Cintai Bumi, Mari Terapkan Ekonomi Sirkular Sehari-hari!
Cintai Bumi, Mari Terapkan Ekonomi Sirkular Sehari-hari!
Di mana pada Ekonomi Sirkular ini, sampah bukanlah sekedar sampah, melainkan sumber daya bagi yang lainnya. Konsep ekonomi sirkular artinya melakukan resirkulasi sumber daya dalam rantai nilai untuk:
Sedangkan tujuan dari Ekonomi Sirkular adalah mempertahankan nilai sebanyak mungkin dari sumber daya, produk, suku cadang dan material untuk menciptakan sistem yang memungkinkan untuk masa pakai yang lama, penggunaan kembali yang optimal, perbaikan & manufaktur dan daur ulang.
Jadi penerapan konsep Ekonomi Sirkular merupakan sebuah solusi demi menciptakan kehidupan berkelanjutan untuk masa depan yang lebih baik. Di mana pelaksanaannya bisa dimulai dari sekarang, oleh kita dan akan lebih baik lagi jika dilakukan melalui kolaborasi antar semua pihak yang ada.
See, mudah kan ya??
Kemudian langkah yang bisa dilakukan dalam penerapan Ekonomi Sirkular untuk industri adalah berdasar pada Prinsip 5R ini:
Lalu siapa sih SCG dan mengapa juga begitu peduli akan implementasi Ekonomi Sirkular ini?
Tak kenal maka tak sayang...kenalan dulu kitaaa yuks!
Nah, Siam Cement Group (SCG) ini merupakan salah satu grup konglomerasi terkemuka di kawasan ASEAN yang terdiri dari tiga bisnis utama yakni:
Melalui lebih dari 200 perusahaan dan sekitar 57.000 karyawan SCG menciptakan dan mendistribusikan produk dan layanan inovatif yang menjawab kebutuhan konsumen saat ini dan masa depan.
SCG sendiri memulai operasi bisnisnya di Indonesia sejak 1995. Bisnisnya dalam perdagangan dan secara bertahap mengembangkan investasinya dalam usaha berbeda pada industri cement-building materials, chemical dan packaging. Nah, hingga hari ini SCG memiliki total 29 perusahaan di seluruh Indonesia dan mempunyai sekitar 8300 karyawan.
SCG menawarkan variasi produk dan layanan premium. Produk yang ditawarkan adalah produk struktural di bawah merek "SCG" termasuk: Semen SCG, bata ringan SCG, Smartblock, SCG pipe dan precast, beton siap pakai "Jayamix" by SCG, dinding keramik, lantai dan keramik atap di bawah merek "KIA".
Juga ada produk SCG PVC resin, corrugated containers dan kemasan offset printing. SCG juga menawarkan produk Gypsum, semen fiber dan produk kimia upstream-downstream dari bisnis joint-venture dengan mitra industri Indonesia ternama. Selain itu, SCG juga memiliki bisnis distribusi bahan bangunan dan layanan terminal dermaga yang mendukung penjualan dan logistik untuk bisnis di seluruh Indonesia.
Wooow, lengkaap ya!!💖
Maka tak heran jika SCG concern pada Ekonomi Sirkular karena menyadari akan pentingnya konsep ini sebagai solusi dan kunci untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang mencakup dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan.
Nah, selain mendukung program pengolahan limbah tekstil menjadi barang yang memiliki nilai jual melalui kelompok mahasiswa penerima beasiswa SCG Sharing the Dream, SCG juga telah mempraktikkan konsep Ekonomi Sirkular baik secara internal oleh para karyawan maupun melalui program-program unggulan.
SCG berusaha untuk menerapkan Ekonomi Sirkular ke dalam praktik di sektor bisnis dan mendorong industri lain untuk bersama-sama melakukannya dengan memberi contoh-contoh kegiatan yang diterapkan.
Di balik itu semua, SCG memulai dengan membentuk pola pikir atau mindset karyawannya sesuai dengan Ekonomi Sirkular. SCG juga mendorong karyawan untuk mengadopsi gaya hidup SCG Circular Way yang berfokus pada peningkatan kesadaran akan pemanfaatan maksimum sumber daya, mengurangi jumlah penggunaan plastik sekali pakai dan mendorong untuk menggunakan produk yang tahan lama. Selain itu di SCG juga dibiasakan budaya pengelolaan limbah/sampah yang disortir sehingga dapat diubah menjadi sesuatu yang bernilai serta menciptakan banyak manfaat.
Sementara di level regional SCG menjadi pelopor konsep Ekonomi Sirkular. Selama 10 tahun SCG telah menyelenggarakan forum pertemuan para pemimpin global bertajuk Sustainable Development (SD) Symposium. SCG meyakini bahwa kolaborasi dari semua pemangku kepentingan diperlukan dalam menerapkan konsep Ekonomi Sirkular dan sebagai yang terbesar dan salah satu negara terkuat di kawasan ASEAN, SCG meyakini Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pendorong utama dalam penerapan konsep ini.
Seperti kali ini, untuk mengawali tahun 2020, SCG mengajak semua pemangku kepentingan untuk berkolaborasi dan berbuat nyata guna mewujudkan kehidupan berkelanjutan melalui praktik Ekonomi Sirkular dalam kehidupan sehari-hari.
