Usus Buntu Pada Anak, Gejala dan Penanganannya
Usus Buntu Pada Anak, Gejala dan Penanganannya. Ya, seminggu yang lalu, tepatnya pada hari Senin, 20 Agustus 2019, Si Mas, anak sulung saya menjalani operasi usus buntu. Alhamdulillah semua berjalan lancar, hingga kemarin, Selasa - seminggu setelahnya, sudah lepas perban. Meski sebelumnya melewati banyak drama yang jujur bikin lumayan puyeng kepala, tapi saya bersyukur, dia sudah sehat dan beraktivitas lagi seperti sedia kala. Lalu, bagaimana kronologinya sampai dia didiagnosa menderita penyakit bernama medis Apendisitis alias Radang Usus Buntu ini? Gejalanya apa saja? Dan apa yang saya lakukan sebagai orang tua ketika mendapati gejalanya? Juga, apa saja tindakan pra, ketika dan pasca operasinya? Yuks mari merapat ke mari! Tapi sebelumnya, ini berdasarkan pengalaman pribadi yaa...Jadi kalau ada salah istilah dari sisi medisnya monmaap ajaa..😀
Mengapa Operasi Apendisitis?
- Penanganan Pertama
Saat itu, dini hari 27 Juli 2019, si Mas membangunkan saya dengan keluhan sakit di bagian perutnya. Saya pun memberikan minyak kayu putih dan mengoleskan di sekitar perut, dada dan punggungnya. Perutnya kembung dan susah kentut katanya. Enggak lama dia ke belakang dan bilang BAB-nya cair. Lanjut, tiba-tiba dia muntah...
Mengingat waktu saat itu pukul 2 dini hari, maka saya beri dia Promag karena dia pernah punya keluhan mirip ini. Oh ya, sebagai informasi usia Mas 14 tahun saat ini.
Setelahnya dia enakan dan bisa tidur lagi...
Tapi...., pagi saat bangun, dia ngeluh sakit perut lagi.
- Ke Dokter Umum Dua Kali
Paginya, saya antar dia ke Klinik Dokter 24 Jam yang di dekat rumah. Ada dokter jaga di sana yang "sepakat" dengan saya mendiagnosa ini adalah gejala sakit maag biasa. Kemudian dokter memberikan obat anti mual, obat lambung dan oralit. Dan, kami pun pulang.
Minum obat ini, si Mas merasa baikan. Katanya, perutnya sudah agak nyaman.
Sampai 3 hari kemudian...dia lagi-lagi kesakitan
Saya ke dokter lagi, beda dokter ini. Dan sepertinya dokter ini punya feeling kalau keluhannya bukan sekedar sakit perut biasa. Maka saya disarankan ke dokter anak saja jika nanti enggak ada perubahan sesudahnya.
Dan, benar saja dua hari kemudian, rasa tak nyaman di perut pun kembali datang.
- Ke Dokter Anak Dua Kali
Akhirnya, saya ajak dia ke Dokter Spesialis Anak di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), dr. Margareta Komalasari, SPA yang sudah "kenal" si Mas sejak kami tinggal lagi di Jakarta (tahun 2011).
Dokter yang enggak yakin dengan pemeriksaan fisik, meminta dilakukan pemeriksaan laboratorium dan USG. Hasilnya: enggak ada yang perlu dicurigai. Pulangnya, kami dibekali vitamin dan obat pereda nyeri.
Dokter yang enggak yakin dengan pemeriksaan fisik, meminta dilakukan pemeriksaan laboratorium dan USG. Hasilnya: enggak ada yang perlu dicurigai. Pulangnya, kami dibekali vitamin dan obat pereda nyeri.
Sampai 3 hari kemudian, sakit perut itu kambuh lagi.
Kami balik ke dokter anak lagi. Langsung dokter menyarankan rawat inap untuk kelanjutannya. Karena curiga ini adalah Apendisitis, maka akan dilakukan Appedicogram. Yaitu, pasien meminum larutan kontras barium selama 12 jam. Kemudian esoknya dilakukan foto radiologi untuk mengetahui apakah di usus buntunya ada peradangan.
