Workshop Konservasi Kertas 2019
Mengikuti Workshop Konservasi Kertas 2019 Bersama Pusat Konservasi Cagar Budaya DKI Jakarta
Disampaikan oleh pemateri, koleksi kertas ini berbahan dasar dari bagian tumbuhan yakni kulit dan atau batang pohon. Sedangkan untuk pengolahannya bisa dengan cara tradisional maupun modern.
Untuk cara pembuatan kertas tradisional dipergunakan kulit kayu dengan proses panjang mulai dari pemotongan, pengelupasan kulit, perendaman dan lainnya hingga akhirnya menjadi kertas. Sedangkan untuk proses pengolahan kertas secara modern, menggunakan batang pohon sehingga jumlah yang dihasilkan akan lebih banyak.
Sementara beberapa hal yang dapat merusak koleksi kertas diantaranya:
1. Sinar Matahari atau Cahaya Lampu
Sebaiknya koleksi berbahan kertas diletakkan di tempat yang terhindar dari cahaya matahari atau lampu secara langsung. Juga cahaya yang diperbolehkan untuk kertas ini tidak boleh lebih dari 50 lux. Pengukurannya sendiri bisa menggunakan Lux Meter sehingga akan diketahui dengan pasti kekuatannya. Sedangkan contoh cahaya yang aman adalah lampu bohlam berkekuatan 5 Watt saja.
2. Kelembaban
Kondisi ruangan juga perlu perhatian khusus agar koleksi kertas bisa terawat dengan baik. Karena jika ruangan lembab maka bisa menyebabkan kertas mudah berjamur. Sedangkan apabila kondisi ruangannya kering kertasnya menjadi kering dan mudah rapuh.
Suhu yang disarankan dalam ruangan penyimpanan koleksi kertas berkisar 18-21° C dengan fluktuasi maksimum sehari-hari yang diijinkan untuk kelembaban sebesar +/- 3% dan fluktuasi suhu berkisar +/-2°C. Dan akan lebih baik lagi jika tidak ada fluktuasi tajam kisaran suhu dan kelembaban dalam ruang tersebut.
Oh ya, sebagai alat bantu menjaga kelembaban udara kita bisa memakai Silica gel dalam lemari penyimpanan koleksi. Jika Silica gel ini berwarna biru artinya masih aktif atau masih bagus. Beri minimal setengah gelas di setiap laci dan tiap triwulan rutin diganti. Tapi, apabila kelembaban ruangan cukup tinggi maka paling lama sebulan sekali harus diganti Silica gel-nya.
3. Binatang
5. Korosi Kertas
Disebabkan oleh bahan pembuatan tinta yang berunsur besi yang ditunjang faktor kelembaban ruang yang menyebabkan tinta pada tulisan jadi membesar atau mblobor dan membuat kertas lama-lama jadi bolong.
“Semua koleksi kertas memerlukan perawatan yang teratur agar tidak mudah rusak. Karena bila koleksi kertas sudah rusak, biaya yang dibutuhkan untuk mengkonservasi akan sangat mahal. Jadi, lebih baik menjaga dan merawat daripada mengkonservasinya.” Demikian disampaikan oleh pemateri Bapak Aris Riyadi yang adalah Pustakawan Muda Pusat Preservasi Perpustakaan Nasional RI, Jumat, 26 April 2019 lalu, pada helatan Workshop Konservasi Kertas yang saya ikuti.
Tapi, apa sih pentingnya merawat koleksi kertas ini? Lalu bagaimana caranya? Dan apa saja yang dilakukan saat mengkonservasinya?
Workshop Konservasi Cagar Budaya 2019
Nah, Workshop Konservasi Kertas yang saya ikuti ini merupakan bagian dari 4 rangkaian workshop yang masing masing dilaksanakan sehari penuh dan diikuti oleh 50 orang peserta, yaitu:
- Workshop Konservasi Lukisan - Rabu 24/4/2019
- Workshop Konservasi Tekstil - Kamis 25/4/2019
- Workshop Konservasi Kertas - Jumat 26/4/2019
- Workshop Konservasi Logam - Kamis 2/5/2019
Sementara para peserta terdiri dari pencinta cagar budaya, karyawan museum, komunitas sahabat museum maupun masyarakat umum. Mereka mengikuti Workshop Konservasi Cagar Budaya 2019 ini yang diselenggarakan oleh Pusat Konservasi Cagar Budaya (PKCB) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta di Kota Tua Jakarta.
