Ke Bali? Jangan Lupa ke Pura Besakih Juga Ya...!
Pura Besakih! Dimulai di sebuah pagi yang mulai meninggi ketika suapan terakhir nasi goreng saya tertelan dengan sempurna. Cita rasanya yang sederhana menjadi istimewa karena bersanding dengan secangkir kopi Kintamani yang mendunia. Apalagi dinikmati di tengah dinginnya pagi di tepian Danau Batur Kintamani, sambil duduk memandang lepas mentari di kejauhan yang bersembunyi di balik awan.
Sementara, persis di depan penginapan - Segara Hotel dan Restoran, nampak iring-iringan kendaraan yang seakan tak ada habisnya menuju ke arah luar danau. Menilik dari pakaian yang dikenakan penumpang sepertinya mereka adalah rombongan warga yang akan bersembahyang ke Pura Besakih yang berlokasi cukup dekat dari sini.
Nampak satu keluarga dengan kendaraan pribadinya. Juga beberapa orang tua, dan muda yang menaiki mobil bak terbuka. Rasanya saya seperti menyaksikan sebuah parade budaya lantaran mereka juga membawa peralatan upacara dan segala pernak-perniknya.
Hmm, memang ritual Hindu Bali ini benar-benar unik dan menarik dan tak ada habisnya untuk diulik.
Ini yang membuat pura dan prosesi persembahyangan menjadi salah satu alasan banyak wisatawan untuk mengunjungi Bali. Bukan karena ingin menduakan kepercayaan, tapi lebih karena ingin menyelami -meski sesaat- bagaimana umat Hindu Bali menjalani segala tradisi.
Dan ini juga yang menjadi alasan saya, suami dan anak-anak, setelah mengunjungi Kuburan Terunyan langsung melanjutkan perjalanan ke Pura Agung Besakih di tengah derasnya hujan.
Meski kami harus menembus jalanan sempit dari Terunyan menuju pura terbesar di Bali yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem ini.
Sejatinya sih ada niatan singgah dulu ke Museum Geopark Batur Kintamani, sebuah museum Geologi yang baru diresmikan pada tahun 2016 yang lalu yang letaknya di sisi jalan Raya Panelokan.
Tapi, niatan urung karena gerbang tinggi yang menggawangi museum megah ini ternyata terkunci. Mau minta info kemana, bingung juga, karena hujan begitu lebatnya.
Akhirnya, ke museumnya dibatalin saja dan cusss....lanjut saja, belok kiri ke arah Pura Besakih yang jaraknya sekitar 30 km lagi.
Jalanan yang kami lewati menuju Pura Besakih ini mulus dan bagus. Di sisi kiri dan kanan, pepohonan besar nampak menjulang membuat hijau mata memandang. Kadang perjalanan kami beriringan dengan kendaraan lain yang bisa jadi punya tujuan sama atau berpapasan dengan penduduk sekitar. Memang jalur ini tak terlalu ramai karena merupakan jalur alternatif. Sedangkan jalur utama adalah yang melewati kota Klungkung dan Bangli di sisi Selatan pura.
Perjalanan kali ini juga musti kami tempuh dengan kehati-hatian lantaran hujan dan kelokan jalan. Kadang kami juga diberhentikan oleh beberapa Ibu penjual yang menawarkan banten (sesajen) untuk perlengkapan sembahyang di Pura Besakih. Juga, sesekali harus minggir ke tepi dan bergantian jalan dengan truk yang membawa bahan bangunan untuk perbaikan jalan di perkampungan yang ada di depan.
Setelah melewati hutan, kebun dan perkampungan, sampailah kami di area masuk pura bertepatan dengan hujan yang mereda. Di sini kami langsung diarahkan ke tempat parkir yang dikelola oleh penduduk setempat. Parkiran ini non permanen dan memanfaatkan lahan kosong yang ada.
