Perempuan Berdaya Indonesia Maju
Perempuan Berdaya Indonesia Maju,
"Selama sesuai dengan ketentuan dan tetap menjalankan peran, tentu media sosial sangat positif bagi kaum perempuan. Para ibu dan perempuan seharusnya bisa memanfaatkan teknologi untuk memperkuat ekonomi keluarga. Banyak sekali caranya. Tapi yang utama, jangan lupa bahwa dia tetap harus menjadi ibu untuk anak-anaknya, harus tetap bisa menjadi istri dari suaminya!"
Demikian disampaikan Diajeng Lestari, founder Hijup, pada acara Talkshow VIVAtalk "Perempuan Berdaya Indonesia Maju - Perempuan di Era Digital" yang diselenggarakan VIVA Networks di Hotel Millenium, Jakarta, Selasa, 3 Desember 2019. Sebuah acara yang diselenggarakan atas kerja sama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak - Kemen PPPA dengan VIVA Networks dalam rangka Peringatan Hari Ibu (PHI) yang jatuh pada 22 Desember 2019 nanti.
Momen Hari Ibu kali ini bagi kaum perempuan Indonesia memang memiliki tantangan tersendiri terlebih pada era digital saat ini. Perempuan Indonesia masa kini, harus sadar bahwa mereka memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk memperoleh sumber daya juga mempunyai akses terhadap ekonomi, politik, sosial, dan sebagainya. Peringatan Hari Ibu diharapkan menjadi momen penting untuk mendorong semua pemangku kebijakan guna memberikan perhatian dan pengakuan akan pentingnya eksistensi perempuan dalam berbagai sektor pembangunan. Juga pada akhirnya memberikan keyakinan yang besar bahwa perempuan akan mampu meningkatkan kualitas hidupnya serta mengembangkan segala potensi dan kemampuan sebagai agen penggerak perubahan.
Nah, tema yang diangkat pada PHI ke-91 tahun 2019 ini adalah Perempuan Berdaya Indonesia Maju. Sebuah tema yang diambil dengan melihat situasi dan kondisi perempuan Indonesia yang masih mengalami kekerasan, perlakuan diskriminatif, masih tingginya angka kematian ibu melahirkan, perkawinan anak dan berbagai isu krusial lainnya. Kondisi yang memerlukan berbagai strategi dan pelibatan semua unsur masyarakat, termasuk peran laki-laki dalam gerakan mendukung pencegahan kekerasan, pencapaian kesetaraan gender dan peningkatan keberpihakan pada perempuan.
Maka, sungguh tepat jika helatan VIVAtalk kali ini mengulas tentang "Perempuan Berdaya Indonesia Maju - Perempuan di Era Digital" dengan menghadirkan pembicara yang punya kompetensi di bidangnya, yakni:
VIVAtalk yang dipandu oleh Anna Thealita, news anchor TVOne ini dibuka dengan welcome speech dari Chief Operating Officer (COO) VIVA Networks, Henky Hendranantha yang mengatakan bahwa kaum perempuan merupakan tonggak sejarah dalam berdirinya bangsa Indonesia dan memiliki peran penting pada kemajuan bangsa Indonesia ke depan.
Tak heran, menurut Pak Henky, karena perempuan khususnya kaum ibu, memiliki peran penting dalam keluarga untuk memberikan pendidikan pertama dan utama bagi anak-anaknya. Yang mana ini erat kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Lebih lanjut Pak Henky menyampaikan, bangsa Indonesia pada 2030 akan menghadapi bonus demografi di mana kaum perempuan akan lebih memiliki tantangan dalam memanfaatkan hal ini.
Sehingga diharapkan momen Peringatan Hari Ibu ke-91 tahun ini dapat memperkuat kemampuan kaum perempuan hingga bisa bersaing dan menjadi perempuan berdaya bagi pembangunan bangsa dan mendorong mereka terus mengembangkan diri menjadi versi terbaik diri, keluarga dan negaranya.
"Dalam bonus demografi itu perempuan harus memiliki keterampilan yang lebih baik, untuk dirinya, keluarganya, dan negaranya. Kita berharap perempuan Indonesia menjadi perempuan tangguh dan mampu bersaing di era digital saat ini," tegas Pak Henky.
Sementara dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Partisipasi Masyarakat Kemen PPPA, Indra Gunawan menyampaikan bahwa tantangan bagi kaum perempuan saat ini adalah bagaimana mereka dapat memaksimalkan kemampuannya di bidang digital.
Menurut Pak Indra, selama ini masyarakat selalu berpandangan sinis dengan kemampuan perempuan dalam memperkuat ekonomi keluarga. Padahal, selama ini kaum perempuan memiliki andil besar dalam memperkuat perekonomian nasional.
Perempuan perlu berdaya, dalam arti peran perempuan dalam ekonomi perlu ditingkatkan guna mendorong pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Perempuan berdaya, akan menjadi pendorong terwujudnya peningkatan kualitas hidup perempuan, yang kemudian akan dapat mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan visi pembangunan untuk mewujudkan SDM Unggul, Indonesia Maju, demikian tegas Pak Indra.
Perempuan sangat berperan dalam menumbuhkan keluarga dan otomatis masyarakat. Memberdayakan ekonomi perempuan dengan membangun kewirausahaan perempuan sebagai salah satu solusi untuk menurunkan angka kekerasan terhadap perempuan, peningkatan peran keluarga dalam pendidikan anak, pencegahan perkawinan anak dan pencegahan pekerja anak.
"Dalam pembangunan ekonomi di bidang mikro selama ini perempuan memiliki andil yang sangat luar biasa. Kesempatan usaha digital kaum perempuan akan memberikan kontribusi meningkatkan pendapatan domestik bruto. Jadi ini sebenarnya peluang bagi kaum perempuan. Maka, peran perempuan ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya," pungkas Pak Indra.
