[Tanpa judul]
Pentingnya Bekal Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap Positif untuk Masa Depan Anak
"Knowledge comes with learning. Skill comes with experience. Attitude never comes,... developed!"
Teman...
Nah, pertanyaannya adalah: apakah dengan hasil ujian yang memuaskan membuat anak-anak kita nanti benar-benar siap untuk menghadapi masa depan? Bisakah nilai-nilai yang sempurna jadi patokan nantinya mereka jadi pribadi yang tangguh dan mandiri menjalani lika-liku hidup ini? Juga, mampukah mereka bersaing dengan manusia dari segala penjuru bumi di era yang makin terbuka nanti?
Nah, beberapa keterampilan yang mesti terus diasah sehingga anak-anak siap menghadapi masa depan diantaranya:
Beberapa hari ke depan anak-anak kita yang duduk di bangku kelas 6 SD, 9 SMP dan 12 SMA akan menjalani USBN (untuk SD) dan UNBK (untuk SMP dan SMA).
Dalam ujian-ujian tersebut diujikan beberapa mata pelajaran utama yang telah diajarkan selama masa pendidikan mereka. Ada Bahasa Indonesia, Matematika dan IPA untuk SD. Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan Bahasa Inggris untuk SMP. Dan Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris + mata pelajaran sesuai penjurusan untuk SMA.
Kesemua ujian dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas dengan standar memenuhi batas. Di mana diharapkan juga nilai kelulusan nantinya bisa dijadikan patokan untuk jenjang pendidikan berikutnya. Sehingga tidak ada lagi tes penerimaan siswa atau mahasiswa baru agar dapat menghemat biaya karena semua mengacu pada nilai akhir kelulusan yang ada.
Kesemua ujian dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas dengan standar memenuhi batas. Di mana diharapkan juga nilai kelulusan nantinya bisa dijadikan patokan untuk jenjang pendidikan berikutnya. Sehingga tidak ada lagi tes penerimaan siswa atau mahasiswa baru agar dapat menghemat biaya karena semua mengacu pada nilai akhir kelulusan yang ada.
Pentingnya pembekalan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif pada anak
Nah, pertanyaannya adalah: apakah dengan hasil ujian yang memuaskan membuat anak-anak kita nanti benar-benar siap untuk menghadapi masa depan? Bisakah nilai-nilai yang sempurna jadi patokan nantinya mereka jadi pribadi yang tangguh dan mandiri menjalani lika-liku hidup ini? Juga, mampukah mereka bersaing dengan manusia dari segala penjuru bumi di era yang makin terbuka nanti?
Oh tentu tidak semudah itu, Ferguso!!
Karena dibutuhkan perpaduan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mumpuni untuk menghadapi masa depan mereka nanti!
Memang sih ya, faktanya basic ilmu yang diperlukan di bursa kerja dunia adalah Sains, Technology, Engineering & Math (STEM) - setelah membaca dan menulis tentunya.
Tapi ada serangkaian keterampilan lain yang menurut para ahli mesti dikuasai oleh anak tanpa peduli pada bidang ilmu yang dituju. Karena selain berilmu mereka juga diharapkan mampu menyelesaikan masalah, kreatif, bisa bekerja sama juga berkomunikasi dengan baik di dunia kerja. Sehingga beberapa bekal keterampilan dibutuhkan agar mereka lebih siap melakukan pekerjaan yang diimpikan.
Selain itu perlu dukungan sikap positif sebagai panduan dalam menjalani kehidupan. Mempertahankan sikap positif di saat harus melewati pasang surut hidup ini penting untuk dikembangkan pada anak-anak kita ini. Sehingga dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, pekerjaan, juga berkeluarga nantinya mereka akan mengedepankan sikap positif sehingga bisa mencari solusi terbaik pada berbagai masalah yang dihadapi.
Keterampilan hidup yang dibutuhkan anak untuk masa depan
Nah, beberapa keterampilan yang mesti terus diasah sehingga anak-anak siap menghadapi masa depan diantaranya:
1. Menyelesaikan Masalah
Di era serba kompetitif, anak diharapkan mampu berpikir kritis dan solutif. Pembiasaan yang bisa dilakukan diantaranya:
↠ Jika mereka menanyakan "mengapa" pada satu hal, kembalikan lagi agar jadi bahan pemikiran.
Misalnya saat anak saya nanya:
"Mengapa bisa ada banjir ya, Buk? Karena hujan ya?"