Lalu saya menuju loket tiket dan menebusnya dengan harga 40 ribu/orang serta membayar jasa pemandu wisata sebesar 30 ribu/pemandu. Di sini, saya dan suami juga dipinjami kain sarung dan selempod (selendang) untuk menghormati area suci umat Hindu Bali.
Setelahnya, saya yang dari Terunyan sudah kehabisan uang cash, celingukan mencari ATM di sekitar. Maka ketika saya mendapati bilik ATM Bank BPD Bali yang adalah satu-satunya yang ada di sini terkunci, saya pun kecewa sekali.
"Rusak itu, Bu!" celetuk Bli penjaga parkiran.
"Wah, rusak ya, terus ATM yang lain di mana, Bli?" tanya saya kebingungan.
"Di bawah ada, Bu.." jawabnya singkat.
Duh, pengertian di bawah, bagi saya adalah di perkampungan terdekat sebelum pura yang berarti kami musti turun lagi. Padahal kami harus mengejar waktu mengingat pura yang buka sejak pukul 7 pagi ini akan tutup pada pukul 5 sore nanti.
Maka, dengan berpesan dulu pada anak-anak agar nantinya tidak meminta beli itu ini, saya pun bergegas menyusul langkah gesit Pak Wayan, guide yang akan memandu kami nanti..
"Keburu hujan lagi, Pak, Bu!" katanya singkat memberikan alasan tepat.
Memang mendung masih menggantung dan sepertinya hujan belum mau angkat kaki. Maka berjalan dengan segera adalah solusinya.
Sehingga bergegas rombongan kecil kami menapaki tangga menuju area pura dimana di sepanjang jalan menuju ke sana, ada anak-anak dan ibu-ibu yang menjajakan banten untuk keperluan sembahyang pada wisatawan.
Oh ya, masuk melalui pintu Pura Besakih yang dari arah Kintamani ini aksesnya lebih dekat menuju area pura, karena sebelumnya (tahun 2001) saya berkunjung ke sini lewat akses utama yang lebih jauh jaraknya.
Sambil jalan, Pak Wayan menjelaskan bangunan pura yang ada di kiri dan kanan. Kami memang hanya boleh melewatinya tanpa memasukinya. Karena hanya yang bertujuan melakukan persembahyangan sajalah yang diijinkan masuk ke dalam sana.
Meski....., berfoto di tangga masih bolehlah ya...😀
Tapi, enggak perlu khawatir meski beberapa restriction area tak bisa kita datangi. Karena dari luar pun kita bisa melihat umat Hindu Bali yang sedang mengikuti persembahyangan dengan khidmatnya.
Mereka nampak dipimpin oleh seorang pendeta (atau sebutan lainnya sesuai dengan kasta) dan menjalani ritual dengan sepenuh hati.
Ada 18 pura di Mother of Temple atau kompleks Pura Besakih ini. Pura Penataran Agung adalah pura terbesarnya karena memiliki jumlah terbanyak bangunan pelinggih dan jenis upacara. Sementara pura lainnya masing-masing dibangun sesuai peruntukannya dan letaknya menyebar di area.
Nah, karena hujan turun lagi dengan lebatnya ketika kami sampai baru setengah jalan, maka menyewa payung pada seseibu yang menjadi ojek payung adalah solusinya.
Sambil berteduh Pak Wayan menceritakan upacara apa saja yang diselenggarakan di Pura Besakih ini. Ada yang jadwalnya per bulan, per 6 bulan, per tahun, per 5 tahun dan seterusnya.
"Misalnya ada Upacara Batara Turun Kabeh yang diadakan setahun sekali di hitungan purnama kadasa. Ritual ini bertujuan memohon kepada Tuhan agar Bali terbebas dari musibah, bencana sekaligus meminta anugerah kesejahteraan dan kedamaian," demikian jelas Pak Wayan.