Paparan menarik juga disampaikan oleh Koordinator Aliansi Laki-Laki Baru, Eko Bambang Subiantoro yang mengatakan bahwa perkembangan teknologi di era digital akan berdampak positif bagi kaum perempuan.Pak Eko mengingatkan bahwa pada dasarnya tiap individu itu sama di mana kemampuan inheren pada manusia ada di diri laki-laki dan perempuan. Secara dasar yang membedakannya adalah: menstruasi dan melahirkan. Selain itu adanya konstruksi gender yang memisahkan kemampuan individu akhirnya memengaruhi jenis profesi yang digeluti perempuan dan laki-laki.
Nah, era digital membuat individu jadi kreatif sehingga akses menjadi tak terbatas. Perkembangan dunia digital ini, akan membuka peluang dan kesempatan bagi kaum perempuan untuk mengembangkan potensi diri yang dimiliki dan menunjukkan bahwa perempuan pun bisa melakukan hal yang sama selayaknya kaum pria. Perkembangan teknologi ini sekaligus dapat menjawab anggapan masyarakat yang selama ini masih menilai kemampuan perempuan berada di bawah laki-laki.
Meski, hal ini mesti didukung oleh banyak hal, karena partisipasi perempuan bekerja masih terkendala diantaranya:
Pak Eko menuturkan, selama ini perempuan selalu dianggap lemah karena adanya persepsi publik bahwa leading sector ekonomi dalam rumah tangga adalah kaum pria. Tapi, dengan perkembangan industri digital, apabila kaum perempuan dapat memanfaatkan perkembangan teknologi dengan baik, persepsi publik itu dapat berubah dengan sendirinya.
Lalu bagaimana dengan keterlibatan laki-laki? Laki-laki seharusnya:
Kemudian, Direktur Riset Polmark Indonesia ini juga meyakini, sekat-sekat sosial di tengah masyarakat yang selama ini berpandangan bahwa perempuan itu memiliki keterbatasan dalam ruang publik, lama kelamaan akan dapat terkikis dengan perkembangan digital yang semakin terbuka. Sehingga saat ini kaum perempuan dapat leluasa mengakses informasi yang selama ini tertutup baginya.
"Karena tidak sedikit perempuan sekarang yang juga bisa berdaya, menghasilkan ekonomi dalam rumah tangganya melalui bisnis online, misalnya. Dan jika sukses nantinya, harusnya laki-laki juga senang. Karena selain akan membantu perekonomian keluarga, jika perempuan berdaya maka laki-laki bisa melakukan hal-hal sosial lainnya termasuk bonding dengan keluarga." pungkas Pak Eko menutup penjelasannya.
Dalam kesempatan yang sama, Pakar Kajian Gender, Sri Danti Anwar juga membenarkan hal itu. Menurutnya, selama ini perempuan dianggap lemah karena terdapat pemahaman yang salah terhadap mereka.
Bu Danti mengungkapkan bahwa peluang bagi perempuan untuk mandiri secara ekonomi saat ini masih sangat terbuka lebar. Namun dibutuhkan penguatan keterampilan individu dan literasi untuk menopang kaum perempuan menghadapi kemajuan teknologi saat ini.
Terkait dengan persoalan pemahaman tradisional masyarakat yang selama ini selalu memosisikan perempuan selalu berada di bawah, Bu Danti menyatakan jika konstruksi gender itu dapat berubah selama ada kesepakatan-kesepakatan sosial. Misalnya, jika ada laki-laki yang di rumah saja gantian mengerjakan pekerjaan rumah tanggga sementara istrinya bekerja karena pekerjaan yang lebih bagus, masyarakat juga jangan nyinyir. Pandang saja secara normal karena tidak semua laki-laki punya kesempatan berdaya. Jika lingkungan masih menjadikan laki-laki sebagai yang utama maka laki-laki merasa terintimidasi sehingga bakal terkendala kesetaraan gender ini.
Selama ini, menurut Bu Danti, Kemen PPPA telah bekerja sama dengan tokoh agama untuk kampanye perspektif gender ini. Memang kerjasama, sinergi dan kolaborasi diperlukan dalam kesuksesan programnya. Yang mana tolak ukurnya adalah bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Tak hanya itu, demi mencapainya, saat ini gender mainstreaming juga telah dimasukkan dalam rencana pembangunan jangka menengah dan panjang.
"91 tahun lalu, di zaman RA Kartini tidak boleh ada perempuan sekolah. Tapi sekarang dengan perubahan gender, sudah banyak perempuan yang sekolah, bahkan sampai tinggi. Meskipun memang masih ada ketimpangan gender. Tapi itu bisa diubah. Sekarang peluang dan kesempatan untuk perempuan lebih maju itu sangat terbuka. Tinggal bagaimana kesepakatan bersama keluarga dan lingkungannya saja," ujarnya.
"Dan yang perlu diingat adalah bahwa keadilan kesetaraan gender bukan berarti berkompetisi tetapi bagaimana perempuan dan laki-laki bisa saling menghormati dan menghargai perannya serta tidak ada lagi diskriminasi. Karena program keberpihakan pada perempuan itu intinya memberikan kesempatan seluas-luasnya pada perempuan untuk berdaya dan mengembangkan dirinya. Penguatan skill dan literasi itu sebenarnya yang menjadi PR utama kita. Karena agar perempuan berdaya di era digital saat ini kemampuan literasi itu harus mumpuni," tegas Bu Danti lagi.
Berikutnya ada Diajeng Lestari yang sukses mendirikan Hijup, E-commerce fashion muslim Indonesia yang menginspirasi gaya hidup Islami. Didirikan pada 2011 dan dimulai dari ruangan berukuran 3x3 m dengan 2 karyawan, kini Hijup adalah rumah bagi 200 brand fashion Muslim lokal dan internasional.