Sedangkan tujuan kegiatan adalah untuk meningkatkan wawasan dan kepedulian masyarakat dalam pelestarian benda cagar budaya yang ada atau koleksi yang dimilikinya. Sebagaimana disebutkan dalam UU Nomor 11 tahun 2010 bahwa setiap orang yang memiliki atau menguasai benda cagar budaya wajib melindungi dan memeliharanya.
Nah, untuk Workshop Konservasi Kertas, selain Pak Aris sebagai narasumber juga ada Ibu Ellis Sekar Ayu, Konservator di Perpustakaan Nasional RI.
Sedangkan acara terbagi dalam 2 sesi, yakni sesi pagi untuk penyajian materi dan siang untuk praktik konservasi.
Meski waktu sehari ternyata memang benar-benar kurang untuk mempelajari berbagai hal berkaitan dengan konservasi kertas ini tapi paling tidak ada banyak wawasan baru yang saya terima sepulang dari sana. Alhamdulillah.
Apa saja? Lanjut saja baca yaaa....
Nah, untuk Workshop Konservasi Kertas, selain Pak Aris sebagai narasumber juga ada Ibu Ellis Sekar Ayu, Konservator di Perpustakaan Nasional RI.
Sedangkan acara terbagi dalam 2 sesi, yakni sesi pagi untuk penyajian materi dan siang untuk praktik konservasi.
Meski waktu sehari ternyata memang benar-benar kurang untuk mempelajari berbagai hal berkaitan dengan konservasi kertas ini tapi paling tidak ada banyak wawasan baru yang saya terima sepulang dari sana. Alhamdulillah.
Apa saja? Lanjut saja baca yaaa....
Serba-Serbi Koleksi Kertas
Untuk cara pembuatan kertas tradisional dipergunakan kulit kayu dengan proses panjang mulai dari pemotongan, pengelupasan kulit, perendaman dan lainnya hingga akhirnya menjadi kertas. Sedangkan untuk proses pengolahan kertas secara modern, menggunakan batang pohon sehingga jumlah yang dihasilkan akan lebih banyak.
Sementara beberapa hal yang dapat merusak koleksi kertas diantaranya:
1. Sinar Matahari atau Cahaya Lampu
Sebaiknya koleksi berbahan kertas diletakkan di tempat yang terhindar dari cahaya matahari atau lampu secara langsung. Juga cahaya yang diperbolehkan untuk kertas ini tidak boleh lebih dari 50 lux. Pengukurannya sendiri bisa menggunakan Lux Meter sehingga akan diketahui dengan pasti kekuatannya. Sedangkan contoh cahaya yang aman adalah lampu bohlam berkekuatan 5 Watt saja.
2. Kelembaban
Kondisi ruangan juga perlu perhatian khusus agar koleksi kertas bisa terawat dengan baik. Karena jika ruangan lembab maka bisa menyebabkan kertas mudah berjamur. Sedangkan apabila kondisi ruangannya kering kertasnya menjadi kering dan mudah rapuh.
Suhu yang disarankan dalam ruangan penyimpanan koleksi kertas berkisar 18-21° C dengan fluktuasi maksimum sehari-hari yang diijinkan untuk kelembaban sebesar +/- 3% dan fluktuasi suhu berkisar +/-2°C. Dan akan lebih baik lagi jika tidak ada fluktuasi tajam kisaran suhu dan kelembaban dalam ruang tersebut.
Oh ya, sebagai alat bantu menjaga kelembaban udara kita bisa memakai Silica gel dalam lemari penyimpanan koleksi. Jika Silica gel ini berwarna biru artinya masih aktif atau masih bagus. Beri minimal setengah gelas di setiap laci dan tiap triwulan rutin diganti. Tapi, apabila kelembaban ruangan cukup tinggi maka paling lama sebulan sekali harus diganti Silica gel-nya.
3. Binatang
Binatang yaitu jenis rayap dan serangga adalah salah satu perusak utama koleksi kertas kita. Untuk mencegah kutu dan kecoa bisa dipakai kamper atau kapur barus atau juga bisa dengan cara alami dengan menaburkan cengkeh di sekitarnya.
Penggunaan kapur barus harus rutin dicek dan diganti karena cepat menguap. Sementara untuk rayap, penanganannya tidak bisa dengan cara sederhana atau sekedar membunuh rayapnya saja. Karena kita mesti mencari dulu Ratu Rayap sampai ketemu.
Oh ya, rayap tanah ini biasanya datang dari celah-celah yang tidak rapat. Maka rutin periksa juga celah lantai atau dinding yang ada. Tutup rapat sehingga tak ada rayap bisa mendatangi koleksi dokumen kita. Untuk membasmi akan diberikan umpan beracun pada pasukan rayap kemudian makanan ini akan diberikan ke Ratu Rayap hingga matilah dia. Jika Ratu Rayap mati maka artinya mati pulalah koloni.