"Hm, mengapa ya? Kalau cuma hujan saja enggak harus banjir seperti itu kan, ya? Kalau menurut kamu gimana?"
Tanyakan kembali dan dampingi anak mencari jawaban dengan mencari data dari buku atau internet sehingga pertanyaan tadi akan "terjawab sendiri" olehnya.
↠ Gali ide kreatifnya
Hujan turun seharian, sehingga anak-anak enggak bisa main di luar. Akhirnya, saya beri dia kardus dan gunting juga lakban, lalu mengusulkan agar dia membuat robot dengan bahan-bahan yang ada. Dan ta daa..ide kreatifnya pun menjelma!
2. Kerja Sama
Kerja sama biasanya dibiasakan di sekolah dengan pemberian tugas kelompok oleh guru. Ini akan membuat anak-anak belajar mengontrol emosi, menumbuhkan empati, belajar berdiplomasi dan menerapkan manajemen waktu. Sehingga diharapkan ke depan mereka akan siap bekerja sama dalam sebuah tim kerja.
Di rumah, kita bisa menumbuhkan kebiasaan bekerja sama misalnya saat melibatkan anak dalam membuat camilan. Biarkan si Kakak mengaduk adonan sementara si Adik menyiapkan cetakan. Atau memberikan tugas domestik yang mesti rutin dikerjakan di keseharian, misalnya si Kakak menyapu halaman, si Adik menyiram bunga.
3. Penguasaan Teknologi
Teknologi yang terus berkembang mengharuskan generasi mendatang mesti siap untuk berpacu di era terkini. Tapi, teknologi di sini bukan berarti anak menguasai semua aplikasi yang ada di gadget yang dimiliki. Bukan pula sudah level up di game kesayangannya. Yang dimaksud penguasaaan justru bagaimana dia bisa menggunakan teknologi dengan bijak dan memanfaatkannya untuk hal-hal positif. Caranya dengan mendampingi dan mengarahkan anak saat menggunakan teknologi.
4. Berkomunikasi
Menumbuhkan cara berkomunikasi yang baik diperlukan latihan di keseharian. Bisa lewat permainan yang membuat anak secara terstruktur bisa menyampaikan hasil penglihatan, pendengaran ataupun pengamatan.
Misalnya: ajak anak main pura-pura setelah semalam didongengin tentang Kancil dan Buaya. Gali informasi darinya dengan kata tanya 5W+1H sehingga ia akan runut bercerita. Kebiasaan seperti ini membuat mereka mampu menyampaikan sesuatu dengan bahasanya sendiri dan efektif melatih cara berkomunikasi.
5. Berpikir Out of The Box
Saat anak menemui masalah, yang kita harapkan adalah mereka mampu menemukan solusinya. Nah, solusi yang didasari proses kreativitas akan menghasilkan sesuatu yang tak biasa alias out of the box. Pola pikir seperti ini diperlukan di tengah kompetisi yang kian hari kian sengit ini. Sehingga ke depannya anak-anak akan menjadi dewasa dan punya ide-ide "gila" yang berbeda dari yang lainnya. Seperti pada kebanyakan anak muda yang kini sukses dengan start-up-nya.
Maka yang bisa kita lakukan adalah saat mereka tertarik dengan sesuatu dorong untuk lebih dalam mencari tahu. Misalnya, saat anak keheranan kenapa ada warna pelangi saat kita mengarahkan gelas bening ke sinar matahari. Ajak untuk mencari versi pelangi lainnya dan lakukan permainan yang menyenangkan seraya menanamkan konsep berpikir di luar kebiasaan.
Pengetahuan akademis yang dimiliki ditambah keterampilan yang dikuasai serta sikap positif yang selalu dijadikan pedoman akan menjadi tiket sukses anak di masa depan.
Orang yang selalu berpikiran positif lebih mudah bersosialisasi dan lebih disukai daripada seseorang yang terus-menerus melihat sisi negatif tentang segala sesuatu. Dalam hal peluang berjejaring, kita lebih mungkin bertemu orang-orang yang bersemangat dan bermanfaat jika kita memiliki sikap positif tentang diri sendiri. Orang yang berpandangan positif lebih terbuka untuk memperluas lingkaran sosial mereka sehingga akan membuka pintu peluang yang lebih besar nantinya.
Sehingga memang benar adanya bahwa pengetahuan, keterampilan dan sikap positif akan memandu anak-anak kita menuju kesuksesan, terlepas dari tantangan yang mereka temui di sepanjang jalan. Insya Allah...