Diajeng memaparkan bahwa corporate values yang dipunyai Hijup hingga sesukses sekarang, didasarkan pada THE LORD:
Selain itu, Peringatan Hari Ibu ke-91 ini diharapkan dapat mendorong terciptanya kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam setiap aspek kehidupan. Juga menunjukkan bahwa perjuangan perempuan Indonesia telah menempuh jalan panjang dalam mewujudkan peranan dan kedudukan perempuan Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka menuju kemerdekaan Indonesia yang aman, tentram, damai serta adil dan makmur. Peringatan Hari Ibu ke-91 juga merupakan momentum untuk meningkatkan peranan perempuan dalam memperjuangkan peran dan kedudukannya yang menggambarkan semangat nasionalisme perempuan berdaya untuk menuju Indonesia maju.
Perempuan berdaya jika dia berani memimpin dirinya sendiri. Jangan harap perempuan bisa memimpin orang, apabila ia tak bisa memimpin diri sendiri. Kesuksesan dimulai dari diri sendiri, kerja keras, kemauan untuk maju juga kemauan untuk berubah. Dan kemampuan untuk meningkatkan semua itu harus melewati proses upgrade diri untuk menjadi yang lebih baik lagi.
Berpikir positif bisa menjadi salah satu cara agar perempuan dapat mengaktualisasi diri. Menambah wawasan lewat pertemanan yang menginspirasi, mengikuti berbagai majelis ilmu dan selalu mengembangkan diri dengan ilmu baru akan membuat pikiran perempuan semakin terbuka sehingga terpacu untuk bisa menginspirasi orang dengan potensi yang dimilikinya.
Nah, tema yang diangkat pada PHI ke-91 tahun 2019 ini adalah Perempuan Berdaya Indonesia Maju. Sebuah tema yang diambil dengan melihat situasi dan kondisi perempuan Indonesia yang masih mengalami kekerasan, perlakuan diskriminatif, masih tingginya angka kematian ibu melahirkan, perkawinan anak dan berbagai isu krusial lainnya. Kondisi yang memerlukan berbagai strategi dan pelibatan semua unsur masyarakat, termasuk peran laki-laki dalam gerakan mendukung pencegahan kekerasan, pencapaian kesetaraan gender dan peningkatan keberpihakan pada perempuan.
Maka, sungguh tepat jika helatan VIVAtalk kali ini mengulas tentang "Perempuan Berdaya Indonesia Maju - Perempuan di Era Digital" dengan menghadirkan pembicara yang punya kompetensi di bidangnya, yakni:
- Eko Bambang Subiantoro - Koordinator Aliansi Laki-Laki Baru
- Sri Danti Anwar - Pakar Kajian Gender
- Diajeng Lestari - Founder Hijup
Perempuan Memiliki Peran Penting dalam Kemajuan Bangsa Indonesia ke Depan
Lebih lanjut Pak Henky menyampaikan, bangsa Indonesia pada 2030 akan menghadapi bonus demografi di mana kaum perempuan akan lebih memiliki tantangan dalam memanfaatkan hal ini.
Sehingga diharapkan momen Peringatan Hari Ibu ke-91 tahun ini dapat memperkuat kemampuan kaum perempuan hingga bisa bersaing dan menjadi perempuan berdaya bagi pembangunan bangsa dan mendorong mereka terus mengembangkan diri menjadi versi terbaik diri, keluarga dan negaranya.
"Dalam bonus demografi itu perempuan harus memiliki keterampilan yang lebih baik, untuk dirinya, keluarganya, dan negaranya. Kita berharap perempuan Indonesia menjadi perempuan tangguh dan mampu bersaing di era digital saat ini," tegas Pak Henky.
Sementara dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Partisipasi Masyarakat Kemen PPPA, Indra Gunawan menyampaikan bahwa tantangan bagi kaum perempuan saat ini adalah bagaimana mereka dapat memaksimalkan kemampuannya di bidang digital.
Menurut Pak Indra, selama ini masyarakat selalu berpandangan sinis dengan kemampuan perempuan dalam memperkuat ekonomi keluarga. Padahal, selama ini kaum perempuan memiliki andil besar dalam memperkuat perekonomian nasional.
Perempuan perlu berdaya, dalam arti peran perempuan dalam ekonomi perlu ditingkatkan guna mendorong pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Perempuan berdaya, akan menjadi pendorong terwujudnya peningkatan kualitas hidup perempuan, yang kemudian akan dapat mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan visi pembangunan untuk mewujudkan SDM Unggul, Indonesia Maju, demikian tegas Pak Indra.
Perempuan sangat berperan dalam menumbuhkan keluarga dan otomatis masyarakat. Memberdayakan ekonomi perempuan dengan membangun kewirausahaan perempuan sebagai salah satu solusi untuk menurunkan angka kekerasan terhadap perempuan, peningkatan peran keluarga dalam pendidikan anak, pencegahan perkawinan anak dan pencegahan pekerja anak.
"Dalam pembangunan ekonomi di bidang mikro selama ini perempuan memiliki andil yang sangat luar biasa. Kesempatan usaha digital kaum perempuan akan memberikan kontribusi meningkatkan pendapatan domestik bruto. Jadi ini sebenarnya peluang bagi kaum perempuan. Maka, peran perempuan ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya," pungkas Pak Indra.
Keterbukaan Laki-laki Sebagai Fundamental Kemajuan Perempuan
Paparan menarik juga disampaikan oleh Koordinator Aliansi Laki-Laki Baru, Eko Bambang Subiantoro yang mengatakan bahwa perkembangan teknologi di era digital akan berdampak positif bagi kaum perempuan.Pak Eko mengingatkan bahwa pada dasarnya tiap individu itu sama di mana kemampuan inheren pada manusia ada di diri laki-laki dan perempuan. Secara dasar yang membedakannya adalah: menstruasi dan melahirkan. Selain itu adanya konstruksi gender yang memisahkan kemampuan individu akhirnya memengaruhi jenis profesi yang digeluti perempuan dan laki-laki.