Tapi, si Mas yang rajin sekolah keukeuh minta pulang dan baru mau ke RS dua hari kemudian, katanya sih karena ada jadwal ulangan.🙈
- Appedicogram
Lusanya kami ke RSPP lagi setelah 12 jam sebelumnya si Mas meminum larutan kontras tadi. Dan setelah dilakukan foto abdomen (perut) didapatkan hasil memang terjadi apendisitis kronis, demikian hasil dari dokter spesialis Radiologi menyebutkan.
Membaca hasilnya, dokter Margareta menyarankan dilakukan operasi. Sebagai pertimbangan, kemudian dokter merujuk ke dokter spesialis bedah anak untuk penanganan lebih lanjut.
Akhirnya kami membawa hasil foto radiologi tadi ke Dokter Spesialis Bedah Anak, dr. Ali Umar Achmat, DSBA, masih di RSPP juga.
Dan setelah Dokter Ali membaca hasilnya, benar saja...
Dan setelah Dokter Ali membaca hasilnya, benar saja...
Memang ini Apendisitis Kronis dan bukan Apendisitis Akut di mana biasa pasien akan mengalami demam tinggi dan bahkan bisa dalam kondisi tak sadarkan diri. Tapi, mumpung kondisi belum sampai ke situ dan khawatirnya akan terjadi rasa sakit yang lebih parah, pun bisa pecah, maka operasi pemotongan organ yang bernama lain umbai cacing ini pun disarankan.
Mendengar kata "operasi", si Mas dan saya pun ketakutan....kesannya ngeri bener memang.
Maka, dokter membolehkan kami pulang dengan menitip pesan, jika sudah siap melakukan tindakan, boleh datang.
Pra Operasi Apendisitis
Sesampai di rumah, saya dan suami pun browsing informasi seputar Apendisitis ini. Kami juga menelpon keluarga yang dulu pernah mengalami sakit yang sama. Selain itu juga berdiskusi dan menanyakan lagi ke si Mas tentang apa yang dirasakannya.
Sakit melilit di perut bagian kanan bawah yang datang dan pergi dan memang mengganggu sekali.
Sementara, dari kantor suami didapat cerita kalau salah satu rekan pernah bepergian dan saat transit di Singapura alih-alih turun dari pesawat eh malah pingsan. Begitu dilarikan ke rumah sakit terdekat, ternyata usus buntunya sudah pecah. Akhirnya langsung dioperasi. Syukurnya segera ada pertolongan karena kalau tidak bisa fatal dan bahkan bisa menyebabkan kematian.
Nah, berbagai info ini makin menguatkan saya dan suami untuk mengambil opsi operasi. Di sela hal itu kami pun mengabari keluarga besar untuk mendapatkan dukungan moral.
Mengapa?
Karena saya sempat kezeel dengan beberapa komentar (baik di dunia nyata maupun maya) kalau ini sebabnya yang kebanyakan makan cabe lah, kurang sayur lah, ga suka makan buah lah, kurang minum air putih, banyakan mie...dll, dsb.
FYI, anak saya ini tipe "pemakan segala". Maksudnya dia mau makan semua makanan yang ada. Mau nasi, roti, sayur, buah...apalah, apalah. Pokoknya gampang makannya dan mau saja.
Di rumah saya menyiapkan sendiri makanan yang tersaji. Anak-anak bawa bekal makan juga tiap hari. Memang sih si Mas jam istirahat kedua beli makan di sekolah. Itu pun kebersihan kantin terjamin dan saya selalu menanyakan untuk mengontrol hari ini beli apa dan seterusnya.
Di rumah saya menyiapkan sendiri makanan yang tersaji. Anak-anak bawa bekal makan juga tiap hari. Memang sih si Mas jam istirahat kedua beli makan di sekolah. Itu pun kebersihan kantin terjamin dan saya selalu menanyakan untuk mengontrol hari ini beli apa dan seterusnya.
Dia pun anak yang rutin berolahraga. Paling tidak seminggu sekali atau dua kali, berenang dia. Juga, dia termasuk berperawakan sedang enggak kegemukan, bertinggi 169 cm dan beratnya 53 kg.
Maka, jika ini dikaitkan dengan kebiasaan makan yang buruk yang paling tersinggung adalah saya!😭
Maka, jika ini dikaitkan dengan kebiasaan makan yang buruk yang paling tersinggung adalah saya!😭
Apalagi beberapa, nanyanya setengah "nuduh", seperti:
"Enggak suka minum air putih ya?"
"Eh, susah sayur ya?"