Oh ya, berkaitan dengan hal ini ada strategi yang disebut dengan strategi metakognisi yang tujuannya untuk membangun struktur pengetahuan, meningkatkan kebiasaan berpikir, dan memandu anak untuk meningkatkan perkembangan kognitifnya. Di mana tema ini dikupas oleh teman blogger saya Mbak Nurul Fitri Fatkhani.
Juga jangan lupa selain membekali anak dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif, beri mereka landasan iman. Agar anak tidak hanya hebat di dunia tapi juga dicintai Rabb-nya, seperti yang diulas oleh teman blogger saya Mbak Yeni Sovia.
Well, bagaimana dengan teman-teman, punyakah pengalaman yang terkait dengan tema ini? Mari kita berdiskusi ....!!
Akhirnya, semoga ulasan ini bermanfaat ya...
Dan yuks, tetap semangat kita!!😍
*all pictures by Canva
Happy Parenting
Dian Restu Agustina
Di era serba kompetitif, anak diharapkan mampu berpikir kritis dan solutif. Pembiasaan yang bisa dilakukan diantaranya:
↠ Jika mereka menanyakan "mengapa" pada satu hal, kembalikan lagi agar jadi bahan pemikiran.
Misalnya saat anak saya nanya:
"Mengapa bisa ada banjir ya, Buk? Karena hujan ya?"
"Hm, mengapa ya? Kalau cuma hujan saja enggak harus banjir seperti itu kan, ya? Kalau menurut kamu gimana?"
Tanyakan kembali dan dampingi anak mencari jawaban dengan mencari data dari buku atau internet sehingga pertanyaan tadi akan "terjawab sendiri" olehnya.
↠ Gali ide kreatifnya
Hujan turun seharian, sehingga anak-anak enggak bisa main di luar. Akhirnya, saya beri dia kardus dan gunting juga lakban, lalu mengusulkan agar dia membuat robot dengan bahan-bahan yang ada. Dan ta daa..ide kreatifnya pun menjelma!
2. Kerja Sama
Kerja sama biasanya dibiasakan di sekolah dengan pemberian tugas kelompok oleh guru. Ini akan membuat anak-anak belajar mengontrol emosi, menumbuhkan empati, belajar berdiplomasi dan menerapkan manajemen waktu. Sehingga diharapkan ke depan mereka akan siap bekerja sama dalam sebuah tim kerja.
Di rumah, kita bisa menumbuhkan kebiasaan bekerja sama misalnya saat melibatkan anak dalam membuat camilan. Biarkan si Kakak mengaduk adonan sementara si Adik menyiapkan cetakan. Atau memberikan tugas domestik yang mesti rutin dikerjakan di keseharian, misalnya si Kakak menyapu halaman, si Adik menyiram bunga.
3. Penguasaan Teknologi
Teknologi yang terus berkembang mengharuskan generasi mendatang mesti siap untuk berpacu di era terkini. Tapi, teknologi di sini bukan berarti anak menguasai semua aplikasi yang ada di gadget yang dimiliki. Bukan pula sudah level up di game kesayangannya. Yang dimaksud penguasaaan justru bagaimana dia bisa menggunakan teknologi dengan bijak dan memanfaatkannya untuk hal-hal positif. Caranya dengan mendampingi dan mengarahkan anak saat menggunakan teknologi.
4. Berkomunikasi
Menumbuhkan cara berkomunikasi yang baik diperlukan latihan di keseharian. Bisa lewat permainan yang membuat anak secara terstruktur bisa menyampaikan hasil penglihatan, pendengaran ataupun pengamatan.
Misalnya: ajak anak main pura-pura setelah semalam didongengin tentang Kancil dan Buaya. Gali informasi darinya dengan kata tanya 5W+1H sehingga ia akan runut bercerita. Kebiasaan seperti ini membuat mereka mampu menyampaikan sesuatu dengan bahasanya sendiri dan efektif melatih cara berkomunikasi.
5. Berpikir Out of The Box
Saat anak menemui masalah, yang kita harapkan adalah mereka mampu menemukan solusinya. Nah, solusi yang didasari proses kreativitas akan menghasilkan sesuatu yang tak biasa alias out of the box. Pola pikir seperti ini diperlukan di tengah kompetisi yang kian hari kian sengit ini. Sehingga ke depannya anak-anak akan menjadi dewasa dan punya ide-ide "gila" yang berbeda dari yang lainnya. Seperti pada kebanyakan anak muda yang kini sukses dengan start-up-nya.