"Kemudian ada Eka Dasa Rudra setiap 100 tahun sekali saat angka satuan dan puluhan tahun saka mencapai angka 0 yang disebut rah windu tenggek windu. Seperti tahun 1979 ada lagi upacara Tawur Agung Eka Dasa Rudra, sesuai hitungan perputaran tahun Saka saat satuan dan puluhan mencapai angka nol, yaitu pada tahun Saka 1900. Tujuannya untuk memohon keseimbangan jagat agar menjauhkan manusia dari bencana dan memberikan kesejahteraan. Dan Eka Dasa Rudra termasuk upacara besar karena memakan waktu lebih dari 2 bulan untuk menuntaskan," papar Pak Wayan lagi.
Penjelasan ini melengkapi dokumentasi yang memang tersaji untuk wisatawan yang disertai informasi nama upacara dan tahun penyelenggaraanya. Misalnya pada tahun 1996 dihelat upacara Eka Bhuwana, lalu Panca Bali Krama pada 1999 dan 2009 dan lainnya.
Di sela-sela pemaparannya Pak Wayan juga menceritakan sekilas tentang Gunung Agung yang mengundang perhatian kita semua lantaran aktivitas erupsinya.
Oh ya, beberapa lokasi di Pura Besakih ini memang masih nampak belum dibenahi setelah mendapatkan serangan abu vulkanis dari letusan Gunung Agung selama beberapa bulan belakangan.
Kata Pak Wayan sih setelah letusan terjadi, area ini sudah dibersihkan dan dibetulkan tapi memang belum semua terselesaikan karena luasnya area pura dan letusan yang terjadi lagi dan lagi.
Hiks...! Semoga semua baik-baik saja nantinya...!
Sambil berteduh Pak Wayan menceritakan upacara apa saja yang diselenggarakan di Pura Besakih ini. Ada yang jadwalnya per bulan, per 6 bulan, per tahun, per 5 tahun dan seterusnya.
"Misalnya ada Upacara Batara Turun Kabeh yang diadakan setahun sekali di hitungan purnama kadasa. Ritual ini bertujuan memohon kepada Tuhan agar Bali terbebas dari musibah, bencana sekaligus meminta anugerah kesejahteraan dan kedamaian," demikian jelas Pak Wayan.
"Kemudian ada Eka Dasa Rudra setiap 100 tahun sekali saat angka satuan dan puluhan tahun saka mencapai angka 0 yang disebut rah windu tenggek windu. Seperti tahun 1979 ada lagi upacara Tawur Agung Eka Dasa Rudra, sesuai hitungan perputaran tahun Saka saat satuan dan puluhan mencapai angka nol, yaitu pada tahun Saka 1900. Tujuannya untuk memohon keseimbangan jagat agar menjauhkan manusia dari bencana dan memberikan kesejahteraan. Dan Eka Dasa Rudra termasuk upacara besar karena memakan waktu lebih dari 2 bulan untuk menuntaskan," papar Pak Wayan lagi.
berbagai dokumentasi upacara di Pura Besakih |
Penjelasan ini melengkapi dokumentasi yang memang tersaji untuk wisatawan yang disertai informasi nama upacara dan tahun penyelenggaraanya. Misalnya pada tahun 1996 dihelat upacara Eka Bhuwana, lalu Panca Bali Krama pada 1999 dan 2009 dan lainnya.
Di sela-sela pemaparannya Pak Wayan juga menceritakan sekilas tentang Gunung Agung yang mengundang perhatian kita semua lantaran aktivitas erupsinya.
Oh ya, beberapa lokasi di Pura Besakih ini memang masih nampak belum dibenahi setelah mendapatkan serangan abu vulkanis dari letusan Gunung Agung selama beberapa bulan belakangan.
Kata Pak Wayan sih setelah letusan terjadi, area ini sudah dibersihkan dan dibetulkan tapi memang belum semua terselesaikan karena luasnya area pura dan letusan yang terjadi lagi dan lagi.