"Makan mie terus ya?"
"Eh, susah sayur ya?"
"Makan mie terus ya?"
Duh, mbok ya bisa bersimpati dan empati degan menanyakan yang lebih pantas. Kek: "Gejalanya apa saja?" atau mendoakan " Semoga cepat sembuh ya?"
Biar enggak jadi nge-gas juga saya hahaha!
Persiapan Operasi
Long short story, si Mas lusanya bilang sendiri kalau dia mau dioperasi. Akhirnya saya pun datang kembali ke RSPP untuk bikin janji. Saat datang saya diminta melengkapi persyaratan untuk operasi.
Semua data sudah ada (hasil lab, foto rontgent, hasil USG). Karena si Mas adalah pengidap asma, maka dokter meminta dilengkapi dengan foto thorax (dada). Jadi kami hari itu ke radiologi lagi untuk rontgent thorax ini.
Setelahnya kami pulang untuk nantinya dikabari kapan jadwal operasi.
Hari Jumat, 16 Agustus 2019, saya ditelepon suster dari rumah sakit dan diberi kabar jika jadwal operasi adalah hari Senin, 19Agustus 2019.
Si Mas diminta datang hari Minggu dan langsung masuk untuk rawat inap di situ.
Akhirnya, Minggu siang 18 Agustus kami pun ke rumah sakit dan mulai masuk kamar pukul 2 siang.
Karena, si Mas kelihatan sehat, maka belum ada tindakan apapun saat persiapan operasi ini. Hanya diinfokan kalau nanti dini hari mulai pukul 2 harus sudah puasa. Sehingga, pukul 1 malam, saya bangunkan dia untuk makan "sahur" yang sudah diantarkan petugas beberapa jam sebelumnya. Setangkup roti dan segelas susu, teh manis dan air putih pun mengisi perutnya sebelum puasa jelang tindakan yang direncanakan pada pukul 10 pagi itu.
Saatnya Operasi
Pukul 5 pagi dokter anestesi, dr Hery Mardani, Sp. An, datang mau ngecek si Mas untuk persiapan operasinya. Dan saya makin saluut bangets sama profesi dokter jadinya. Jam segitu sudah rapi jali periksa pasien...!
Masya Allah!
Masya Allah!
Tapi karena anaknya masih bobok, jadilah cuma dipastikan ke saya kalau dia benar punya asma dan bilang kalau nanti tindakan jam 10.
Enggak lama Dokter Ali ganti yang datang dan memastikan pasien (yang masih bobok juga) siap dengan tindakan yang sudah disiapkan.
Kemudian, sekitar pukul 8, suster sudah memasang infus. Sempat ada drama, karena harus dicoblos 3 kali baru berhasil dapat urat nadi. Si Mas sempat nangis kesakitan. Kasihaaan!
Tepat pukul 9 pagi dia didorong ke ruang operasi atau OK (Operatie Kamer=ruang operasi (Bahasa Belanda)). Suster yang mengantar serah terima ke petugas kamar OK ini. Saya ditanya-tanya petugasnya tentang data tanggal lahirnya, alergi apa, punya asma enggak...dan lain-lain.
Kemudian ada perawat bagian anestesi datang dan tanya-tanya lagi lalu memberitahu Mas kalau nanti dia yang menemani di dalam kamar operasi. Dia lalu menyuntikkan obat bius lewat infus. Enggak sampai 10 menit Mas sudah lelap dan siap dibawa ke dalam ruangan.
jelang masuk OK |
Dua Jam Menunggu Serasa Berminggu-minggu
Saya berdua dengan suami menunggu di ruang tunggu di depan ruang OK ini. Perasaan saya nano-nano. Enggak tahu kenapa, meski banyak yang bilang ini small procedures tapi kok ya saya kepikiran. Namanya juga anak, ye kan?
Mana kalau dirunut ke belakang, anak ini waktu lahirnya dulu sampai bikin saya harus ngungsi. Saat hamil, terbang dari Medan ke Kediri dan lahiran di sana, karena saya trauma anak pertama meninggal dunia.
Nah...biar enggak bete, saya tinggal sarapan sendirian, makan soto saja di kantin rumah sakit. Oh ya, suami sudah makan di rumah jadi enggak ikutan. Malam sebelumnya memang dia enggak nginep di RS karena bagi tugas, jagain si Adik di rumah.