Nah, upaya ini akan diwujudkan dalam penyelenggaraan SCG Sustainable Development (SD) Symposium Indonesia 2020: Circular Economy, Collaboration for Action yang akan digelar pada 22 Februari 2020 mendatang di Jakarta.
Oh ya, forum pertemuan para pemimpin global ini untuk pertama kalinya dilaksanakan di Indonesia dan bertujuan untuk saling berbagi pengalaman implementasi Ekonomi Sirkular baik di bidang bisnis, birokrasi maupun komunitas. Kemudian melakukan kolaborasi diantara pemangku kebijakan terkait untuk mewujudkan praktik Ekonomi Sirkular di keseharian.
Dan sebagai penanda penyelenggaraan Sustainable Development (SD) Symposium Indonesia 2020 pada 20 Februari 2020, pada hari Rabu 22 Januari 2020 yang lalu dilaksanakan acara SCG Welcoming Circular 2020 di Jakarta.
Ibu Delicia Aprianne, Environmental Consultant SCG dalam kesempatan ini menyatakan jika SCG tumbuh besar karena terapkan Ekonomi Sirkular. Pasalnya ini adalah pilihan paling solutif bagi industri dalam menjaga pertumbuhan berkelanjutan sembari mengurangi emisi limbah maupun karbon serta efesiensi dalam hal eksploitasi sumber daya alam. Sehingga potensi setiap material bisa digunakan semaksimal mungkin juga untuk memulihkan material yang telah sampai pada usia akhirnya.
Sementara, Ibu Pathama Sirikul - Presiden Direktur PT SCG Indonesia menyatakan bahwa SCG ingin menggugah kesadaran masyarakat untuk senantiasa berperilaku sirkular yang artinya mulai mengedukasi hingga memberi contoh untuk menggunakan sebesar-besarnya manfaat dari sumber daya dan menekan semaksimal mungkin jumlah sampah atau limbah. Dengan kata lain konsepnya adalah make - use - return. Alasannya praktik Ekonomi Sirkular sangat mungkin dilakukan di Indonesia dan konsep ini sudah mulai dilirik oleh banyak pihak termasuk oleh pemerintah Indonesia sebagai solusi yang paling tepat dalam mencapai kehidupan berkelanjutan.
Happy!!😍
Ini dia diantaranya:
1. Mengurangi Sampah
3. Budayakan Gaya Hidup Berkonsep Ekonomi Sirkular
"Dulu saya hanya dianggap sampah. Kini saya dicari-cari orang karena sampah. Dan Allah mengangkat derajat saya lewat sampah!" Dewi Kusmianti - Founder Komunitas My Darling (Masyarakat Sadar Lingkungan)
Pernyataan Bu Dewi terasa pilu sekaligus membuat salut saya ketika mendengarnya. Dewi Kusmianti, perempuan sederhana yang bersuamikan seorang tukang sampah telah mengubah nasib diri dan keluarganya dari yang dulunya berkekurangan dan dicibir orang menjadi sejahtera bahkan berperan mengangkat perekonomian warga sekitarnya. Tak hanya itu, ia kini juga "dicari-cari" banyak orang yang ingin berguru seputar sampah dan pengelolaannya, hingga menjadi pembicara di berbagai forum terkait atas kiprahnya. Hebat!
Dewi Kusmianti - Founder Komunitas My Darling
Bermula dari kegalauan akan sampah yang harus diurus suaminya, Bu Dewi memutuskan turun tangan dengan ikut memilah dan mengelola di tempat tinggalnya di Kelurahan Cibangkong, Kota Bandung, Jawa Barat. Tak hanya memilah di bank sampah yang kemudian dijual atau didaur ulang, ia dan warga setempat juga mengolah sampah organik menjadi gas dan pupuk. Selain itu, bersama My Darling, komunitas yang didirikannya, ia juga mengelola sampah non organik menjadi kerajinan tangan yang bernilai ekonomi.
"Lebih baik hidup dari sampah dari pada hidup menjadi sampah.” Itulah ungkapan yang dipegang Bu Dewi yang sebelumnya menjadi pengamen jalanan agar anaknya bisa makan. Ditambah lagi ketiga anaknya menderita penyakit yang mengharuskan mereka membutuhkan perawatan. Pasalnya, anak yang pertama mengidap diabetes, anak kedua autis dan yang terakhir menderita radang otak.
Di kemudian hari langkah Bu Dewi diikuti para warga dan mendapatkan bantuan dari beberapa pihak. Kini ia yang sebelumnya juga berprofesi sebagai pengasuh anak dan tukang ojek telah menjadi motivator lingkungan dan terus membagikan ilmu dan semangat peduli bumi pada sesama.
Yang terbaru, Bu Dewi didapuk menjadi pelatih project Niracle di Desa Padasuka, Soreang, Bandung. Sebuah proyek pengolahan limbah tekstil dan pakaian bekas yang diinisiasi 10 orang mahasiswa (dalam kelompok bernama Niracle), penerima beasiswa SCG Sharing the Dream, sebuah program CSR dari SCG (Siam Cement Group) Indonesia.