Hiks...! Semoga semua baik-baik saja nantinya...!
beberapa bagian pura nampak rusak |
Kami mendengarkan penjelasan Pak Wayan yang ramah di tengah cuaca yang basah. Langit yang suram membuat sejauh mata memandang samar-samar dan melihat ke sekitar enggak jelas benar.
Tapi suasana ini membuat Pura Besakih ini nampak makin indah karena seluas pandangan akan terlihat Meru dengan tumpang (atap) yang bertingkat-tingkat, ada yang satu, dua, tiga, lima, tujuh, sembilan dan sebelas.
Pun, kabut tipis yang menyelimutinya memberikan aura magis yang melahirkan kekaguman saya akan ketangguhan umat Hindu Bali menjaga tata cara ajaran yang dipercayainya.
Oh ya, saat di Pura Besakih ini saya menjumpai banyak wisatawan mancanegara yang berbicara dalam beragam bahasa. Memang sebagai pusat pura bagi umat Hindu Bali, Pura Besakih tidak sekadar menjadi tempat pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Namun juga mempunyai keterkaitan latar belakang dengan makna Gunung Agung sebagai gunung tertinggi di pulau Bali yang dipercaya sebagai pusatnya para Dewata. Sehingga tepatlah kalau di lereng Barat Daya Gunung Agung dibuat bangunan untuk kesucian umat Hindu Bali, yakni Pura Besakih ini.
Tapi suasana ini membuat Pura Besakih ini nampak makin indah karena seluas pandangan akan terlihat Meru dengan tumpang (atap) yang bertingkat-tingkat, ada yang satu, dua, tiga, lima, tujuh, sembilan dan sebelas.
Pun, kabut tipis yang menyelimutinya memberikan aura magis yang melahirkan kekaguman saya akan ketangguhan umat Hindu Bali menjaga tata cara ajaran yang dipercayainya.
Yang saya suka, area Pura Besakih ini bersih dimana di banyak sudut tersedia tempat sampah yang memadai untuk kenyamanan pengunjungnya. Beberapa fasilitas seperti Tourist Information Center dan Perpustakaan Pura Besakih pun ada.
Tak hanya itu, di bagian atas area, juga tersedia deretan kios souvenir yang tampak menggoda dengan harga yang saya baca rata-rata tak jauh berbeda dengan harga di luar tempat tujuan wisata.
Tapi, karena mengingat dompet lagi kosong saya pun mengurungkan niatan untuk beli sesuatu di sini. Padahal biasanya di setiap tempat wisata, anak-anak saya belikan kaos atau apalah yang ada nama tempatnya. Karena biasanya di destinasi yang lain enggak tersedia. Tapi karena mereka hanya menerima pembayaran tunai saja, yo wis lah enggak usah belanja.🙈
Namun juga mempunyai keterkaitan latar belakang dengan makna Gunung Agung sebagai gunung tertinggi di pulau Bali yang dipercaya sebagai pusatnya para Dewata. Sehingga tepatlah kalau di lereng Barat Daya Gunung Agung dibuat bangunan untuk kesucian umat Hindu Bali, yakni Pura Besakih ini.
Setelah puas berkeliling meski tidak semua area, tak terasa, sampai juga kami di tempat awal menjumpai Pak Wayan tadi. Setelah memberikan guide tip sebagai tanda terima kasih untuk Pak Wayan yang memandu dengan suguhan kisah panjang yang menarik itu, saya pun mengembalikan payung, sarung serta selempod kepada pemiliknya.
Dan, berakhirlah kunjungan singkat kami ke ke Pura Besakih, sebuah tempat yang sarat makna filosofis dan dalam perkembangannya mengandung unsur-unsur kebudayaan yang meliputi: sistem pengetahuan, peralatan hidup dan teknologi, organisasi sosial kemasyarakatan, mata pencaharian hidup, sistem bahasa, religi dan kesenian.
Sungguh mengagumkan!!