4. Tempat Penyimpanan
Sebaiknya hindari menyimpan buku dalam lemari kayu. Kecuali kayu jati yang berkualitas bagus karena merupakan jenis kayu yang awet, tahan rayap kayu, serta tahan lembab. Jika bukan kayu jati lebih baik simpan di lemari berbahan logam sehingga lebih aman dari gangguan rayap ini.
Juga, letakkan buku secara vertikal jangan ditumpuk atau saling tindih agar tidak merusak lembaran kertasnya. Dan pastikan menyimpannya dalam posisi berdiri serta beri ruang sisa diantaranya.
5. Korosi Kertas
Disebabkan oleh bahan pembuatan tinta yang berunsur besi yang ditunjang faktor kelembaban ruang yang menyebabkan tinta pada tulisan jadi membesar atau mblobor dan membuat kertas lama-lama jadi bolong.
Cara Merawat Koleksi Kertas
Bu Ellis dan Pak Aris dalam sesi berbeda juga memaparkan berbagai hal yang berkaitan dengan cara perawatan koleksi berbahan kertas ini.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya:
1. Perawatan Dokumen
2. Perawatan Foto
3 Perawatan Buku
4. Perawatan Naskah
Setelah mendapatkan teori seputar perawatan koleksi kertas maka setelah Ishoma workshop dilanjutkan dengan praktik konservasi kertas.
Sesi pertama dipandu oleh Bu Ellis dengan materi praktik:
1. Bleaching
Menyimpan dokumen bisa dilakukan dengan cara langsung memasukkan ke dalam plastik dengan syarat plastiknya bebas asam. Nah, untuk mengetahui apakah plastik bebas asam atau tidak, bisa dengan mencoba membakarnya. Jika asap yang ditimbulkan berwarna hitam berarti kadar asamnya tinggi. Dan kabar buruknya, plastik buku yang biasa kita pakai untuk menyampul itu kadar asamnya tinggi. Maka hindari untuk menyimpan koleksi. Pakailah untuk kebutuhan jangka pendek saja.
Sebaiknya pakai plastik yang digunakan untuk menyampul undangan atau bisa juga plastik slide proyektor. Atau untuk menyimpan dokumen bisa dipakai folder, dengan catatan kertas penyekatnya tidak usah disertakan.
2. Perawatan Foto
Foto harus diletakkan di tempat yang tidak lembab. Peletakan album foto disarankan secara berdiri bukan ditumpuk. Hindari album foto yang langsung menempel ke plastik. Dan sebaiknya menyimpan foto menggunakan plastik bebas asam.
Perawatan koleksi buku kurang lebih sama. Suhu ruangan perlu diperhatikan atau jika tak stabil suhunya bisa digunakan bantuan tirai agar koleksi terlindungi dari cahaya lampu atau matahari.
Jangan lupa juga secara rutin membersihkan debu yang ada di rak buku. Karena bisa mengundang datangnya serangga ke koleksi kita. Juga berhati-hati merawat buku lama karena kertasnya pasti sudah rapuh berbeda dengan buku baru.
Jika ada kertas koleksi yang robek jangan disambung dengan selotip tapi lakukan konservasi (akan dijelaskan lagi nanti). Karena jika pakai selotip kertas akan menguning dan noda susah hilang.
4. Perawatan Naskah
Perawatan dilakukan secara kontinyu, perhatikan kebersihan naskah, rak, tempat dan ruangan seperti pada standar perawatan koleksi sehingga diharapkan naskah bisa awet hingga 100 tahun ke depan.
Praktik Konservasi Kertas
Setelah mendapatkan teori seputar perawatan koleksi kertas maka setelah Ishoma workshop dilanjutkan dengan praktik konservasi kertas.
Sesi pertama dipandu oleh Bu Ellis dengan materi praktik:
1. Bleaching
Bleaching dilakukan untuk menghilangkan noda atau warna kuning kecoklatan pada koleksi kertas yang terjadi karena pengaruh faktor kimia, biota, dan kelembaban ruangan.
Proses bleaching ini memakan waktu lumayan lama dan melalui beberapa tahapan. Harapannya proses bleaching ini sekali jadi karena bila sekali saja gagal maka berisiko merusak koleksi kertasnya.
Tahapan pertama: perendaman kertas yang akan di-bleaching dengan air bersih selama lima menit. Kemudian kertas dimasukkan ke dalam larutan kimia selama sekitar setengah jam. Setelah itu dilakukan pembilasan lagi dengan air bersih selama beberapa menit.