Afyan Cholil Asy'ari - Niracle Team - Penerima Beasiswa SCG Sharing the Dream
Afyan Cholil Asy'ari - Niracle Team - Penerima Beasiswa SCG Sharing the Dream
SCG Sharing the Dream, sebuah program CSR dari SCG yang tidak hanya memberikan dukungan pendidikan berkelanjutan bagi penerima beasiswanya, tapi juga mendorong mereka untuk dapat menciptakan ide-ide yang bermanfaat dan memberikan kontribusi positif bagi sekitarnya. Semua sejalan dengan prinsip SCG Circular Way, sebuah konsep yang menekankan implementasi Ekonomi Sirkular dalam kehidupan di keseharian.
Adalah Afyan Cholil Asy'ari, mahasiswa ITB penerima beasiswa SCG Sharing The Dream yang juga Manajer Retote Project yang digagas Niracle ini. Sebuah project kolaborasi yang memberikan pelatihan bagi masyarakat agar memungkinkan mereka memberikan nilai tambah pada limbah tekstil yang ada, dan tidak lagi membuangnya ke sungai atau membakarnya.
Juga bertujuan mendorong dan membuat warga setempat mampu memproses limbah tekstil dan kain serta pakaian yang tidak digunakan, menjadi barang yang punya nilai jual. Yang dalam jangka panjang diharapkan akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga terwujud nyata konsep Ekonomi Sirkular di sana.
Sebelumnya, di Desa Padasuka ada 22 ton limbah dihasilkan setiap harinya dari usaha konveksi rumahan yang mendominasi lebih dari 70% mata pencaharian penduduknya. Nah, Niracle menemukan banyaknya limbah tekstil dan kain perca bekas yang dibuang ke sungai Citarum ataupun dibakar sehingga menimbulkan polusi bagi lingkungan sekitar.
Niracle lalu mengonsepkan permasalahan yang ada dengan rancangan Ekonomi Sirkular menjadi sebuah proyek pengolahan limbah di desa yang terletak 24 km dari pusat kota Bandung ini. Dan untuk pelatihnya mereka mempercayakan pada Ibu Dewi Kusmianti, founder komunitas My Darling tadi.
Adalah Afyan Cholil Asy'ari, mahasiswa ITB penerima beasiswa SCG Sharing The Dream yang juga Manajer Retote Project yang digagas Niracle ini. Sebuah project kolaborasi yang memberikan pelatihan bagi masyarakat agar memungkinkan mereka memberikan nilai tambah pada limbah tekstil yang ada, dan tidak lagi membuangnya ke sungai atau membakarnya.
Juga bertujuan mendorong dan membuat warga setempat mampu memproses limbah tekstil dan kain serta pakaian yang tidak digunakan, menjadi barang yang punya nilai jual. Yang dalam jangka panjang diharapkan akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga terwujud nyata konsep Ekonomi Sirkular di sana.
Sebelumnya, di Desa Padasuka ada 22 ton limbah dihasilkan setiap harinya dari usaha konveksi rumahan yang mendominasi lebih dari 70% mata pencaharian penduduknya. Nah, Niracle menemukan banyaknya limbah tekstil dan kain perca bekas yang dibuang ke sungai Citarum ataupun dibakar sehingga menimbulkan polusi bagi lingkungan sekitar.
Niracle lalu mengonsepkan permasalahan yang ada dengan rancangan Ekonomi Sirkular menjadi sebuah proyek pengolahan limbah di desa yang terletak 24 km dari pusat kota Bandung ini. Dan untuk pelatihnya mereka mempercayakan pada Ibu Dewi Kusmianti, founder komunitas My Darling tadi.
Sebuah kolaborasi apik dengan dukungan dari SCG yang didasarkan pada rasa percaya bahwa konsep Ekonomi Sirkular adalah kunci untuk mencapai tujuan akhir dari pembangunan berkelanjutan. Di mana masyarakat lokal akan menjadi agen perubahan utama, untuk mempraktikkan Ekonomi Sirkular melalui project ini. Sehingga diharapkan tak sekadar bertujuan mengurangi limbah tekstil yang dibakar dan dibuang di sungai, serta menghasilkan pendapatan warga, namun dalam jangka panjang masyarakat lebih berdaya bagi dirinya, keluarga dan lingkungannya.
Kereeen!!
Kereeen!!
Konsep Ekonomi Sirkular
Konsep Ekonomi Sirkular
Lalu, apa sih sebenarnya konsep Ekonomi Sirkular itu?
Terus, ada enggak yang bisa kita lakukan?
Apakah kita mesti sehebat Ibu Dewi Kusmianti, sepintar Afyan Cholil Asy'ari atau sekeren perusahaan sekelas SCG?
Tentu saja tidaaaak! Karena dari hal sederhana saja kita sudah bisa dikatakan menerapkan konsep Ekonomi Sirkular ini.
Apakah kita mesti sehebat Ibu Dewi Kusmianti, sepintar Afyan Cholil Asy'ari atau sekeren perusahaan sekelas SCG?
Tentu saja tidaaaak! Karena dari hal sederhana saja kita sudah bisa dikatakan menerapkan konsep Ekonomi Sirkular ini.
Ketika teman-teman membeli sebuah barang baru, barang lamanya dikemanakan tuh?