Kok bisa sih santai makan? Lah, kalau saya enggak makan, malah sakit ntar terus siapa yang jaga. Secara kami jauh dari sanak saudara jadi semua diatasi berdua...😀
Kok bisa sih santai makan? Lah, kalau saya enggak makan, malah sakit ntar terus siapa yang jaga. Secara kami jauh dari sanak saudara jadi semua diatasi berdua...😀
Dan, saat menunggu, sekitar jam 11 dokter sudah lewatin pintu. Saya pun lega. Berarti sudah kelar operasinya. Hampir satu jam berlalu barulah suster memanggil saya dan suami. Si Mas sudah siuman dan siap kembali ke kamar.
Oh ya, bocoran dari suster, perkiraan dokter, hari Rabu bisa pulang. Semoga! Dan saya sempat diperlihatkan usus buntu yang jadi sumber penyakitnya untuk difoto. Sebelum dibawa ke laboraturium untuk dianalisa lebih lanjut.
setelah boleh minum dan makan |
Pasca Operasi
Pertama saya lihat mukanya, ya ampun pucet banget. Mana Mas kan berkulit putih beda sama saya. Duh, jadi deh makin pasi kelihatannya.
Lalu, dia mulai ngeluh lagi: dingin, nyeri, sakit, haus,...
Maklum, biusnya mulai hilang dan nyeri luka pasca operasi pun datang.
Oh ya, dia mulai rewel kehausan. Suster bilang kalau sekitar 3 jam lagi boleh minum. Tunggu ada "bising usus" dulu di perut.
Lalu saya meminta dia tidur. Tapi, ya gitu deh: "Haus, Buk...haus banget Buk"
Memang sih, pengalaman saya saat lahiran sesar adiknya, yang enggak kuat nahan pasca operasi itu hausnya.
Sekitar 3 jam kemudian suster datang dan memeriksa perutnya, akhirnya dibolehkan minum dia. Tak lama datang teh hangat dan satu buah kue. Si Mas hanya nyruput tehnya saja sudah lega. Baru kemudian mulai makan jajannya.
Dan ketika makan malam datang, dia pun sudah habisin makannya.
Dia bilang mau cepat sembuh, mau sekolah lagi dan enggak mau lama-lama di sini.
Bagussss!!
Malamnya dia bisa pulas tidur, meski sesekali masih bilang nyeri. Cuma ke kamar mandi sendiri, masih susah.
ini dia...yang bikin sakit |
H+1 Operasi
Pagi hari suster datang dan melepas infus. Memang infusnya habis dan kata suster, karena makannya sudah oke dan semua baik-baik saja, infus enggak perlu lanjut lagi.
Suster bahkan menyebutkan kalau kondisinya begini, biasa sama Dokter Ali sudah dibolehkan pulang ini...
Saya pun berdoa semoga benar adanya.
Enggak lama Dokter Margareta tiba. Dia bilang kalau semua berjalan lancar dan nanti tunggu Dokter Ali apakah sudah diperbolehkan pulang.
Menu makan |
Sementara si Mas, sudah lancar jaya makannya, sambil gambar (dia bawa buku gambar, crayon, pensil warna biar enggak bete katanya) sambil nunggu Dokter Ali datang.
Dokter Ali senang Mas sudah sehat dan bilang sudah boleh pulang hari itu.
Alhamdulillah!!
Pulang ke rumah, dibekali 2 obat: antibiotik dan pereda nyeri (jika perlu). Seminggu lagi kontrol dan lepas perban. Sementara makan boleh apa saja enggak ada pantangan. Mandi juga boleh karena plesternya kedap air.
Hari Jumat, Mas mulai masuk sekolah lagi. Dan meski katanya masih ngeluh nyeri di bagian bekas operasi, so far semua oke.
Selasa, kontrol ke dokter dan dibilang semua bagus. Hanya diresepkan krim untuk pencegah terjadinya keloid pada bekas operasi.
Diinfokan juga laporan Histopatologi ke saya. Dan, membacanya saya pun lega. Keputusan untuk segera melakukan tindakan operasi memang tepat adanya.
Diinfokan juga laporan Histopatologi ke saya. Dan, membacanya saya pun lega. Keputusan untuk segera melakukan tindakan operasi memang tepat adanya.