Maka yang bisa kita lakukan adalah saat mereka tertarik dengan sesuatu dorong untuk lebih dalam mencari tahu. Misalnya, saat anak keheranan kenapa ada warna pelangi saat kita mengarahkan gelas bening ke sinar matahari. Ajak untuk mencari versi pelangi lainnya dan lakukan permainan yang menyenangkan seraya menanamkan konsep berpikir di luar kebiasaan.
Pengetahuan + keterampilan + sikap positif = jalan menuju kesuksesan
Pengetahuan akademis yang dimiliki ditambah keterampilan yang dikuasai serta sikap positif yang selalu dijadikan pedoman akan menjadi tiket sukses anak di masa depan.
Orang yang selalu berpikiran positif lebih mudah bersosialisasi dan lebih disukai daripada seseorang yang terus-menerus melihat sisi negatif tentang segala sesuatu. Dalam hal peluang berjejaring, kita lebih mungkin bertemu orang-orang yang bersemangat dan bermanfaat jika kita memiliki sikap positif tentang diri sendiri. Orang yang berpandangan positif lebih terbuka untuk memperluas lingkaran sosial mereka sehingga akan membuka pintu peluang yang lebih besar nantinya.
Sehingga memang benar adanya bahwa pengetahuan, keterampilan dan sikap positif akan memandu anak-anak kita menuju kesuksesan, terlepas dari tantangan yang mereka temui di sepanjang jalan. Insya Allah...
Oh ya, berkaitan dengan hal ini ada strategi yang disebut dengan strategi metakognisi yang tujuannya untuk membangun struktur pengetahuan, meningkatkan kebiasaan berpikir, dan memandu anak untuk meningkatkan perkembangan kognitifnya. Di mana tema ini dikupas oleh teman blogger saya Mbak Nurul Fitri Fatkhani.
Juga jangan lupa selain membekali anak dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif, beri mereka landasan iman. Agar anak tidak hanya hebat di dunia tapi juga dicintai Rabb-nya, seperti yang diulas oleh teman blogger saya Mbak Yeni Sovia.
Akhirnya, semoga ulasan ini bermanfaat ya...
Dan yuks, tetap semangat kita!!😍
*all pictures by Canva
Happy Parenting
Dian Restu Agustina
Benar mbak dan kegiatan itu adalah yang bisa menanamkan kedisiplinan serta membekali ketrampilan anak banyak diadakan di dalam atau di luar sekolah. Tinggal memilih saja yaa
BalasHapusBetul sekali Mis..ada banyak cara tinggal orang tua mau atau enggak menjalankannya:)
HapusNah itu, berpikir out of the box. Susah itu. Bisa diajarin nggak sih? Kita pun seringkali solusinya cari aman aja. Akhirnya malah lama. Padahal zaman now yang diperlukan yang taktis dan efisien...
BalasHapusIya Mbak..ortunya juga mesti telaten mengasah kreativitas anaknya sehingga pola pikir out of the box ini bisa muncul nanti
Hapusbolehlah tipsnya.
BalasHapusWaktu saya masuk usia SD, ortu mulai "menghukum" dengan cara lain, jika saya berbuat salah.
BalasHapusSaya dipersilakan duduk di mini library dan membaca. BUkunya terserah apa mau saya saja, lalu setelah 2 hari menjalani "hukuman" ditanya jawab.
Tanya jawabnya lebih kayak diskusi, dan bisa berjalan beberapa minggu kalau menarik topiknya hehehe
Mungkin itu sebabnya saya jadi suka "kepo" an kalo ketemu masalah, dan gak gampang nyerah - baca buku ini itu cari solusi - karena ... hidup ada di buku, actually
Terima kasih sudah sharing Mbak Tanti..ide yang bagus sekali ini:)
HapusOrang tua Mbak Tanti sangat bijak, ya, Mbak. Menghukum dengan cara yang spesial. Malah bisa dibilang, hukuman yang berfaedah hehehe...
HapusWah Ilmu lagi deh ini untuk tau keterampilan yang harus dimiliki anak. Nah, Karena belum punya anak,hehe mungkin yang keliatan dan perlu diasah dari keponakan yang aku lihat adalah point 5 untuk mengasah cara berpikir out of the box, agar bisa memecahkan masalah. Thanks for sharing mbak
BalasHapusIya Mbak Mega..ini buat persiapan kalau punya momongan nantinya yaa:)
HapusSistem pendidikan kita masih terlalu fokus dengan hasil akhir yang berupa pencapaian angka. Atau ketuntasan teori. Padahal banyak keahlian dan keterampilan yang tidak bisa dipisahkan sebagai bekal dan landasan dasar bagi seseorang untuk bertahan di dunia nyata. Tentu prestasi akademik tidak bisa diremehkan, tapi apa artinya jika anak gagap dengan kenyataan hidup? Sharing bermanfaat sekali. Aku jadi pengin nulis keterampilan dasar untuk anak.