Dan, berakhirlah kunjungan singkat kami ke ke Pura Besakih, sebuah tempat yang sarat makna filosofis dan dalam perkembangannya mengandung unsur-unsur kebudayaan yang meliputi: sistem pengetahuan, peralatan hidup dan teknologi, organisasi sosial kemasyarakatan, mata pencaharian hidup, sistem bahasa, religi dan kesenian.
Sungguh mengagumkan!!
Nah, sebagai catatan, apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan di Pura Agung Besakih dan pura pada umumnya, berikut beberapa hal yang musti diperhatikan:
DO'S
- Wear a proper attire
Pakaian yang sopan menjadi keharusan karena pura adalah tempat suci bagi umat Hindu Bali. Sehingga bagi siapa saja yang memasukinya musti menghormati kesuciannya. Jika tidak mengenakan pakaian sembahyang seperti layaknya umat, paling tidak mengenakan pakaian sesuai waktu dan tempat.
- Pick a sarong and a sash
Sarung/kamen dan selendang biasanya disediakan oleh pihak pengelola pura. Dua benda ini menyimbolkan penghormatan terhadap kesucian pura serta mengandung makna sebagai pengikat niat-niat buruk dalam jiwa.
Oh ya, kalau perlu beli saja kamen/sarung dan selempod ini, jika memang kita akan mengunjungi beberapa pura saat di Bali. Murah kok....bisa sekalian buat kenang-kenangan juga, kan?
Nah, setelah tahu Do's & Don'ts saat mengunjungi pura, berikut ini adalah tips berkunjung ke Pura Agung Besakih:
Oh ya, kalau perlu beli saja kamen/sarung dan selempod ini, jika memang kita akan mengunjungi beberapa pura saat di Bali. Murah kok....bisa sekalian buat kenang-kenangan juga, kan?
- Ask before do
Tanyakan dulu ke pemandu atau pengelola sebelumnya apakah boleh memasuki sebuah area atau mengambil gambar ritual yang ada di pura. Ingat kalau kita itu tamu dan mereka sedang beribadah sesuai dengan keyakinannya. Jadi jangan dulu grusa-grusu dengan cekrak-cekrek sini situ...
- Follow rules of common decency
Patuhi aturan kesopanan yang umum, apalagi di pura yang adalah tempat ibadah Seperti tidak berbicara/tertawa keras, mengecilkan volume/silent mode ponsel, tidak merokok sembarangan, buang air, meludah, membuang sampah dan lainnya.
- Respect the local culture
DON'TS
- Do not enter a temple when you are bleeding
Dilarang memasuki pura bagi wanita yang sedang datang bulan, pasca melahirkan/keguguran, juga sesiapa yang sedang menderita luka hati terbuka sehingga terjadi pendarahan yang bisa menodai kesucian pura.
- Do not point your feet toward the shrines
Posisi kaki jika ingin duduk di dalam area pura adalah dengan tidak mengarahkan kaki ke depan kita. Tapi posisi kaki bersila untuk pria dan duduk bersimpuh untuk wanita.
- Do not enter restricted area
Namanya saja daerah terlarang yang tentunya enggak sembarangan boleh dimasuki orang. Jadi perhatikan aturan jangan asal masuk saja.
- Do not disturb
Umat yang sedang beribadah di pura meski tempatnya terbuka juga memerlukan ketenangan agar khusyuk menghadap Sang Pencipta. Jadi setidaknya kita sebagai pengunjung bisa menghormati dengan tidak membuat keributan, jika mengambil gambar jangan menggunakan flash dan lainnya
- Do not forget your manners
Meski area dalam pura begitu Instagrammable, pendeta yang memimpin upacara memakai busana khasnya yang bagus bangets buat tampil di feed Ig kita, atau gadis Bali yang ber-kamen dan kebaya nampak begitu anggunnya. Tetap ingat untuk tidak asal mengambil gambar apalagi sembarangan mengajak wefie. Di dalam pura mereka sedang dalam prosesi sembahyang jadi mari kita jaga etika untuk kepentingan bersama.