Oh ya di sela-sela konsultasi dengan Dokter Ali saya sempat menegaskan lagi. Apakah memang sebabnya Apendisitis ini makanan, gaya hidup dan sejenisnya.
Kata Dokter Ali: "Usus buntu bisa diderita siapa saja. Mau makannya apapun. Orang kaya, orang susah kalau kena usus buntu ya kena saja. Jadi di saat kekebalan tubuh menurun, ada parasit masuk menyerang, sehingga terjadilah infeksi. Jadi enggak ada hubungannya dnegan makan cabe atau berbagai biji. Sekarang juga enggak usah pantang makanan. Anak-anak mesti makan apa saja, seimbang, biar optimal tumbuh kembangnya."
Mendengarnya saya pun lega....Alhamdulillah!
Info Penting Apendisitis pada Anak
- Perut kembung
- Mual
- Muntah
- BAB cair
- Susah kentut
- Sakit perut bagian kanan bawah: nyeri, melilit, ditekan sakit yang timbul tenggelam
Tips Apendisitis
- Segera konsultasi ke dokter
- Pemeriksaan lengkap diperlukan sebagai penunjang diagnosa (darah, USG, radiologi, appendicogram)
- Patuhi saran dokter
Biaya Operasi
Ditanggung asuransi kantor suami, tanpa upgrade kelas, total 15 juta (biaya tindakan operasi + rawat inap 3 hari di kelas 1)
Semoga si Mas dan semua selanjutnya sehat-sehat aja. Aamiin, Aamiin, Ya Rabbal Alaamiin.
Terima kasih untuk Dokter Ali, Dokter Margareta, para perawat dan tim medis di Rumah Sakit Pusat Pertamina untuk pelayanan yang sangat memuaskan.
Love
Dian Restu Agustina
ya, Allah , sehat terus yah mba anaknya. aku baca ini jadi ingat film ku lari ke pantai dimana Happy dan Sam , saat membantu teman yang ditemukan dalam perjalanan mereka, ternyata mengidap usus buntu. Ini nanti kayaknya juga gak bisa kerja yang tellau berat ya Mb abangnya, tetap semangat ya mba dan abang
BalasHapusMakasih Mbak..
HapusKata dokter enggak juga, yang penting kesehatan terjaga, punya atau enggak usus buntu tetap tergantung pada kekebalan kita jika nantinya beraktivitas
Halo Mas yg sholih dan baik, semoga sehaaatt sehaaaat selalu yaaaaa
BalasHapusUsus buntu ternyata penyebabnya parasit dan daya tubuh yg menurun tho, Mbaaa
Aku baru tau lho. karena selama ini hosip2 yg beredar ya seputar makanan pedas, ngga higienis dll itu.
Makasi sharingnya ya Mbaaa
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Aamiin, terima kasih doanya
HapusKalau makan enggak hiegenis itu Tifus, Mbak
Pernah juga punya pengalaman anggota keluarga yg operasi usus buntu. Awalnya sempat horor, tapi kenyataannya tak sehoror yg dibayangkan. Alhamdulillah operasi dan proses pemulihan tak memakan waktu lama.
BalasHapusIya, Alhamdulillah asal pengananan baik bisa lancar semua.
HapusSempat keder karena anak teman jahitannya diulang karena perawatan pasca operasi buruk
Terimakasih sharingnya mbak.
BalasHapusIya, usus buntu itu kalau nggak segera ditangani dengan operasi dan pemotongan, emang berbahaya. Dulu ada teman kantor juga didiagnosa usus buntu, tapi nggak mau dioperasi. Akhirnya pas di lagi tugas ke luar kota pernah pingsan karena usus buntunya udah parah banget, dan akhirnya juga malah operasi di luar kota, tambah biaya lagi buat anak istrinya nyusul
Wah Alhamdulillah,...syukurnya cepat tertolong juga temannya ya Mbak
HapusAku dulu mikirnya kena usus buntu ya karena makan biji2 an dan gak tercerna gitu. Ternyata bukan ya. Kudu diatasi, gak boleh dibiarkan juga. Lekas sehat buat Putranya
BalasHapusAamiin, terima kasih Mbak
HapusMasya Allah kak aku semoat liat cerita ini di Instagram kakak, bener baru aware juga soal bahaya ini,. Padahal gak melulu soal makanan ya kan, kadang emang orang asal aja ngejudge.