Nah, era digital membuat individu jadi kreatif sehingga akses menjadi tak terbatas. Perkembangan dunia digital ini, akan membuka peluang dan kesempatan bagi kaum perempuan untuk mengembangkan potensi diri yang dimiliki dan menunjukkan bahwa perempuan pun bisa melakukan hal yang sama selayaknya kaum pria. Perkembangan teknologi ini sekaligus dapat menjawab anggapan masyarakat yang selama ini masih menilai kemampuan perempuan berada di bawah laki-laki.
Meski, hal ini mesti didukung oleh banyak hal, karena partisipasi perempuan bekerja masih terkendala diantaranya:
- Pasangan: apakah akan menjadi bagian keberdayaan perempuan atau sebaliknya
- Lingkungan: akankah membuat perempuan nyaman mengembangkan kreativitas berbasis digital
- Regulasi: apakah kebijakan pemerintah mendukung pengembangan kreativitas perempuan di era digital
Pak Eko menuturkan, selama ini perempuan selalu dianggap lemah karena adanya persepsi publik bahwa leading sector ekonomi dalam rumah tangga adalah kaum pria. Tapi, dengan perkembangan industri digital, apabila kaum perempuan dapat memanfaatkan perkembangan teknologi dengan baik, persepsi publik itu dapat berubah dengan sendirinya.
Lalu bagaimana dengan keterlibatan laki-laki? Laki-laki seharusnya:
- Terbuka pada perkembangan sosial. Sulit dihindari kemajuan teknologi membuat setiap individu dapat mengakses segala informasi, maka perempuan pun harusnya memiliki akses ini
- Terbuka pada pengurangan privilege (keistimewaan yang dimiliki). Perlu kesadaran bahwa keistimewaan yang dimiliki laki-laki pada dasarnya menjauhkan laki-laki pada nilai-nilai kemanusiaannya sendiri.
- Perlu dukungan dari berbagai pihak, agar keterlibatan laki-laki menjadi nyata. Misalnya: bagi perusahaan, memberikan dukungan pada laki-laki untuk support pasangan misalkan memberi cuti ketika istrinya melahirkan
- Perlu kebijakan pemerintah yang melindungi kreativitas perempuan dalam teknologi digital
Kemudian, Direktur Riset Polmark Indonesia ini juga meyakini, sekat-sekat sosial di tengah masyarakat yang selama ini berpandangan bahwa perempuan itu memiliki keterbatasan dalam ruang publik, lama kelamaan akan dapat terkikis dengan perkembangan digital yang semakin terbuka. Sehingga saat ini kaum perempuan dapat leluasa mengakses informasi yang selama ini tertutup baginya.
"Karena tidak sedikit perempuan sekarang yang juga bisa berdaya, menghasilkan ekonomi dalam rumah tangganya melalui bisnis online, misalnya. Dan jika sukses nantinya, harusnya laki-laki juga senang. Karena selain akan membantu perekonomian keluarga, jika perempuan berdaya maka laki-laki bisa melakukan hal-hal sosial lainnya termasuk bonding dengan keluarga." pungkas Pak Eko menutup penjelasannya.
Perempuan Bisa Meningkatkan Potensi Hanya dari Rumah Saja!
Dalam kesempatan yang sama, Pakar Kajian Gender, Sri Danti Anwar juga membenarkan hal itu. Menurutnya, selama ini perempuan dianggap lemah karena terdapat pemahaman yang salah terhadap mereka.
Bu Danti mengungkapkan bahwa peluang bagi perempuan untuk mandiri secara ekonomi saat ini masih sangat terbuka lebar. Namun dibutuhkan penguatan keterampilan individu dan literasi untuk menopang kaum perempuan menghadapi kemajuan teknologi saat ini.
Terkait dengan persoalan pemahaman tradisional masyarakat yang selama ini selalu memosisikan perempuan selalu berada di bawah, Bu Danti menyatakan jika konstruksi gender itu dapat berubah selama ada kesepakatan-kesepakatan sosial. Misalnya, jika ada laki-laki yang di rumah saja gantian mengerjakan pekerjaan rumah tanggga sementara istrinya bekerja karena pekerjaan yang lebih bagus, masyarakat juga jangan nyinyir. Pandang saja secara normal karena tidak semua laki-laki punya kesempatan berdaya. Jika lingkungan masih menjadikan laki-laki sebagai yang utama maka laki-laki merasa terintimidasi sehingga bakal terkendala kesetaraan gender ini.
Selama ini, menurut Bu Danti, Kemen PPPA telah bekerja sama dengan tokoh agama untuk kampanye perspektif gender ini. Memang kerjasama, sinergi dan kolaborasi diperlukan dalam kesuksesan programnya. Yang mana tolak ukurnya adalah bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Tak hanya itu, demi mencapainya, saat ini gender mainstreaming juga telah dimasukkan dalam rencana pembangunan jangka menengah dan panjang.
"91 tahun lalu, di zaman RA Kartini tidak boleh ada perempuan sekolah. Tapi sekarang dengan perubahan gender, sudah banyak perempuan yang sekolah, bahkan sampai tinggi. Meskipun memang masih ada ketimpangan gender. Tapi itu bisa diubah. Sekarang peluang dan kesempatan untuk perempuan lebih maju itu sangat terbuka. Tinggal bagaimana kesepakatan bersama keluarga dan lingkungannya saja," ujarnya.
"Dan yang perlu diingat adalah bahwa keadilan kesetaraan gender bukan berarti berkompetisi tetapi bagaimana perempuan dan laki-laki bisa saling menghormati dan menghargai perannya serta tidak ada lagi diskriminasi. Karena program keberpihakan pada perempuan itu intinya memberikan kesempatan seluas-luasnya pada perempuan untuk berdaya dan mengembangkan dirinya. Penguatan skill dan literasi itu sebenarnya yang menjadi PR utama kita. Karena agar perempuan berdaya di era digital saat ini kemampuan literasi itu harus mumpuni," tegas Bu Danti lagi.