TIPS
Nah, setelah tahu Do's & Don'ts saat mengunjungi pura, berikut ini adalah tips berkunjung ke Pura Agung Besakih:
- Siapkan uang tunai karena di sini kita harus membayar retribusi masuk (jika dari jalur utama masuknya), parkir kendaraan, tiket masuk, jasa pemandu (jika perlu)...
dan belanja ini itu. Karena Juni lalu, ATM susah dicari di sini.🙈
- Perhatikan jam buka dan tutup pura (7 pagi-5 sore) juga jadwal persembahyangan. Karena bisa saja jika ada upacara besar area akan penuh dengan umat Hindu Bali yang akan mengikuti ritual ini. Dan, akses menuju ke sana juga lebih padat pastinya.
- Enaknya lewat jalur via Kintamani adalah: tidak ada retribusi tambahan di depan juga lebih dekat ke area kalau dari parkiran.
- Hati-hati dengan pungutan liar: yang resmi adalah yang ada tiketnya.
- Jaga barang bawaan karena pada saat tertentu akan banyak sekali orang baik Krama Bali yang mau sembahyang maupun wisatawan. Khawatirnya ada oknum yang menyusup dan melakukan tindak kejahatan.
- Siapkan
sandaranjiwa raga karena keliling area pura lumayan juga jalannya.
- Pilih datang di waktu yang tepat, sehingga kita bisa menikmati Gunung Agung yang tertinggi di Bali di kejauhan sebelum kabut tipis atau hujan menyelimuti.
- Jangan segan bertanya ke pemandunya tentang apa saja yang kita lewati tadi dan boleh tidaknya masuk ke sana dan ke sini
Akhirnya, semoga catatan perjalanan ini bermanfaat ya, temans...
Oh ya, setelah sebelumnya sampai di Lovina, berkunjung ke Pura Ulun Danu Beratan, lanjut ke Kintamani dan Pura Besakih ini, saya dan keluarga langsung cusss ke Denpasar dan menginap di Jimbaran. Dan esoknya bersantai di Pantai Pandawa dan menikmati Kecak Garuda Wisnu di GWK.
Lalu, puaskah sudah?
Beluuuuum....😁
Masih banyak yang belum kami kunjungi di Bali. Semoga suatu hari nanti! 😍
Nah, kalau teman-teman sudah pernah ke Pura Besakih belum nih?
Salam satu aspal,
Dian Restu Agustina
aku sampe inget2 dulu apa aku pernah ke pura ini ga yaaa... hahaha beberpa kali ke bali, tp sejujurnya suka ga inget ama tempat2 yg didatangi krn kebanyakan urusan kantor. tp thn depan, planning mau ngajakin keluarga termasuk kedua asisten sjk mereka bilang, blm prnh liat bali. OMG, sebagai orang Indonesia, kalo belum nginjakin Bali sepertinya ga afdol :D. makanya berhubung anak2ku jg blm prnh kesana, thn depan nih semogaaa aja ga ada halangan apa2, yg bikin batal ke bali :)
BalasHapusAamiin. Semoga tahun depan terealisasi ya Mbak :)
HapusPura Besakih adalah salah satu destinasi popular di Bali. Seyogyanya kawasan ini terus dijaga oleh segala pihak, termasuk pengunjung, dengan menaati peraturan yang berlaku.
BalasHapusYa, Mbak setuju
HapusWah informasinya lengkap sekali, khususnya do's and dont'snya...mudah-mudahan ada rejeki biar bisa sekeluarga liburan kesana
BalasHapusAamiin, semoga ya Mbak
HapusSaya belum pernah ke Bali Mba. Doakan ya bisa liburan ke sana juga bareng keluarga kecil. Pasti bahagia. Pengennya honeymoon liburan maen ke sana hihihi. Aaaminnn
BalasHapusAamiin, semoga ya Bunda
HapusSaya pernah berkunjung ke Besakih 15tahun lalu.Pasti sudah banyak perubahan ya disana.Harus diulang lagi nih traveling ke Pura Besakih.