BalasHapusIya.penyebabnya bukan hanya masalah makan, Kak
Hapusuntung banget ya bun terdeteksi lebih awal. Apendicitis ini ngeri kalau sudah kronis. apendisitis ini memang terjadi bukan karena salah makan, gaya hidup sembarangan, banyakan makan cabe dan biji hehe mitos. sayangnya masih banyak yang belum paham. Bener kata dokternya siapun bisa saja kena. faktor keturunan juga bisa. di keluarga suami ayahnya operasi apendisitis lalu dua adiknya juga.
BalasHapusIya, Mbak..siapa saja bisa kena Apendicitis
HapusWah lengkap sekali mba infonya, cepat sehat buat anaknya y mbaa
BalasHapusAamiin, terima kasih doanya
HapusYa ampun, aku baru tauu usus buntu juga bisa dtg pada anak. Aku pikir cm dewasa, karena harus melewati proses yg panjang.
BalasHapusSehat sehat buat si Mas ya kak. Semoga segera puliiih.
Aamiin. Terima kasih Kak Elsa
HapusAlhamdulillah operasi berjalan lancar syafakallah ya Mas. Dulu waktu kelas 6 SD saya operasi usus buntu. Sebelum dioperasi saya sampai nangis2 jungkir balik kalau nyerinya datang.
BalasHapusUdah dioperasi Alhamdulillah sehat.
Iya, mbak..anakku juga jungkir balik kalau datang sakitnya
HapusSemoga kita semua sehat selalu ya Mbak Ira
MasyaAllah, aku tuh salut sama mbak Dian. Di saat seerti ini, seorang ibu nampak tegar, padahal hati ini benar-benar sedih melihat anak sakit apalagi para julid tidak bisa berempati. Alhamdulillah semua terlewati dan semoga Mas makin membaik ya mbak. InsyaAllah Allah memberi hikmah di segala kejadian, tulisan ini sangat inspiratif dan informatif mbak Dian. Terimakasih... Love u full...
BalasHapusAamiin
HapusTerima kasih doanya, Mbak Dewi
Bedanya 10 hari dengan anak saya, saat ini anak saya 4 tahun 6 bulan juga di vonis usus buntu. Anak saya juga dirawat di RSPP dan akan di bedah oleh dr. Ali Umar hari ini tgl 30 Agustus 2019 pk. 10.00. Mohon doanya ya moom. Semoga kita semua selalu diberikan nikmat kesehatan ya, moom.. Aamiin..
BalasHapusAamiin
HapusSemoga operasi anaknya berjalan dengan lancar dan sehat selalu sesudahnya.
Semangat ya, Mom:)
aku pun pernah merasakannya. saat anak dirawat dan di judge macam2 oleh lingkungan sekitar.
BalasHapussaat anak sakit, orang tua nya udah pasti sedih, udah pasti merasa bersalah tanpa orang lain menyalahkan. memang benar adanya, mulut mu harimau mu.
pelajaran juga untuk saya, saat menjenguk kerabat yang sakit cukup mengucapkan "semoga segera diberi kesembuhan"
Iya, Mbak..sebagai pengingat diri juga ya
HapusSemoga cepat pulih ya Mba anaknya. Noted Mba gejalanya usus buntu, gejalanya hampir sama dengan masalah pencernaan biasa ya.
BalasHapusIya mirip maag
HapusAamiin, makasih doanya
Memang ucapan gak minim empati itu bikin sedih. Alhamdulillah, Mas sudah sembuh ya, Mbak. Semoga selalu sehat setelah ini. Aamiin
BalasHapusSaya baru tau lho kalau itu penyebab usus buntu. Memang paling sering dengar penyebabnya biji cabe atau biji jambu batu. Tetapi, saya juga gak pernah ngejudge kalau ada yang terkena usu buntu.
HapusTerima kasih, Mbak..Aamiin untuk doanya
HapusUsus buntu bisa melanda anak kecil juga ya mba. Semoga anaknya lekas pulih dan bisa beraktivitas kembali.
BalasHapusAamiin, terima kasih doanya
HapusWah sama tuh waktu kelas 7 kemarin anakku operasi usus buntu, yang gak tau ngejudge kurang makan sayur, suka makan pedas. Padahal dokter sendiri aja bilang kalau usus buntu itu bukan itu penyebabnya, aku sempat kesel juga. Allhamdulillah si mas udah pulih lagi sekarang ya.