Mungkin diantara teman-teman ada yang mendonasikan, mendaur ulang, menjual atau membuangnya. Nah, yang terakhir ini biasanya yang paling banyak dilakukan. Di mana sumber daya diambil, dipakai lalu dibuang. Atau:
Sebuah cara konvensional atau disebut juga dengan konsep Ekonomi Liniar. Yakni konsep yang mana pengelolaan sampahnya masih terbatas pada pengumpulan, pengangkutan dan penimbunan. Sehingga dampaknya akan terjadi penumpukan sampah yang signifikan dan menyebabkan permasalahan di berbagai bidang,
Nah, seiring dengan permasalahan sampah yang kian hari kian meraja, sejatinya kita bisa atasi bersama dengan solusi beralih ke konsep Ekonomi Sirkular atau Circular Economy. Sebuah konsep yang berpola:
"Take - Make - Discard"
Sebuah cara konvensional atau disebut juga dengan konsep Ekonomi Liniar. Yakni konsep yang mana pengelolaan sampahnya masih terbatas pada pengumpulan, pengangkutan dan penimbunan. Sehingga dampaknya akan terjadi penumpukan sampah yang signifikan dan menyebabkan permasalahan di berbagai bidang,
Nah, seiring dengan permasalahan sampah yang kian hari kian meraja, sejatinya kita bisa atasi bersama dengan solusi beralih ke konsep Ekonomi Sirkular atau Circular Economy. Sebuah konsep yang berpola:
"Make - Return - Use"
Di mana pada Ekonomi Sirkular ini, sampah bukanlah sekedar sampah, melainkan sumber daya bagi yang lainnya. Konsep ekonomi sirkular artinya melakukan resirkulasi sumber daya dalam rantai nilai untuk:
- Meminimalkan penggunaan sumber daya
- Memaksimalkan manfaat sumber daya
Sedangkan tujuan dari Ekonomi Sirkular adalah mempertahankan nilai sebanyak mungkin dari sumber daya, produk, suku cadang dan material untuk menciptakan sistem yang memungkinkan untuk masa pakai yang lama, penggunaan kembali yang optimal, perbaikan & manufaktur dan daur ulang.
Jadi penerapan konsep Ekonomi Sirkular merupakan sebuah solusi demi menciptakan kehidupan berkelanjutan untuk masa depan yang lebih baik. Di mana pelaksanaannya bisa dimulai dari sekarang, oleh kita dan akan lebih baik lagi jika dilakukan melalui kolaborasi antar semua pihak yang ada.
See, mudah kan ya??
Kemudian langkah yang bisa dilakukan dalam penerapan Ekonomi Sirkular untuk industri adalah berdasar pada Prinsip 5R ini:
"Prinsip 5R dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan bahan baku dari alam (reduce) melalui optimalisasi penggunaan bahan yang dapat digunakan kembali (reuse) dan menggunakan hasil dari proses daur ulang (recycle) atau dari proses pemulihan (recovery) atau dengan melakukan perbaikan (repair/refurbished)" - (Kementerian Perindustrian, Republik Indonesia)
Tak kenal maka tak sayang...kenalan dulu kitaaa yuks!
Nah, Siam Cement Group (SCG) ini merupakan salah satu grup konglomerasi terkemuka di kawasan ASEAN yang terdiri dari tiga bisnis utama yakni:
- Cement-Building Materials
- Chemiclas
- Packaging
Melalui lebih dari 200 perusahaan dan sekitar 57.000 karyawan SCG menciptakan dan mendistribusikan produk dan layanan inovatif yang menjawab kebutuhan konsumen saat ini dan masa depan.
SCG sendiri memulai operasi bisnisnya di Indonesia sejak 1995. Bisnisnya dalam perdagangan dan secara bertahap mengembangkan investasinya dalam usaha berbeda pada industri cement-building materials, chemical dan packaging. Nah, hingga hari ini SCG memiliki total 29 perusahaan di seluruh Indonesia dan mempunyai sekitar 8300 karyawan.
SCG menawarkan variasi produk dan layanan premium. Produk yang ditawarkan adalah produk struktural di bawah merek "SCG" termasuk: Semen SCG, bata ringan SCG, Smartblock, SCG pipe dan precast, beton siap pakai "Jayamix" by SCG, dinding keramik, lantai dan keramik atap di bawah merek "KIA".
Juga ada produk SCG PVC resin, corrugated containers dan kemasan offset printing. SCG juga menawarkan produk Gypsum, semen fiber dan produk kimia upstream-downstream dari bisnis joint-venture dengan mitra industri Indonesia ternama. Selain itu, SCG juga memiliki bisnis distribusi bahan bangunan dan layanan terminal dermaga yang mendukung penjualan dan logistik untuk bisnis di seluruh Indonesia.
Wooow, lengkaap ya!!💖
Maka tak heran jika SCG concern pada Ekonomi Sirkular karena menyadari akan pentingnya konsep ini sebagai solusi dan kunci untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang mencakup dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan.
SCG dan Ekonomi Sirkular
Nah, selain mendukung program pengolahan limbah tekstil menjadi barang yang memiliki nilai jual melalui kelompok mahasiswa penerima beasiswa SCG Sharing the Dream, SCG juga telah mempraktikkan konsep Ekonomi Sirkular baik secara internal oleh para karyawan maupun melalui program-program unggulan.