BalasHapusIya Mbak..saya terakhir 2001 dan kemarin 2018 sudah ada beberapa yang baru
HapusAku dulu pas ke sini juga pas abis ujan. Suasananya makin sahdu. Ciyee... dingin dingin gimana gitu. Ah Bali emang selalu ngangenin. Jadi pengin plesiran lagi.
BalasHapusYa syahdu merinduuuu..huhuhu
HapusSalah satu bucket list saya ada menginjakkan kaki di puncak tertinggi pulau dewata, Gunung Agung. Dan jalur resminya adalah melewati Pura Besakih..
BalasHapusSemoga bucket list ini tercapai. Anyway nice story mbak.. 😊
Siip, semoga tercapai bucket listnya :)
HapusWah banyak kosakata bahasa Bali di tulisan mbak Dian ini. Keren mbak tulisannya...
BalasHapusBali memang komplet tempat wisatanya, dari yang rame banget sampai yang daerah agak sepi, ada semua di tempat ini.
Iya, Mas..Karena saya pernah tinggal di Bali 8 tahun :D
HapusKak Dian lengkap sekali ulasannya..
BalasHapusPura Besakih destinasi yang lengkap ya ya Kak, termasuk edukasi sejarah, budaya dan agama. Apalagi di dampingi oleh guide se asik pak Wayan.
Terima kasih Kak Tuty..
HapusAku ke Bali beberapa kali (duluuu,,hahaha) kok ya belum pernah ke sini. Mungkin dulu juga ga secakep ini ya tempatnya. Penuh kekayaan sejarah banget ya tempat ini.
BalasHapusHihihi..iya berarti musti ke Bali lagi
HapusPosisi kaki ketika duduk di dalam area pura juga ternyata ada aturannya ya, aku baru tau nih. Beberapa waktu silam juga sempat ke Pura yang di Jakarta tapi nggak dijelasin masalah posisi kaki ini.
BalasHapusIya Mbak..saya kuliah dan kerja 8 tahun di sana, jadi punya banyak teman orang Bali, jadi tahu
HapusWaktu ke pura Besakih koq ga secantik foto2 Mba Dian ya? Mungkin karena ada hujan dan efek kabut jadi pura Beaakih terlihat anggun sekaligus misterius. Dos and don'ts nya berguna banget untuk yang mau ke Bali dan mengunjungi pura Besakih
BalasHapusTerima kasih Kak Yun
HapusAh...Jadi rindu Bali..sebagai destinasi wisata top Indonesia, Bali begitu mengagumkan. Dari budayanya, masyarakatnya dan alamnya. Pura Besakih pun menjadi simboo daya tarik wisata Bali
BalasHapusSiip, yuk ke Bali lagi Mas
HapusYang seru menurut saya bukan pura nya, tapi perjalanan ke sana dan suasana dinginnya di sana... kyknya asik ya nginap di sana
BalasHapusSaya nginep di Kintamani kemarin, asyik juga,
HapusWah pas banget nih akhir tahun mau liburan ke Bali, dan jadi kepengen mampir ke pura Besakih...
BalasHapusJangan lupa singgah juga ke Besakih
HapusEmang yaaa... Bali selalu ngangenin.. jadi pingin kesana lagi..
BalasHapusyuk ke sana lagi
HapusBali selalu bikin rindu.. ingin kembali dan kembali.. nyaman bgt disana.. everybody ia holiday inn Bali kan ya.. hehehe... Seru kalo pinkik rame2..