BalasHapusSemoga anaknya sehat selalu ya Mbak
HapusAamiin terima kasih untuk doanya juga
Perjalanan panjang ya mba, kuat nih ibu dan anaknya :) btw suka sama pesan dari sang dokter, dan akupun juga baru tau, kukira dulu HANYA mereka yang suka makan pedas yang bisa kena. Ternyata ngga Sama sekali yaa
BalasHapusDi rumah malah jarang makan pedas Mbak..Jawa asli kami hihihi
HapusDuh.. Baca ini aku jadi sedikit hati-hati jg nih sm si kecil. Soalnya usianya hampir sama bund. Tyt usus buntu itu penyebabnya bkn seperti yg dibayangkan ya. Alhamdulillah sudah sembuh ya bund. Sehat selalu anaknya. Terima kasih sudah berbagi.
BalasHapusAamiin, terima kasih doanya. Semoga anaknya juga sehat selalu ya Bun
HapusMemang iya sih kadang pas kondisi sakit gini, orang tuh malah bilang ini itu. Bukannya bersimpati malah bicara seenaknya dia. Aku kok jadi ikutan sebel. Hehe ... kebawa baper nih.
BalasHapusApendixitis memang bukan karena penyebab yang orang bilang tadi, memang karena infeksi dan imunitas lagi turun. Sekarang udah sembuh, kan, putranya Mbak Dian?
Sudah mbak..Alhamdulillah
HapusAku ih, baca artikelnya nya udah ikut deg deg ser. Berasa kayak di TV TV nunggu org dioperasi gitu. Syukurlah Mom. Semoga si Mas lekas pulih dan bisa beraktifitas lagi yaa. Kayaknya kurang tepat juga kalau harus dengerin omongan orang saat kondisi anak seperti itu ya Mom. Bawaannya pingin nyerang 😁😁
BalasHapusAamiin, makasih doanya
HapusBener..ngegass aja bawaannya haha
Si Mas anaknya mengerti banget ya Mbak. Mau cepat sembuh biar cepat sekolah lalu makan banyak dan mau makan apa saja.
BalasHapusBtw, di saat kita kemalangan kadang orang lain hanya bisa menuduh dan menyalahkan juga mengatur-ngatur harusnya begini harusnya begitu. Padahal bukan itu yang kita butuhkan. Kita butuh dukungan dan doa.
Iya mbak...dukungan dan doa yang utama
HapusSemua ibu pastinya sama ya, Mbak. Sedih lihat anak sakit dan ikut tegang waktu anak di operasi.
BalasHapusSemoga si Mas cepat pulih dan bisa beraktifitas lagi ya...
Aamiin, makasih doanya
HapusSharingnya seolah ikut ngalami masa2 operasi. Jd dpt info byk tentang penyakit usus buntu. Abaikan saja mba komen2 gak penting ituu😘
BalasHapusSemangat mas ganteng, sehat2 terus ya
Makasih mba Ria..Aamiin doanya
HapusDuh, aku ngilu bayanginnya Mom. Keren banget si Mas bisa tahan. Alhamdulillah ya lancar operasinya. Sehat-sehat selalu, ya semuanya :)
BalasHapusAamiin, terima kasih doanya
HapusAku jadi ingat saudaraku pas operasi usus buntu, makannya setiap hari bubur sama sayuran gitu. Semoga lekas shat kembali
BalasHapusKemarin langsung makan biasa sih kalau di rumah sakit
HapusAku pikir yang kena usus buntu cuma org dewasa kak duh kudet banget aku, perlu tahu yah soal usus buntu ini biar bisa melakukan pencegahan sejak dini
BalasHapusjaga kesehatan yang utama, Mbak..biar imunitas tubuh baik
HapusDan usus buntu gara-gara kena biji cabe itu sangat dipercaya banyak orang .. ada temen ku yang makan cabe aja bijinya disisihin ya ampun.. ternyata kan asalnya virus.. moga gak nginep di RS lagi ya si mas.. nginep di hotel aja heheh
BalasHapusturut prihatin mba simas harus operasi demi kesehatannya.
BalasHapusAlhamdulillah juga operasinya berjalan lancar dan semoga si sulung bisa sembuh seperti sediakala yah
Aku juga suka ngeness Mbak, kalau lg sakit trus komentar nya pada menghakimi semua. Bukannya bersimpati. Biasanya yg kaya gitu yg tipe2 "kolot" gt Mbak.