BalasHapusSetuju..karena terlalu berfokus pada pencapaian angka hingga banyak yang prestasi akademiknya tinggi tapi gagap menghadapi masalah hidup ini..sayang sekali!
HapusTulisan ini penting banget disebarkan & diketahui ortu yg sudah punya anak. Soalnya kemaren ada anak baru di kantor, fresh graduate, cumlaude, nilai akademik fantastis, tapi pas kerja malah ngga bisa, ngga punya manner/attitude yg baik & cara komunikasinya juga ngga sopan, walhasil kerjaannya ngga diperpanjang dan dinyatakan tidak memuaskan... Sayang ya, padahal pintar tapi kemampuan sosialnya kurang banget dan ini yang hrusnya diajarkan oleh ortu pada anak karena mereka tidak mendapatkan mata pelajaran ini di sekolah :D
BalasHapusAnak-anak jaman now butuh banget bekal pengetahuan dan keterampilan serta sikap moral yang positif juga attitude yang baik. itu bekal utama
BalasHapusHasil ujian memang gak menjamin masa depan anak menjadi lebih baik. Apalagi kalau bicara tentang attitude. Jadi memang harus diajarkan hal-hal lain. Tidak sekadar pintar secara akademis
BalasHapusPoin-poinnya aku setuju mbaak.. ortu harus ngasih ilmu. Itu yg penting buat bekal mereka. Kalau harta akan habis..
BalasHapusSelain kepintaran, anak2 jg hrs tetap down to earth yaa. Suka sedih kalau lihat anak yg pintar tapi sama ortu yaa malah lupa.. amiin moga anak2 kita sukses di dunia dan akhirat ya mbaaa
Poin kelima itu kadang suka dimatikan sendiri oleh para ortu tanpa disadari. berapa sering anak mau berkreasi tapi ortu bilang "nggak gitu dek, caranya gini." Atau "Bikin gambar orang kok rambutnya ijo? Salah dong" Nah yang kayak gitu bikin anak mati imaji dan malas berkreasi. Ini jadi PR banget buat para ortu, termasuk saya. Makasih insightnya ya Mba
BalasHapusYes, nilai bukan segalanya ya, Mbak. Bahkan konon, kesuksesan seseorang tidak begitu dipengaruhi oleh nilai-nilai akademik. justru sikap positif dan pikiran positif yang biasanya mengantarkan seseorang untuk bisa sukses.
BalasHapusSangat setuju, Mba Dian.. Apalagi setelah memasuki dunia kerja, kemampuan akademis, skill, kerjasama, optimis serta sikap yang santun, itu sangat berpengaruh. Dan semua itu juga harus diimbangi dengan iman dan takwa kita untuk bekal di kehidupan akhirat nanti.
BalasHapusMakasih ilmunya Mak. Sebagai ibu muda yang baru memiliki satu anak batita, ini sangat penting buat saya untuk persiapan masa depan anak.
BalasHapusyap yg utama ialah menyelesaikan masalah. kini marak kasus anak yg lari dari masalah dg cara bunuh diri atau malah pakai narkoba. naudzubillah. pembelajaran di keuarga mengenai cara selesaikan utama kemudian menjadi sorotan
BalasHapusSaya setuju banget nih. Selain penguasaan keilmuan dan teknik berkomunikasi, cara berpikir positif juga perlu ditanamkan sejak dini. Banyak anak yang dari kecil udah takut melakukan ini itu karena mungkin orang tuanya terlalu mendikte, kurang memberikan kesempatan si anak untuk bereksplorasi mencari cara pemecahan masalah, juga membatasi kreasi si anak dengan memberikan komentar yang acapkali bermuatan negatif. Semoga para orang tua makin memahami hal ini ya dan membimbing putra-putrinya dengan baik.