Perempuan dan Kesempatan dalam Merebut Pangsa Pasar Digital
Berikutnya ada Diajeng Lestari yang sukses mendirikan Hijup, E-commerce fashion muslim Indonesia yang menginspirasi gaya hidup Islami. Didirikan pada 2011 dan dimulai dari ruangan berukuran 3x3 m dengan 2 karyawan, kini Hijup adalah rumah bagi 200 brand fashion Muslim lokal dan internasional.
Diajeng memaparkan bahwa corporate values yang dipunyai Hijup hingga sesukses sekarang, didasarkan pada THE LORD:
- Trusted (Amanah)
- Helpful (Fathanah + Shidiq)
- Empower (Tabligh)
- Lean (QS Al Isra 27)
- Open (QS Al Isra 53)
- Result Oriented (QS Taha 111 & 112)
- Dynamic (QS Ar Ra'd 10)
THE LORD dikatakan oleh Diajeng, terinspirasi dari keteladanan Nabi Muhammad SAW.
Kemudian, Diajeng menjelaskan bahwa fakta Indonesia adalah:
- Indonesia merupakan negara dengan populasi masyoritas muslim terbesar di dunia yang berpenduduk 265 juta jiwa (2018 - BPS)
- Indonesia menempati posisi ke-3 sebagai pasar konsumsi fashion muslim terbesar dunia.
- Indonesia menempati posisi ke-6 yang melakukan ekspor ke banyak negara OKI
- Indonesia naik menempati posisi ke-2 yang memiliki pengembangan ekonomi Islam terbaik untuk industri fashion, kriteria: ekspor, awareness, sosial pada 2018
- Data di 2018 terdapat: 132,7 juta pengguna internet, 130,8 juta pengguna sosial media, 177,9 pengguna mobile device
- Perilaku konsumen di era digital: 45% pencarian online untuk pembelian produk/jasa, 45% mengunjungi online retail store, 31% melakukan pembelanjaan online melauli mobile device
Diajeng yang memberikan tips dalam membesarkan Hijup: "Pahami kebutuhan customer Anda melalui data untuk menciptakan campaign yang strategis" kemudian membagikan saran untuk keberdayaan perempuan:
- Kembangkan potensi dari rumah dan dari hal yang kecil dengan memanfaatkan era digital ini
- Jika dipandang sebelah mata maka buktikan bahwa kita bisa berkarya dengan baik meski kita perempuan
- Mulai dari diri sendiri, lakukan yang terbaik
- Jangan ragu karena perempuan punya kesempatan yang sama bahkan Al Quran pun menyebutkannya
"Di era digital ini tidak ada alasan bagi kaum perempuan untuk tidak bangkit mewujudkan berbagai macam impiannya. Tumbuhnya era digital dan media sosial dapat membantu kaum perempuan untuk memperkuat perekonomian keluarga. Kembangkan potensi sehingga perempuan tidak lagi diremehkan oleh laki-laki." tegas Diajeng lagi.
Perempuan Berdaya Indonesia Maju
Peringatan Hari Ibu (PHI) setiap tahunnya diselenggarakan dalam rangka mengenang dan menghargai perjuangan perempuan Indonesia sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam merebut dan mengisi kemerdekaan. Peringatan Hari Ibu juga dimaksudkan untuk mempertebal semangat seluruh komponen bangsa dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang pembangunan dengan dilandasi semangat persatuan dan kesatuan.
“Perempuan Berdaya, Indonesia Maju” sebagai tema PHI 2019 ingin mengingatkan kita semua bahwa perempuan yang berdaya, memiliki kekuatan besar dalam peningkatan kualitas hidup perempuan, sehingga diharapkan SDM yang berkualitas dan berdaya saing akan terealisasi segera.
Lalu apa saja yang bisa dilakukan agar seorang perempuan bisa menjadi perempuan yang berdaya?
1. Berani Memimpin Diri Sendiri
2. Berani Bicara
Ketidakadilan yang diterima seringkali disimpan oleh perempuan. Keberanian untuk mengungkapkan pendapat dan menyuarakan kesetaraan perlu dimiliki perempuan. Berani bicara agar perempuan berdaya. Tak harus dengan koar-koar di luar sana, mulai dari berani mengungkapkan pendapat juga pilihan akan menunjukkan keberdayaan perempuan.
3. Berpikir Positif
4. Tentukan Prioritas
Jadilah perempuan berkualitas dengan mampu menentukan prioritas. Jika sudah berkeluarga, anak dan suami tetap menjadi prioritas utama. Sementara hal lain yang bisa menyita waktu tanpa memberikan kebaikan lebih baik diabaikan. Karena prioritas akan membuat perempuan bisa memaksimalkan potensi yang dimiliki tanpa kehilangan jati diri.
5. Benahi Diri dan Peduli
Benahi kekurangan yang ada dalam diri dan peduli pada hal lain di sekitar kita. Dengan begitu akan ada respect dari lingkungan pada perempuan juga timbal baliknya perempuan pun makin aware pada sesama.
6. Berhenti Membandingkan Diri
Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Daripada selalu membandingkan diri dengan perempuan lain, lebih baik perempuan menjadikan diri sendiri sebagai ukuran pencapaian. Tantang diri sendiri untuk melakukan hal yang belum pernah dilakukan. Jika mampu berikan diri penghargaan.
7. Percaya Diri
Perempuan harus percaya diri dengan potensi dirinya, apa yang ia lakukan, dan apa yang menjadi tujuannya. Karena apabila perempuan mampu memberikan penilaian yang baik untuk diri sendiri, maka orang lain akan berbuat hal yang sama. Keikhlasan menerima kekurangan akan membuat perempuan jadi menghargai diri sendiri. Tak perlu goyah dengan omongan-omongan dari luar dan tetap fokus dengan tujuan.
8. Fokus pada Tujuan
Perempuan sebaiknya selalu memiliki tujuan hidup tapi tetap terbuka pada semua hal. Artinya, perempuan boleh memiliki tujuan dan fokus terhadapnya, namun berusahalah terbuka dengan pendapat lainnya.