BalasHapusSemoga mas nya sehat terus ya, makasih sharing info tentang usus buntu nya.
Paling sebel ya kalau anak sakit terus dengan omongan orang yang menuduh ke ibunya. Ini pernah kejadian waktu anakku sakit, tiba-tiba teman eyang utinya bilang “gak suka makan sayur ya?” Haduuuhhhh... kalau bukan teman eyang utinya udah ku marahi pasti.
BalasHapusMasyaallah si mas keren ya, kooperatif. Berani menjalani operasi. Dan Alhamdulillah operasinya berjalan lancar.
BalasHapusAnw, aku baru tau gejala usus buntu kayak gitu. Emang mirip banget sama maag ya.
Alhamdulillah si mas udah selesai operasi app dengan lancar. App memang sering banget terjadi pada anak2 lho mbak. Kalau aku jaga igd, sering banget kasus bedah anak ya app
BalasHapusBaca-baca soal usus buntu, jadi keingetan adik ipar. Sampe kesakitan banget dulu. Kirain ada penyakit apa. Ternyata usus buntu. Kalo udah kena gitu, memang harus operasi dipotong ya apediksnya.
BalasHapusIya bener mba mitos bngt krn makan biji jambu atau Ada biji cabenya bapakku malah kena usus buntu pas usianya dah sepuh bngt krn Ada parasite
BalasHapusternyata y smoga Kita sll sehat
Alhamdulillah ya udah berlalu... Si Mas hebat deh... Makasih sharingnya ya mbak, jadi tau nih tentang gejala dan operasi usus buntu...
BalasHapusI'v ever felt it, mbaaa. Dulu pas kuliah gejalanya persis banget kayak anaknya Mba Dian. Alhasil, jadilah operasi juga akhirnya. Daripada, sakit perut melilit terus. Tapi keren lho Mba, si kakak udah berani sampe nyatain siap untuk operasi. Aku aja pake drama mewek-mewek dulu, wkwkwk. Sehat-sehat selalu ya jagoan dan emaknya, aamiin.
BalasHapusTapi anaknya tabah sekali ya walau udah ada gejala masih seemangat ikutan lomba Agustusan dan ulangan :D
BalasHapusAlhamdulillah udah sehat yaaa. Oh ternyata penyebabnya semacam parasit gtu ya?
Kata operasi emang menakutkan, aku sering nonton drama dokter2an soalnya :D, alhamdulillah lancar operasinya, insyaAllah sehat2 yaaa
Oh aku baru tau kalau pasca operasi, pasien dilarang makan minum dulu selama beberpa jam mbak. Mungkin mengkondisikan ususnya siap menerima dan mencerrna makanan gtu kali ya...
HapusSemangat belajar dan memikirkan ujian patut di acubgi jempol.
BalasHapusKebanyakan memang beranggapan berbeda karena tradisi turun menurun yang mengakibatkan penyebab usus buntu adalah makan cabe terlalu banyak
Syafahullah, mas...
BalasHapusAku juga ikut deg-degan saat mas mau masuk ruang operasi.
Ingat zaman Babe rahimahullah operasi. Rasanya dipindahkan ke bed yang lebih kecil dan baju serta topi operasi.
Duh~
Semoga Allah mudahkan lancarkan kesembuhan mas.
Jauh-jauh dari sakit abis ini yaa, sholih.
adek ipar saya jg abis operasi usus buntu. dia yg operasi, saya yg tegang. soalnya bagi saya, operasi, apapun yg dioperasi, adalah suatu peristiwa besar. alhamdulillah semua berjalan lancar
BalasHapusMba dian, ak salfok sama tinggi dan bb nya si mas nih, berarti ak sudaaaa menggendats nya fix nih haha. Btw, semoga lekas pulih ya mba, terkadang ya gitu celetukan soal gegara makan pedas penyebabnya
BalasHapusTernyata banyak penyakit yang gejalanya mirip-mirip ya mbak, perlu diagnosis lebih mendalam
BalasHapusPengalaman yg luar biasa. Setidaknya sangat mirip dengan kisah anak sy yg harus operasi pemotongan usus buntu di usia 5th. Semoga sehat selalu unt si mas
BalasHapus