Kemudian dilanjutkan dengan perendaman dengan campuran air asam dan basa selama lima belas menit. Terakhir pembilasan dengan air bersih dan bisa dikeringkan dengan bantuan kipas angin. Oh ya, dilarang keras mengeringkan kertas koleksi yang masih basah dengan menjemurnya karena sinar matahari akan bisa merusaknya.
2. Menyambung Kertas
Untuk menyambung kertas, terlebih dahulu dibuat lemnya. Lem yang digunakan untuk menyambung sesuai standar yakni lem CMC atau Carboxy Methyl Cellulose. Lem CMC mudah didapat di pasaran dan bisa dibeli di toko bahan kue atau toko kimia. Pembuatan lem bisa secara manual dengan mengaduk atau memblendernya. Komposisinya:
Kental: 10 gr CMC + 150 ml air
Encer: 10 gr CMC + 450 ml air
3. Laminasi
Pelapisan bahan tipis pada kedua sisi kertas disebut dengan laminasi. Kertas Tissu Jepang adalah bahan yang digunakan dalam proses ini. Tapi bila tidak ada atau kesulitan mendapatkan Tissue Jepang dapat diganti dengan kertas minyak.
4. Fumigasi
Fumigasi adalah proses pengasapan untuk membunuh hama dan serangga. Sebelumnya peserta diajak oleh Pak Aris untuk mengukur volume ruangan. Dengan tujuan untuk menentukan jumlah tablet racun serangga. Di mana setiap 1 m kubik dibutuhkan 2-3 butir tablet.
Setelah tahu volume ruangannya, tablet diletakkan di atas wadah kertas dan ditempatkan di lantai di beberapa titik di ruangan penyimpanan koleksi. Dua jam kemudian tablet akan bekerja.
Tablet perlahan-lahan akan menguap dan mengeluarkan gas beracun yang menyerang berbagai serangga yang ada di dalam buku di ruangan itu. Meskipun tidak nampak asapnya, namun gas yang dihasilkan dari proses kimiawi ini sangat beracun terutama bagi manusia. Oleh karena itu sebelumnya harus diperhatikan apakah ada celah di ruangan. Pastikan semua telah tertutup rapat sehingga proses fumigasi berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Akhirnya....
Selesai sudah Workshop Konservasi Kertas hari itu. Begitu banyak hal baru yang saya dapatkan yang membuka mata saya bahwa betapa konservasi kertas memerlukan biaya, tenaga dan dana yang tak sedikit jumlahnya juga ketekunan ahlinya.
Terima kasih pada narasumber untuk ilmunya dan panitia untuk kesiapan acara yang maksimal. Informasi dari penyelenggara sesuai harapan saya dan peserta lainnya Workshop Konservasi bagi masyarakat pencinta cagar budaya tahun depan akan ditingkatkan. Kalau selama ini untuk satu materi konservasi hanya dilakukan dalam satu hari termasuk praktiknya, tahun depan ditingkatkan menjadi 3 hari dengan jumlah peserta dikurangi jadi 30 orang agar lebih intensif acaranya.
Yeaaay! Semoga tahun depan bisa ikut lagi dengan materi yang sama atau lainnya. Aamiin.
Kuy, kita semua makin peduli dengan ikut serta menjaga benda cagar budaya juga lebih memperhatikan koleksi yang kita punya, koleksi buku misalnya.
Wah, seru nih workshopnya. Hal yang selama ini kurang terperhatikan, soal perawatan kertas ini. Padahal kan di rumah ada buanyak ragam kertas yang memang sering menemui masalah-masalah seperti yang ditulis Mbak Dian. Thank you for sharing
BalasHapuswah keren ilmunya, ini saya dirumah barru kejaian, ternyata kertas kertas dalam mlemari dimakan rayap, huhuhu
BalasHapusAku baru tau kalau buku sobek jangan diselotip hehe soale kalau sobek tak lempakai itu biar nyambung lagi.
BalasHapusBaru tahu kalau kertas juga bisa korosi. Keren nih acara seperti ini
BalasHapuswah makasih sharingnya
BalasHapusKere banget materinya mbak, pasti nambah ilmu bnget. Aku selalu tertarik jg kalu ada workshop tentang cagar budaya.
BalasHapusLumayan ribet juga ya ternyata cara perawatan kertas ini. makanya buku-buku yang ada di rumahku banyak yang rusak kertasnya karena nggak terawat. Beda sama buku-buku di perpustakaan yang tersusun rapi dan terawat.