9. Tidak Mudah Menyerah
Perempuan berdaya adalah yang tidak mudah menyerah ketika harus menghadapi tantangan. Pantang membalikkan badan jika belum mencoba. Sesulit apa pun, ia tidak akan mundur, berhenti, dan gelisah. Hal ini disertai pula dengan pemikiran bagaimana mewujudkan impian dan selalu menyiapkan beberapa rencana jika satu langkah gagal
9. Tidak Mudah Menyerah
Perempuan berdaya adalah yang tidak mudah menyerah ketika harus menghadapi tantangan. Pantang membalikkan badan jika belum mencoba. Sesulit apa pun, ia tidak akan mundur, berhenti, dan gelisah. Hal ini disertai pula dengan pemikiran bagaimana mewujudkan impian dan selalu menyiapkan beberapa rencana jika satu langkah gagal
10. Memberi Dukungan pada Sesama Perempuan
Tidak cukup hanya berbicara soal kesetaraan dan keberdayaan. Tapi perempuan juga harus percaya akan hal itu. Maka sebagai perempuan harusnya bekerja bersama-sama untuk mewujudkannya. Mengembangkan potensi diri, menginspirasi perempuan lainnya juga memberi dukungan untuk keberdayaan mereka.
Maka, yuk jadi perempuan berdaya agar Indonesia maju, aman, damai, makmur dan sejahtera!💖
*sumber data dan infografis: kemenpppa go id
Salam Bahagia
Dian Restu Agustina
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuskepenulisannya sangat bagus sekali bu
BalasHapusBetul teknologi bisa menjadi sarana bagi perempuan untuk berdaya cukup dari rumah, ya! Contohnya seperti blogger, pebisnis online, termasuk temanku seorang desain interior juga kerjanya dari rumah.
BalasHapusSetuju Mbak. Perempuan harus berdaya untuk diri sendiri, keluarga dan lingkungannya. Meskipun sebagai ibu rumah yang tidak bekerja di luar rumah. Tetapi, kita harus tetap pintar. Apalagi sarana belajar sekarang banyak sekali. Bisa dilakukan di rumah sambil tetap mengrus suami, anak dan pekerjaan rumah tangga.
BalasHapusNah, mengenai regulasi ini semoga pemerintah serius menerapkannya di banyak tempat kerja. Soalnya, masih banyak kantor yang bahkan menolak stafnya izin libur saat hari pertama menstruasi padahal sudah hampir pingsan.
BalasHapusHoohh ya ya...
HapusMungkin juga cuti hamil yang diperpanjang hehe.
Tapi skrng kyknya juga lbh baik dr dulu sih. Ada bbrp kantor yang udah mulai terbuka, begitu pula soal berpakaian, udah boleh pakai gamis buat yang muslimah, kantorku dulu gtu :D
Setuju dengan Pak Hengky, ibu memang madrasah awal dalam keluarga. Terutama bagi anak. Bukankah anak adalah penerus bangsa? Bayangkan andai ibu tidak perduli pada perkembangan anaknya sendiri. Bagaimana kelanjutan generasi penerusnya?
BalasHapusMemikirkannya saja membuat Yuni bergidik ngeri.
Cakep acaranya, Mbak.
Baca tulisan ini aku jadi ingat draft-ku tentang "Perempuan Mandiri". Kalau kita ngomongin jaman now, kayaknya memang udah nggak relevan lagi bahwa perempuan harus "menunggu" laki-laki. Taat iya, tapi harus berinisiatif, karena laki-laki pun memiliki tanggung jawab yang besar jadi butuh dukungan perempuan. Perempuan yang berpikiran maju menjadi secercah harapan baru untuk bangsa ini. Karena dari perempuanlah, hal tersebut pertama kali dilihat anak. Ah,bersyukurnya memiliki kesempatan sebagai perempuan di masa kini
BalasHapusSetuju. Di era digital ini sudah tak ada halangan lagi untuk perempuan mengembangkan potensi.
BalasHapusDi mana-mana didengungkan perempuan mandiri. Tapi suka ngobrol ama sesame perempuan di mana aja, entah teman penulis, blogger, koq tergantung banget ya sama suami. Atau suami yang kurang memberi kepercayaan supaya istrinya mandiri. Mudah-mudahan sih kalau artikel ini dibaca, perempuan-laki lebih saling percaya dan setara untuk saling mendukung. Bukan untuk balapan...
BalasHapusMandiri secara apa dulu. memang kalau dia IRT seperti saya secara ekonomi memang sangat bergantung sama suami, meski saya punya penghasilan tapi kan recehan. Tapi kalau masalah ngurus anak dan rumah, insya Allah mandiri, ditinggal kerja jadi TKI di luar negeri sama suami pun anak 2 bagus keurus..semua urusan rumah bisa dihandle sendiri-meski dibantu si mbak yang pulang pergi, pergi mau naik motor, nyetir no problemo
HapusJadi kalau mandiri di sini dilihat dari mereka tergantung sama suami ya secara ekonomi mungkin memang benar adanya.
Kalau tentang kurang memberi kepercayaan mungkin tergantung suaminya. Kalau kaitannya dengan nanti anak siapa yang ngurus sih memang bisa saja. Apalagi suami yang tipenya sering enggak ada di tempat kayak suami saya.
Kalau mandiri di workshop ini lebih fokus ke, biar perempuan memnafaatkan digitalisasi untuk lebih berdaya. Paling tidak menginspirasi perempuan lain, syukur-syukur memperkuat perekonomian keluarga
Wah setuju, 'perempuan mandiri' meskipun sdh tdk bekerja di kantoran lagi, aku ttp harus bisa mengembangkan potensi dengan menjadi blogger misalnya.
BalasHapusMasyaAllah.. suka dengan acara yang bergini. Harapannya semoga tidak hanya diselenggaran di ibukota saja tapi juga kota lain bahkan sampai ke daerah. Agar perempuan indonesia bisa juga berdaya untuk kemajuan Indonesia.
