

Sedangkan untuk aturan gadget, siswa tingkat SMP ke atas diperbolehkan membawa gadget tapi ditaruh di loker selama kegiatan belajar mengajar.

Dan untuk, koneksi internet di sekolah ada parental control untuk WiFi-nya. 

Tak lupa, ada conselour yang disediakan sekolah untuk mengarahkan minat dan bakat anak sehingga akan bayangan menekuni bidang apa nanti.



Jadiiii...

Jika tertarik dengan SIS Bona Vista, silakan gabung ke acara Open House yang akan digelar pada hari Sabtu, 15 September 2018 nanti yaaa...

SIS Bona Vista, sekolah intercultural yang tak hanya berfokus pada program dan nilai atau akses ke satu perguruan tinggi tertentu tapi juga mendorong siswa untuk bermimpi lebih tinggi dan mempersiapkan mereka untuk tidak hanya masuk ke universitas terbaik tetapi juga berhasil ketika mereka sampai di sana. 😍



Singapore Intercultural School Bona Vista
Jl. Bona Vista Raya Lebak Bulus
Jakarta Selatan

+62 21 759 14414
Web: SIS Bona Vista FB: SIS Bona Vista Twitter: SIS Bona Vista IG: SIS Bona Vista






Happy Parenting


Dian Restu Agustina 




Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

15 komentar untuk ""Raising Children in Digital Era" Bersama Elizabeth T Santosa dan SIS Bona Vista"

  1. Mbaaakkk, makasih banyak lo udh dishare ilmu kecenya. Jd bahan renungan dan koreksi bagi aku.
    Btw itu sekolah SIS Bonavista nya kece ya mbk. Asyik gt kayaknya

    BalasHapus
  2. Wuiiik ... ada kelas untuk anak 18bulan? Keren ih.
    Tapi emang bikin galau kalau soal gadget ini, Mak, bagai makan buah si malakama.

    BalasHapus
  3. Ilmunya cakep banget nih, makasih udah dishare ya mba.

    BalasHapus
  4. Keren, sekolah bukan hanya lulusannya bisa masuk universitas terbaik tapi juga telah masuk bisa berhasil.

    BalasHapus
  5. Wow, keren amat ini sekolah, lengkap kap kap kap, hehe. Sayang dulu waktu saya preschool gak secakep ini wkwk, untuk anak boleh nih. Makasih infonya mba.

    BalasHapus
  6. Keren banget sekolahnya. Sharing ilmu parentingnya juga bermanfaat banget, ahhh ada Mbak Lizzie juga. Beliau kasih testimoni untuk buku perdanaku. Hehe... makasih mba Lizzie!

    BalasHapus
  7. Makasih banget mba dian, infonya kece banget, ini info yang saya butuhkan. Semoga bisa menerapkannya pada anak anak

    BalasHapus
  8. Wahh... komplit. Sharing yang bermanfaat buat mamak-mamak ini. Terima kasih mba kembar (nama)😘😘

    BalasHapus
  9. Matur nuwun mbakku..info parentingnya luar biasa keren. Intinya tetap dalam pengawasan ortu saat anak menggunakannya dengan jadwal yang disepakati. Sekolahe uapiiik tenan

    BalasHapus
  10. Setujuuuu bun. Bahwa sebagai orangtua kita perlu terus meng update diri ya apalagi di era digital ini

    BalasHapus
  11. Saya juga termasuk ibu yang gak bisa melarang anak menggunakan gadget. Lebih kepada mengawasi penggunaanya.

    BalasHapus
  12. Gadged selalu saja bikin emak-emak galau gak ketulungan. Hahaha.. Tapi alhamdulillah anak saya nggak sampai kecanduan. Hihi

    BalasHapus
  13. Oh baru ngeh sama ciri anak jaman now, mereka kurang berbudi karena semua sudah ada, instan. Huhu. Btw skolahnya kece banget mbak, ya Allah. Apik temen fasilitasnya. Di Sby kayaknya blom ada cabangnya SIS Bona Vista.

    BalasHapus
  14. Raising star yang akan dimulai dari pendidikan dari preschool .

    Gadget bisa merusak sang bintang atau mengantarkan sang bintang.

    Tergantung pada orangtua itu sendiri.

    BalasHapus
  15. Saya juga alami masalah dengan anak yang kecanduan gawai. Main gim di komputer. Seharusnya tidak dari dulu saya ajarkan komputer dan kenalkan pernainan.
    Iya, anak harus dibatasi dan sebagai ortu saya harus bisa mengontrol anak dalam hal penggunaan gawai. Boleh main gim namun jam main dibatasi.
    SIS Bonavista keren juga. Ilmu di atas bagus, Mbak, pantesan juara. Selamat, ya. semoga berkenan berkunjung ke blog baru saya. Saya terepaksa pindah karena suatu hal. :D

    BalasHapus