SCG berusaha untuk menerapkan Ekonomi Sirkular ke dalam praktik di sektor bisnis dan mendorong industri lain untuk bersama-sama melakukannya dengan memberi contoh-contoh kegiatan yang diterapkan.
Di balik itu semua, SCG memulai dengan membentuk pola pikir atau mindset karyawannya sesuai dengan Ekonomi Sirkular. SCG juga mendorong karyawan untuk mengadopsi gaya hidup SCG Circular Way yang berfokus pada peningkatan kesadaran akan pemanfaatan maksimum sumber daya, mengurangi jumlah penggunaan plastik sekali pakai dan mendorong untuk menggunakan produk yang tahan lama. Selain itu di SCG juga dibiasakan budaya pengelolaan limbah/sampah yang disortir sehingga dapat diubah menjadi sesuatu yang bernilai serta menciptakan banyak manfaat.
Sementara di level regional SCG menjadi pelopor konsep Ekonomi Sirkular. Selama 10 tahun SCG telah menyelenggarakan forum pertemuan para pemimpin global bertajuk Sustainable Development (SD) Symposium. SCG meyakini bahwa kolaborasi dari semua pemangku kepentingan diperlukan dalam menerapkan konsep Ekonomi Sirkular dan sebagai yang terbesar dan salah satu negara terkuat di kawasan ASEAN, SCG meyakini Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pendorong utama dalam penerapan konsep ini.
pemandu acara SCG Welcoming Circular 2020 |
Seperti kali ini, untuk mengawali tahun 2020, SCG mengajak semua pemangku kepentingan untuk berkolaborasi dan berbuat nyata guna mewujudkan kehidupan berkelanjutan melalui praktik Ekonomi Sirkular dalam kehidupan sehari-hari.
Nah, upaya ini akan diwujudkan dalam penyelenggaraan SCG Sustainable Development (SD) Symposium Indonesia 2020: Circular Economy, Collaboration for Action yang akan digelar pada 22 Februari 2020 mendatang di Jakarta.
Oh ya, forum pertemuan para pemimpin global ini untuk pertama kalinya dilaksanakan di Indonesia dan bertujuan untuk saling berbagi pengalaman implementasi Ekonomi Sirkular baik di bidang bisnis, birokrasi maupun komunitas. Kemudian melakukan kolaborasi diantara pemangku kebijakan terkait untuk mewujudkan praktik Ekonomi Sirkular di keseharian.
SCG Welcoming Circular 2020
Dan sebagai penanda penyelenggaraan Sustainable Development (SD) Symposium Indonesia 2020 pada 20 Februari 2020, pada hari Rabu 22 Januari 2020 yang lalu dilaksanakan acara SCG Welcoming Circular 2020 di Jakarta.
Pada kesempatan ini, dihadirkan narasumber:
- Pathama Sirikul - Presiden Direktur PT SCG Indonesia
- Dewi Kusmianti - Founder My Darling/Pelatih Project Niracle
- Asyah Cholil Asy'ri - Niracle Team - penerima beasiswa SCG Sharing the Dream
- Delicia Aprianne - Environmental Consultant PT SCG Indonesia
Delicia Aprianne |
Ibu Delicia Aprianne, Environmental Consultant SCG dalam kesempatan ini menyatakan jika SCG tumbuh besar karena terapkan Ekonomi Sirkular. Pasalnya ini adalah pilihan paling solutif bagi industri dalam menjaga pertumbuhan berkelanjutan sembari mengurangi emisi limbah maupun karbon serta efesiensi dalam hal eksploitasi sumber daya alam. Sehingga potensi setiap material bisa digunakan semaksimal mungkin juga untuk memulihkan material yang telah sampai pada usia akhirnya.
Sementara, Ibu Pathama Sirikul - Presiden Direktur PT SCG Indonesia menyatakan bahwa SCG ingin menggugah kesadaran masyarakat untuk senantiasa berperilaku sirkular yang artinya mulai mengedukasi hingga memberi contoh untuk menggunakan sebesar-besarnya manfaat dari sumber daya dan menekan semaksimal mungkin jumlah sampah atau limbah. Dengan kata lain konsepnya adalah make - use - return. Alasannya praktik Ekonomi Sirkular sangat mungkin dilakukan di Indonesia dan konsep ini sudah mulai dilirik oleh banyak pihak termasuk oleh pemerintah Indonesia sebagai solusi yang paling tepat dalam mencapai kehidupan berkelanjutan.
Pathama Sirikukl |
"SCG mengajak semua pihak agar ambil bagian dalam menerapkan Ekonomi Sirkular dan kehidupan berkelanjutan karena jika kita lakukan saat ini akan menjadikan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sekaligus kami nantikan kehadiran para pemangku kebijakan untuk berpartisipasi dan tukar pengalaman di acara SD Symposium Indonesia 2020; Circular Economy, Collaboration for Action pada 20 Februari mendatang," demikian disampaikan Ibu Pathama.