BalasHapusbetul bangets
HapusSetelah baca tulisan ini jadi kangen pingin ke bali lagi... huk huk
BalasHapusAyo kapan ke Bali lagi
HapusPengen ke Bali belom kesampean. Pas mau ke Bali tiket udah dipesan, eh gunung meleduk. Belum rezeki buat ke sono kykynya. 😥😥 Selalu tertarik sama budayanya masyarakat di Bali.
BalasHapussemoga lain waktu yaaa
HapusSiip..
BalasHapuswah bagus banget mbak dian. tulisannya bermanfaat sekali. saya sendiri belum pernah ke bali. jangankan ke bali, keliling jakarta aja susah banget izinnya karna lagi tahap terapi kaki.. wkwk curhat yaa
BalasHapussukses terus mbak dian.. semoga bisa terus keliling indonesiaaa
Aamiin, termia kasih
Hapussemoga kakinya segera sembuh ya
Ceritanya mantap dan lengkap juga seru yah Mba di Balinya. Trunnya salah satu destinasi inceran juga nih yang bagus.
BalasHapussip, semoga bisa ke Terunyan
HapusWah lengkap banget. Wisatanya lengkap banget yaa, wisata religi & wisata budaya. Dulu kalau ke Bali mampir ke sini ga yaa? Lali aku 🤣
BalasHapusKe pura ini 10tahun lalu... kangeen bali
BalasHapusMba Dian ceritanya bener2 lengkap. Tahun lalu aku ke Bali, tp dari semua tempat ya Mba tulis aku belum kunjungi huhuhu. Tulisan Mba, bisa saya jadiin referensi kalo ke Bali lagi hehe
BalasHapusingin kesana tapi sepertinya belum ada cuti. adakah rekomendasi pura yang lain kak?
BalasHapusWah tulisannya lengkap banget Mbak, ada tips, do's and donts! Membuat saya ingin sekali mengunjungi Pura Besakih.
BalasHapusAku belum pernah ke Bali, hihihi .. Mbak, aku suka deh lihat bentuk bangunan puranya. Artistik. Setiap hari berarti memang dibuka untuk umum, ya?
BalasHapusLengkap banget, Mba. Cocok nih buat yg punya rencana ke Pura Besakih, apalagi bagi yg pertama kali datang ke sana.
BalasHapusLihat ulasannya jadi semakin ingin pergi ke Bali. Bersyukur baca dulu tulisannya Mbak Dian, jadi bisa prepare dulu doooong, hehe
BalasHapusBelum ke Bali lagi, Mbak. Tertunda melulu. So, baca ini membantu sekali, lengkap 👍 ke Pura Besakih teenyata ga sekadar liat Pura ya. Banyak pernak-perniknya,harus 'sarungan' gitu ya :) ada perpustakaannya pula. Ternyata bkn cuma masjid aja yg punya perpus :) Tengkiu infonya
BalasHapusDuh, terakhir ke Bali entah brp purnama yang lalu. Hiks. eh nggak dink, terakhir 2013 tp gak sempat ke Pura Besakih. Kalau dulu perasaanku sepi gitu. Tapi sejukkk banget krn aku ke sana pas musin hujan.
BalasHapusSaya pernah ke pure itu th 80 an...jalannya masih susah, tp karena yg ngajak orang Bali semua aman terkendali. Lupa saya masih ada apa ga fotonya, maklum jalan2nya sekalian dinas di bali...hehehe
BalasHapusSiapa yg bisa menampik keindahan pulau dewata ini ya mbak. Setiap sudut, setiap spot, dan semua tradisi yg ada selalu berhasil mengundang decak kagum. Bangganya sbg warga negara Indonesia, krn memiliki objek wisata yg mendunia ini.
BalasHapusSudah pernah mbaaak, dulu juga kami dari Kintamani, tapi seingat saya dulu jalannya agak rusak deh.
BalasHapusGak asyiknya, waktu ke sana kami gak nyaman karena ketakutan banyak anjing di mana2.
Takut aja nanti digigit hehehe.