BalasHapusPerempuan Indonesia kudu maju sy setuju. Apalagi di era kini yg semua serba mudah terkait teknologi infomasi sebagai perantaranya. Namun kdg terkendala secara intern seperi yang diulas diatas. Tinggal pintar-pintarnya kita memanfaatkan cekah waktu kita stlh tgs utama sbagai IRT.
BalasHapusBeruntung banget kita para perempuan yang hidup di era digital seperti sekarang. Apa saja bisa dilakukan untuk menjadi perempuan berdaya karena akses teknologi dari rumah sambil menjaga anak pun bisa. Aku pribadi yang masih suka jadi hambatan sebenarnya diri sendiri yang suka kurang percaya diri :(
BalasHapusMba dian, acara ini keren sekali. Selain memberi banyak pelajaran dan masukan buat kaum hawa agar bisa mengembangkan Diri, namun juga mengingatkan bahwa kita berdaya dan juga maju input lebih besar harus balik ke keluarga, karena perempuan kadang suka lupa, kalo udah berhasil jadi jumawa dan gak respect sama suami.. bagus sekali acaranya..
BalasHapusBener Mba Dian, perempuan itu harus berdaya. Dulu waktu awal jadi Ibu rumah tangga aku pernah minder dengan peranku ini. Ngerasa kebanting dibandingkan ibu bekerja dan punya karya sukses disana, punya penghasilan sendiri juga. Dan aku ngerasa minder. Tapi ternyata pemahaman aku itu salah. Berdaya itu bukan berarti harus menghasilkan uang. Bukan. Bukan selalu itu, tapi berdaya itu ketika kita masih bisa memberi manfaat untuk orang lain. Dan ternyata di era digital ini membuat kita lebih mudah lagi menjadi perempuan berdaya ya. Salah satunya memanfaatkan internet. Misalnya seperti kita menjadi seorang blogger. Menulis dan berbagi hal positif dari rumah. Semoga kita bisa terus menjadi perempuan yang berdaya dimana saja ya mba dian ��
BalasHapusSetuju banget kak. Setiap lapisan masyarakat harus aware dengan potensi perempuan. Apalagi yang berperan sebagai ibu rumah tangga juga turut andil untuk meningkatkan kreatifitasnya dengan dukungan penuh lemerintah maupun suami.
BalasHapusSeperti biasa, ulasan dari Mbak Dian selalu lengkap pake banget. Meski panjang, aku tetep baca loh soalnya emang menarik banget.
BalasHapusAku sendiri penasaran dengan Pngarusutamaan Gender. Berkat tulisan dirimu, aku jadi paham. Salut sama foundernya Hijup.
saya setuju sekali pas poin perusahaan memberi cuti ke ayah saat istrinya melahirkan :D tapi sayangnya masih jarang ada perusahaan seperti itu :D
BalasHapusPertama-tama diriku ingin memuji tulisanmu mba.
BalasHapusPembahasan dan bahasanya kualitas tinggi.
SElanjutnya, cuma mau bilang, terkadang yang nyinyir tentang kerja atau ndak kerja sang istri itu ya orang terdekat ya...
*inhale exhale*
tfs ya mba Dian Restu Agustina
Mengembangkan potensi dan berdaya. Perkembangan digital yg pesat saya rasa juga semakin memudahkan untuk perempuan is a menunjukkan segala potensi ya. Setuju banget, poin dari ini yang saya tangkap adalah bagaimana perempuan dan laki-laki bisa saling menghormati dan menghargai perannya serta tidak ada lagi diskriminasi. Tulisan yg bagus mb.
BalasHapusAcara ini sangat bermakna sekali buat aku Moms soalnya perlu banget emang pengetahuan tentang permasalahan gender dimasyarakat seperti ini
BalasHapusYang selalu ku ingat dari kata-kata mamahku "jadi perempuan gak boleh kalah sama laki-laki, kelak nanti kamu minimal harus sejajar". Dan memang benar adanya sih, kita sebagai perempuan itu selain memang harus setara dan harus berdaya juga. Banyak hal-hal menyenangkan dalam kehidupan ini.
BalasHapusSetuju banget dengan kalimat bahwa perempuan merupakan bagian dari keluarga dan meningkatkan perekonomian dan bagian dari perkembangan Indonesia ini mbak. Semoga setiap perempuan menyadari peran yang semakin strategis bagi negeri ini.
BalasHapusIyap, bener sekali mbak. Aku sangat setuju, kalo perempuan bisa membangun ekonomi negeri, makanya yang pertama kali harus diubah mindset masyarakatnya dulu, bahwa emang perempuan ga melulu soal stagnan kayak memasak, bersih-bersih doang, tapi lebih dari itu. Mereka bisa hidup dinamis untuk membentuk karakter bangsa
BalasHapusWah, seru dan berfaedah banget acaranya. Ikut acara seperti ini, pastinya bikin wawasan kita semakin bertambah ya. Dan setuju banget, perempuan Indonesia semakin berdaya, apa pun dan di mana pun tempat berperannya, sangat berpengaruh untuk kemajuan negara. Semoga semua perempuan Indonesia bisa semakin berdaya.
BalasHapusIni acaranya keren sekali nya, Mbak Dian. Semakin membuka wawasan, bagaimana besarnya peran para perempuan dalam sebuah negera. Dan untuk Indonesia, ini sudah dibuktikan, perempuan berdaya, Indonesia akan maju. Soalnya sumber daya manusia yang baik itu kan berasal dari keluarga dulu, dan peran seorang Ibu itu sangat menentukan.
BalasHapusAcaranya keren ya, bisa membuka cakrawala dan wawasan tentang keterlibatan perempuan di segala bidang, apalagi pembicaranya adalah wanita wanita hebat
BalasHapusSaya merasa sangat terbantu berkat era digital bisa lebih mengembangkan potensi diri. Sungguh besar peranan digital bagi saya yang perempuan, bukan hanya sebatas pekerjaan semata, ada potensi terpendam yang bisa saya salurkan secara positif, berinteraksi dengan banyak orang di belahan tempat lain, dan yang lebih penting lagi bisa belajar banyak.