BalasHapusWah saya ikut belajar banyak Mbak. Terutama cara menyimpan buku dan dokumen serta foto. Terimakasih banyak. Ikut menyerap ilmunya...
BalasHapusSama kaya tekniknya marie kondo nih, kalau menyimpan file baiknya memang dlm posisi vertikal, begitu pun baju.
BalasHapusMaterinya daging banget yaa, yang lainnya ikut gak mba Dian?
makasih sharingnya, aku baru tau cengkeh bisa buat menjaga perkertasan dari rayap. selama ini ga terlalu mentingin perawatan kertas. tapi kalo rusak ya sayang juga. seringnya aku loakin :D
BalasHapusbagus banget workshopnya, terimakasih sharingnya, jadi kayak aku yang ngga ikutan workshop tetap mendapatkan ilmunya setelah baca tulisan ini.
BalasHapusBagus banget ya acaranya bisa sharing dan bertemu sesama pencinta cagar budaya, karyawan museum, komunitas sahabat museum
BalasHapusJadi teringat nonton National treasures lah kak dian yang film pertama. Sunggu ddokumen apalagi perjanjian kemerdekaan disitu dirawat dengan hati hati sekali. Dan ada pemeliharaannya. Ternyata hal itu kunci ya kak
BalasHapusInformatif jd tau banyak soal kertas terutama rayap
BalasHapusWih bareng Bunda Denik, mbak Dian rupanya. Btw, mencari ratu rayap lumayan sulit juga tuh mbak, daku belum pernah melakukannya.
BalasHapusSoalnya menemukan rayap yang kecil itu kudu butuh kesabaran dan penanganannya juga harus pinter agar bahan baku pembuat kertas tetap berkualitas
HapusWah, acaranya keren nih.. Ternyata ada ya korosi kertasnya.. Makasih sharingnya kak
BalasHapusBenar sekali ya, Mbak.
BalasHapusMemamg lebih baik merawat kertas-kerts berharga itu. Soalnya biaya konvervasi mahal.
Dan masalah kertas ini memang harus eksta. Soalnya berharga. Buku saja yang anteng di rak atau lemari buku, eh tidak dicek lama, malah sudah dimakan rayap hehehe
Ternyata langkah2 perwatannya psajang juga ya mesti hati2 bngt dan telaten kadang buku d rak juga suka CPT rusak d rumah meskipun sdh pakai kamper
BalasHapusDuh, acaranya berfaedah banget deh. Nambah wawasan dan ilmu baru. Aku nih, termasuk orang yang jorok sama kertas. Buku-bukuku banyak yang gak awet. Pasti aja gampang rusak. :(
BalasHapusMesti diingat nih jenis lemnya. Dan mesti berbenahin buku lebih baik lagi,biasanya saya sisipkan kapur barus di antaranya. Soal ratu rayap baru tau deh
BalasHapusKertas inilah yang membuat peradaban manusia tambah maju ya mbak. dengan kertas ilmu pengetahuan bisa didistribusikan ke pelosok-pelosok manapun di dunia. Semoga kedepannya bahan baku kertas ditanam secara khusus jadi tidak perlu menebangi pohon pohon di hutan. Industri kertas tetap maju tapi hutan kita juga terpelihara
BalasHapusSering denger ada yg namanya minimalisir penggunaan kertas karena keterkaitannya dengan pohon. Tapi untuk disebut konservasi baru tau sih
BalasHapusDan setuju kualitas kertas juga dipengaruhi suhu dan kelembaban akibat salah penyimpanan banyak buku yg berubah jadi kuning warnanya
Aku baru tau loh ada workshop konservasi kertas gini, karena gak kepikiran sebelumnya kalau ternyata bisa dirawat ya. Kalau dirumah ya biasa buku-buku atau dokumen memang kita simpan dilemari yang bebas rayap dan lainnya. Asik juga ya ini workshopnya.
BalasHapusJadi tambah tahu ya tentang kertas selama ini. Workshop semacam ini penting banget buat nambah wawasan. Yang dulunya nggak ngerti tentang merawat kertas sekarang sudah tahu... makasih sharingnya...
BalasHapusKeren nih Workshop Konservasi Cagar Budaya..jarang ada workshop ini bu. Aku tertarik mau ikutan yg Workshop Konservasi Tekstil deh.
BalasHapusEh baru tau kalo nyimpen buku pakai plastik biasanya malah gak baik. Yg bener dengan menggunakan plastik yg untuk menyampul undangan.
BalasHapusWah ini bermanfaat juga untuk merawat koleksi buku di rumah ya. Ternyata sampul plastik justru merusak kertas.
BalasHapus