Tak hanya ingin membahas dan mensosialisasikan konsep Ekonomi Sirkular saja, acara juga dilengkapi dengan sesi workshop pembuatan kreasi daur ulang dari bahan bekas untuk menunjukkan bahwa praktik Ekonomi Sirkular sangat mungkin dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Workshop yang dipandu oleh Nike Prima dan Miranti - Founder dari Living Loving ini berlangsung seru dengan menyajikan DIY (Do It Yourself) bikin tassel dari bahan limbah pinggiran kaos, benang woll, gantungan kunci dan manik-manik. Simple but nice!
Keberlanjutan Dimulai dari Kita...!!
Well, dalam memaknai konsep keberlanjutan pada Ekonomi Sirkular, manusia dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengurangi hak generasi mendatang. Oleh karenanya, tidak ada upaya praktik keberlanjutan yang terlalu kecil atau besar untuk dilakukan, selama manfaat signifikan akan dirasakan di kemudian hari. Sebab keberlanjutan adalah komitmen dan pilihan. Komitmen kita memilih untuk melakukan hal yang benar!!
Lalu, kalau kita juga mau menjalankan hidup berbasis konsep Ekonomi Sirkular ini, caranya bagaimana?
Ini dia diantaranya:
1. Mengurangi Sampah
- Beli bahan makanan sesuai kebutuhan sehingga tidak akan membusuk dan ujung-ujungnya terbuang.
- Memasak secukupnya agar tak ada sisa
- Menghabiskan makanan yang kita makan
- Mengganti bahan sekali buang dengan yang bisa dipakai ulang, misalnya: tisu makan dengan serbet, botol minuman kemasan dengan wadah minum/tumbler, tas plastik dengan tas pakai ulang
- Pakai kertas bolak-balik atau pilih paperless
- Membeli produk dalam kemasan isi ulang
2. Memilah dan Mengolah Sampah
Pemisahan sampah dalam dua kategori organik dan anorganik dapat memudahkan kita saat akan membuang atau mengelola sampah. Pastinya, memisahkan sampah akan lebih praktis, mengingat sampah organik mudah busuk dan apabila bercampur dengan sampah anorganik akan merepotkan, berujung pada bau tidak sedap dalam rumah. Bila sudah dipisahkan, sampah organik bisa langsung digunakan untuk membuat pupuk kompos, sementara sampah anorganik bisa didaur ulang atau digunakan untuk kepentingan lain, kemudian:
- Sampah plastik: berikan ke pemulung/bank sampah nantinya diolah industri jadi produk baru, gunakan untuk pot tanaman, jadikan kerajinan tangan
- Sampah membusuk: dicacah dan diolah untuk pupuk, pakan organik dan media tanam
- Sampah kertas, kaca, logam: serahkan pemulung/bank sampah nantinya dipress untuk didaur ulang, buat bahan kerajinan
- Pisahkan sampah bahan berbahaya (baterai, barang elektronik rusak, dan bahan kimia lainnya) untuk dibuang sesuai dengan instruksinya agar tidak merusak lingkungan
- Reduce: kurangi belanja-belanji dan secukupnya jika bela-beli biar enggak nambah sampahnya
- Reuse: gunakan lagi barang untuk keperluan lain. Botol untuk pot tanaman, kaleng untuk tempat pensil, handuk untuk keset, atau bikin kerajinan tangan
- Recycle: daur ulang barang sehingga bermanfaat lagi, serahkan ke bank sampah atau pemulung untuk didaur ulang
- Replace: pilih produk ramah lingkungan, bawa tempat makan/minum sendiri
Yuks, kita lebih peduli dengan sampah yang ada di sekitar kita dengan berusaha mengurangi, memanfaatkan lagi, mendaur ulang dan mengubahnya menjadi barang bernilai ekonomi. Dan mari cintai bumi dengan menerapkan konsep Ekonomi Sirkular sehari-hari!💖
SCG Indonesia
Web: www.scg.com | IG: scg_indonesia | FB: SCG Indonesia
Let's Love Earth!
Dian Restu Agustina
Iya nih, masalah sampah memang harus di tangani serius, disisi lain kita kadang ga bisa hindari pemakaian plastik sekali pakai, karena harga murah atau lebih mudah didapat..
BalasHapusHarus dimulai dari diri sendiri , keluarga, lingkungan dan seterusnya demi kebaikan kita dan lingkungan
Iya, Kak
Hapuskalau enggak kita mulai dari diri sendiri terus siapa lagi ya, kan
Yuk semangat berkontribusi!
Lengkap banget nih ilmunya. Mulai dari gaya hidup yang harus dirubah, hingga apa yang harus dilakukan juga ada. Thanks sharingnya mbak.
BalasHapusIya Mbak...tinggal penerapannya saja yang utama:)
HapusKeren ih Bu Dewi. Pokoknya mah kalo perempuan atau emak udah bergerak, jangankan lawan sampah, lawan Belanda pun kita bisa merdeka. Hehehe.
BalasHapusHaha..the power of Emak ya, Mbak
HapusYoi mba. Makanya Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan kita juga emak-emak, Ibu Siti Nurbaya. Entah kapan urusan persampahan di Indonesia ini selesai Ya Allah. Pengen lihat negara ini bersih dan sudah profesional ngurusin sampah, gak cuma profesional korupsinya doang. Huhuhu
HapusSemoga segera..nih sudah ada perubahan meski belum signifikan hasilnya.