BalasHapusSetuju mbak, pengetahuan, ketrampilan dan sikap positif memang sangat dibutuhkan jika ingin sukses di masa depan. Tahun ini juga pemerintah mulai menggali tentang STEM dan mulai memberikan diklat pada guru-guru. Harapannya nanti bisa di terapkan di sekolah pembelajaran berbasis STEM ini
BalasHapusSetuju mbak, selain pengetahuan dan keterampilan terutama pendidikan sikap dan karakter di jaman sekarang yang harus ditingkatkan. Ketika sekolah hanya menilai dari hasil tes dan angka2 hasilnya ya gini, harus jujur mengakui, banyak yg dilihat dari nilai cerdas tp attitude kurang.
BalasHapusMbaaaa artikelnya bergizi banget
BalasHapusSUper LOOOVEE
Thanks for sharing ya
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Setuju mba pengetahuan + ketrampilan + sikap positif menghasilkan kesuksesan. Seorang anak yg dari dini mulai dikenalkn dengan 3 faktor itu insha allah cemerlang masa depannya. Apalagi lengkap dengan 5 poin yg mb Dian sebutkan. Top lah padti. Mksh ya mb buat pencerahannya...
BalasHapusTanamkan dulu disiplin diri, yg lain dengan mudah akan mengikuti sifat dan sikap hidup yg mencakup kemandirian dan percaya diri. Itu pola ala bunda lho.
BalasHapusSetuku banget mom...penanaman perilaku positif dan no labeling lagi.. kadang masih suka gemes kalau masih ada yang melabeli anak dgn label negatif.. justru itu yang akan tertanam nanti ke anak yaa
BalasHapusIyes banget, mendidik anak itu nggak hanya cerdas dalam akademik. Namun juga membekali dengan ketrampilan dan membimbing anak menjaga etika serta memiliki empati
BalasHapusJadi, bukan PRestasi akademik yang diutamakan yah mbak, keterampilan dan sikap punya andil besar anak bisa lebih berprestasi setelah memasuki jenjang pendidikan berikutnya.
BalasHapusAhhh ini postingan bergizi banget mbak,, aslikkk
Ku simpan quote di awal yah mbakk
TFS Mbak ^_^
Setuju mba. Bukan hanya kemampuan akademik yang harus diasah, tapi kemampuan lain seperti kemampuan komunikasi & out of the box itu. Soalnya kalo cerdas di akademik aja, nanti bakal susah pas di lingkungan kerja ato lingkungan masyarakat.
BalasHapusBetul mbak, anak sekarang ini harus banget diberikan pembekalan selain dari sekolahan. Sebagai orang tua kita sangat berperan dalam hal ini semua.
BalasHapusJaman sekarang wajib membekali anak supaya bisa berpikir kreatif, berkepribadian kuat, dan shaleh. Pe-er besar buat ortunya ya mbaa :)
BalasHapusSetuju banget, mba!
BalasHapusBuah hati memang harus dibekali hal-hal yang disebutkan di atas tadi.
Plus,
Keluarga adalah panutan utama. Jadi, gaya pengasuhan orang tua sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Bahkan gaya pengasuhan juga berbeda untuk setiap tahapan tumbuh kembang anak.
Waaahh ini tulisan kolabs ya mbak?
BalasHapusYeah penting banget menerapkan sikap positif ke anak. Kalau di grup emak2 HS yg kuikuti, rata2 ortu mengajari hal2 kyk gini dulu ketimbang ngajarin matpel. Jd katanya dikuatin dulu pondasi hidupnya.
Kemampuan2 yg mbak sebutkan td masuk ke semacam kyk life skills ya mbak jadinya, ortu yg ngajarin itu jg punya tanggung jawab gede melakukan hal serupa sblm ngajarin anak2nya hehe, semangat #ntms
Jadi ingat tahun lalu saat si sulung mau ujian juga kelas 6, bikin deg-degan orangtua. Selalu mendukung & berdoa untuk kelancaran ujianya.
BalasHapusBener banget mbak sebaiknya anka-anak tidak hanya dibekasli pengetahuan dalam bidang pelajaran saja tapi di bidang lain pun supaya bisa menjalani kehidupan dengan lancar di masa depan terutama di bidang kedisiplinan, karakter, juga sosial.
Halo mba Dian. Memang membutuhkan waktu serta berbagai aspek untuk memberikan ketrampilan positif. Terima kasih telah mengingatkan ya mba
BalasHapusAh keren ini tulisan kolaborasi sama bunda Erysha.Wah aku sepakat banget anak2 kudu diajarin mandiri dalam menyelesaikan masalah. Nilai gak jadi patokan, tapi bs survive disegala kondisi. Mandiri dan disiplin.
BalasHapus