BalasHapusSesungguhnya era digital membantu anak dan suami juga bagi saya, karena hidup lebih mudah dan kami bisa lebih tenang tidak berada dalam tempurung sempit pemikiran.
Tantangan terbesar bagi perempuam saat ini memang berasal dari lingkungannya. Ada saja yang enggan saling dukung sesamanya dengan cara yang dibisa. Masih ada yang bersikap membentuk semacam klik-klikan atau nyinyir. Itu sesuatu yang tidak sehat bagi kita sendiri karena perempuan akan dipandang negatif sebagai penyinyir yang disamaratakan.
Ada yg bilang, perempuan itu tiang negara..
BalasHapusMaju tdknya suatu negara, tergantung dari perempuannya.
Dari perempuan lahir generasi penerus bangsa..
Saat jadi ibu, menjadi sekolah pertema bagi anak2nya
Aah...senangnya kalau semua perempuan memiliki kesepuluh hal yang disebutkan di atas.
BalasHapusKarena kebanyakan perempuan memiliki "rasa" yang kuat. Dan seringkali rasa ini malah menjerumuskan dalam ketidakpercayaan pada diri sendiri.
Suka banget sama tulisannya, kak.
Ngobrolin gender gini emang sebaiknya juga gak cuma ke perempuan juga tapi ke laki2nya juga ya mbak. Supaya sama2 saling memahami di mana posisi yang sesungguhnya baik perempuan maupun laki2 tu sama2 bisa berperan di dalamnya :D
BalasHapusBTW kita beruntung hidup di masa sekarang yang juga udah gak tabu sama persamaan gender yaaa
Perempuan berdaya selalu jadi campaign yang menarik karena budaya pariarki memang masih subur sekali di Indonesia. Mau tak mau hal ini harus diakui.
BalasHapusMakanya, sesama perempuan harus saling mendukung agar perempuan bisa terus berdaya
Bicara tentang wanita dan peranannya dalam membawa perubahan baik emang selalu menarik ya. Karena itu tentang kita.
BalasHapusDukung.
Masih banyak perempuan yang percaya diri karena satu sisi mereka tidak didukung dengan dukungan yang penuh.
BalasHapusSesama perempuan wajib saling mendukung. Aku salah satu yang mendukung pemberdayaan wanita. Karena ketika wanita berdaya, indonesia pasti akan maju.
BalasHapusAku setuju sama poin supaya gak membandingkan diri dengan yang lain soalnya pasti setiap kkita tu unik dan punya kemampuan asalkan emang mau usaha utk melejitkan potensinya. Apalagi kita hidup di zaman yg lbh mudah gtu ya dr segi fasilitas semua jg udah ada. Dan paling penting adalah saling dukung :D
BalasHapusIni acara kece banget, membukakan pandangan tentang perempuan yang mandiri bukan berarti ga butuh laki2 ya, tapi saling memperkuat ekonomi keluarga. Tapi realitanya ga sedikit kaum adam ga faham justru terlena karena perempuan lebih pandai mencari pundi2
BalasHapusIya sih bener, konstruksi gender gak usah dinyinyirin ya. Gak ada yg salah juga, kalo yang jadi pekerja utama adalah istri, sementara suami kerja di rumah. Yang penting keduanya menyepakati dan saling support ya.
BalasHapusaku setuju kalo dibilang, "keadilan kesetaraan gender bukan berarti berkompetisi tetapi bagaimana perempuan dan laki-laki bisa saling menghormati dan menghargai perannya serta tidak ada lagi diskriminasi" -->> karena perempuan juga jaman sekarang sudah setara dengan laki-laki.
Dan kita tetap bisa berkarya asalkan jangan lupa jati diri dan kodrat sebagai istri dan ibu anak2 ya.
Nah iya itu.. Kenapa sih perempuan itu suka banget bersaing, heran. Kadang ku pikir, perempuan bisa kuat gara2 dukungan sesamannya, tp bisa juga ngedown gara2 sindiran sesamanya 😤
BalasHapusDi kotaku ini Mbak, banyak yang istrinya bekerja di pabrik sedangkan suaminya usaha di rumah. Tapi nggak sedikit juga yang sebaliknya. Ng, tapi perempuan sekarang hebat-hebat sih menurut aku.
BalasHapusBagus bgt acaranya mbaaa. Ini THE LORD keren yaa. Perempuan kuat insya Allah keluarga jg kuat. Perempuan hrs saling dukung, jgn war2 😁
BalasHapusPentingnya punya keterampilan.. setuju bgt. Walau ibu drmh, upgrade pelan2. Semangat (menyemangati diri hehe)
jadi inget kalau di desa saya sebenarnya banyak perempuan berdaya. Perempuan yang banting tulang membantu ekonomi para suami. Sayangnya mereka kurang bisa mengimbangi arus perkembangan teknologi sehingga hanya bisa memberdayakan diri sesuai kemampuan. S
BalasHapusPerempuan berdaya sebenarnya sudah ada sejak dulu, dan di era teknologi spt sekarang peluang bagi perempuan utk berdaya bisa lebih luas segmen/bidang dan bahkan bisa dilakukan tanpa meningglkan rumah ya Mbak.
BalasHapusBener banget ya perempuan berhak maju dan sukses. Kesetaraan gender bisa sebenarnya asal perempuan tidak melupakan kodratnya Dan kali turut support juga
BalasHapusSekarang ini perempuan harus maju dan berkembang. Banyak hal kok sekarang yang bisa dilakukan ya, yang penting support dan selalu percaya diri.
BalasHapussetuju banget. Di era bonus demografi dan indutri 4.0 perempuan harus sellau semangat meningkatkan kompetensinya, Meski sibuk di ranah domestik, tetep semangat belajar
BalasHapusBeruntung yah sekarang semuanya dengan mudah perempuan bisa berdayakan kemampuannya meski di rumah :) mantap deh ini
BalasHapus