HapusSeperti pengurangan pemakaian plastik, segera ada aturan di tahun ini dari Dept Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Kita dari rumah berusaha membantu dan menyebarkan semangatnya
Keren Kak. Inspiratif sekaligus bikin nyesek.
BalasHapusNyesek kenapa Mas?
HapusBener banget nih. Harus dibenahi lagi pengelolaan sampah di rumah. Pemisahan terutama. Dulu biasanya dipisah jadi 2 aja organik dan anorganik. Yang organik dibuang, yang anorganik dibakar. Tapi semenjak ada tukang sampah, jadi buang aja doang ga dipisah2. Bismillah, semoga bisa cepat terealisasi misahin empat jenis sampah di atas. Caranya ya harus beli minimal empat tempat sampah. Gampang ya sebenernya. Tinggal action aja. Semangat!!!😆
BalasHapusIya, Mbak..saya sudah mulai pilah meski belum optimal. Ini mau semangat pilah dan pisah lagi:)
HapusInspiratif Mba, lebih baik hidup dari sampah, daripada hidup hanya jadi sampah, terlebih sampah masyarakat :D
BalasHapusSalut banget akan animo segala golongan yang makin peduli akan pengelolaan sampah, sebeoum bumi ini penuh sampah, dan anak cucu kita nggak kebagian tempat tinggal :D
Btw, menarik juga kata Mba Sinta Legian di atas, beli tempat sampah dulu, dipisah mana sampah basah dan kering.
Hanya saja masalahnya, tukang sampah di kompleks kami malas banget.
Pernah sampahnya saya bagi 2 bagian, eh cuman diangkut 1 bagian doang dong.
Akhirnya berikutnya saya pakai 1 tempat saja dicampur hahaha.
Memang butuh kesadaran banyak pihak sih ya :)
Yang dikasih yang di luar untuk kompos sama yang untuk pemulung, Mbak Rey..
HapusKemarin dicontohkan juga
Hiks kagak ada pemulung Mba, biasanya diambil tukang sampah gitu.
HapusMemang mau nggak mau harus saya pilah dan dimasukan bank sampah sih, cuman belum nemu bank sampah dekat sini.
atau memang dibuat DIY gitu kali ya, lumayan sebenarnya :D
Bebikinan DIY emang mayan bgt buat ngurangin sampah anorganik ya
Hapuscuma diriku kurang telaten ihh :)))
Semoga segera ada bank sampah di dekatnya ya Mbak Rey
HapusKalau enggak telaten bikin keraajinan (kayak saya) Mbak Nurul coba googling komunitas yang terima.
Atau mungkin bank sampah ada di sana
@Mba Nurul : hahahaha syamaahhh, saya mah udah kurang telaten, kurang kreatif pula, jadinya lebih ke jadi mainan anak-anak, tapi kalau udah bosan gitu menuhin tempat mainan nya aja hahaha
Hapus@Mba Dian : Aamiin, intinya memang kita kudu mengusahakan agar sampah bisa dikendalikan demi bumi ini, dan juga menerapkan ekonomi sirkular :D
Siip, Mbak Rey
HapusSirkular ekonomi emang harus dimulai ya, agar ngga berkutat pada teori
BalasHapusUntuk kemudian menggedor produsen utk membuat perubahan
Benar , Mbak
HapusTapi bukan hanya produsen, kontribusi konsumen sangat juga diperlukan. Kaitannya dengan pengurangan sampah dan pengelolaannya seperti langkah-langkah di atas
masalah sampah itu terus ada ya. solusinya cm 1, kurangi sampah dan juga kelila agar bisa berguna dengan daur ulang
BalasHapusYang utama, keterlibatan semua pihak untuk mengatasinya ya Mbak
Hapusbetul. gak muluk3. kita sebagai IRT jg bs kok berdayakan 5R .. dr lingkungan terkecil: keluarga. nantinya akan menginspirasi keluarga lainnya.
HapusSekarang sepertinya sudah banyak perusahaan beramai2 melakukan sirkular ekonomi kyk gini ya mbak. Ada yang melalui CSR kyk gini, ada juga yang emang punya divisi khusus jd kyk ambil keuntungan jg dr situ.
BalasHapusSebuah barang dimanfaatkan sampai benar-benar enggak bisa dipakai lagi. Hal ini tentu saja membawa dampak, selain keuntungan, juga menghemat sumber daya dari alam ini.
Iya, Mbak...SCG salah satu yang telah menerapkannya
Hapusmake .return. use
BalasHapusbaiklaahh, prinsip ini kudu dijalanlan dlm hidup keseharian ya. bismillah
yuk, semangat
HapusIlmu baru tentang ekonomi sirkular. Sebenarnya udah tau konsepnya, cuma termnya itu baru tau sekarang. Salutnya dgn Indonesia tuh, walau jadi negara ke 2 dengan sampah plastik terbanyak, masyatakat dan komunitas punya inisiatif utk mengelolanya
BalasHapusPaling tidak ada semangat untuk menagstasi masalahnya dan bukan diam saja, ya kan
HapusSepatutnya kita emang lebih peduli dg lingkungan.
BalasHapusKalau kami masih sebatas ngumpulin sampah plastik, ada yg bs kami juga ya jual. Kami pilah-pilah saja.
Saya pun lagi googling2 cara2. Reuse kemasan2 plastik buat cratf misalnya kalau ketemu saya mau ajakin masyarakat sekitar untuk bareng2 melakukannya.
Iya , mbak, saya juga masih di tahap pisah dan pilah juga reuse
HapusMasalah sampah memang sangat meresahkan. Saya termasuk salah satu pelaku dan penyumbang limbah sampah fashion. Saya sangat tertarik dengan tulisan mbak. Sering gugling tentang cara penanganan limbah tekstil juga.
BalasHapusDan, ya benar, mulai dari diri sendiri dulu. Saya rajin membuat kerajinan yang bernilai ekonomi dari limbah tekstil dan dijual, tapi masih skala kecil dan sendirian. Mungkin sudah saatnya saya menggandeng teman untuk sama2 mengelola sampah dari lingkungan terdekat agar hasilnya lebih berdampak positif.
coba googling mbak, banyak komunitas atau pihak yang mau terima limbah fashion. Living Loving ini, bikin tas dan hiasan dari limbah
Hapuswah ternyata SGC punya banyak program yg inspiratif.
BalasHapusanak sulungku dan teman2 SMA kls 12 bberapa bulan lalu dapat beasiswa dari SGC. alhamdulillah seneng banget. terima kasih dan semoga sukses buat SGC :)
Alhamdulillah..Iya Mbak, mereka ada program SCG Share the Dream untuk siswa dan mahasiswa
Hapuslhamdulilaha ku sdh memilah2 sampah di rumah dan ditabung ke bank sampah
BalasHapusAlhamdulillah, keren Mbak:)
HapusSampah memang menjadi momok bagi masyarakat Indonesia di mana pun. Saya pikir, masalah sampah adalah masalah semua orang. Semua harus sadar diri dan bergerak dari lingkungan keluarga, insya Allah pelan-pelan akan ada hasilnya. Salut bagi pejuang sampah.
BalasHapusIya, Mbak..mulai dari diri kita sendiri dulu, pasti akan ada hasilnya
HapusSejak kapan hari banyak cuitan tentang ekonomi sirkular muncul di twitter saya sudah penasaran ini sebenarnya apa sih? Ternyata saya mendapat jawaban dan ulasan lengkap di artikel ini.
BalasHapusMasalah sampah memang menjadi salah satu masalah paling mengkhawatirkan di dunia. Selain harus kita sendiri (konsumen) yang memulai untuk mengurangi penggunaan barang tak habis pakai, biar lebih efektif seharusnya memang ada kebijakan pemerintah yang mengatur khusus soal sampah ini. Soalnya kalau cuma kita aja yang mulai juga hasilnya tidak maksimal.
Betul, Mbak..baik produsen, konsumen maupun pemangku kebijakan perlu bersama-sama menangani masalah ini
HapusBetul mbak, dari sampah bisa menjaid berkah dan rupiah, asal tidak jijik dan mau tekun menggelutinya. Kini banyak orang yang sudah melirik sampah utk jadi mata pencaharian,dan mereka pun menginspirasi.
BalasHapusIya, Mbak..selain berbuat baik untuk lingkungan dapat menghasilkan pula
HapusDuh, kata2 Bu Dewi makjleb banget yaa.
BalasHapusInspiratif.
Yang penting buatku sampe saat ini lagi belajar selalu memilah sampah yang kadang lupaaa hihii.
Dari sampah menjadi pundi2 uang saat ini emang terus digalakan yaa. Kereeen, saluut!
Selain pilah..kurangi juga yuk, mbak sampahnya :)
HapusKalau penjual di pasar dekat rumah saya, masih mau menerima sampah kresek. Ya daripada mereka beli lagi kresek baru untuk pembeli. Menurut saya, ini juga salah satu langkah kecil untuk tidak menambah jumlah sampah plastik
BalasHapusIya, Mbak tukang sayur langganan saya juga. Mau terima kertas dan tas kresek dari pembeli
HapusSeneng lah saya kalau semakin banyak perusahaan yang peduli dengan lingkungan. Makanya, kita pun sebagai masyarakat juga harus semakin semangat. Karena urusan lingkungan, termasuk sampah, memang jadi tanggung jawab bersama
HapusTerima kasih Mbak Dian atas informasinya. Lengkap dan bermanfaat. Seneng deh baca postingan ini. Sampah memang bisa dipilah dan kalau dimanfaatkan ternyata bisa menghasilkan, ya. Salut sama Bu Dewi. Akhirnya beliau bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi lingkungannya.
BalasHapusIya, Mbak..yuk kita pisah dan pilah sampah juga, bermula dari rumah saja
HapusEkonomi sirkular itu manginginkan zero waste, yah.
BalasHapusSudah harus dijalankan ya untuk kelangsungan bumi kita. Salut sama Ibu Dewi.
Perkataannya ini bikin jleb: "Lebih baik hidup dari sampah dari pada hidup menjadi sampah.”
Diantaranya, Mbak..jadi sumber daya diminimalkan penggunaannya dan dimaksimalkan pemanfaatannya
HapusYes ...
HapusSaya baru tahu nih tentang Siam Cement Group yang rupanya di dalamnya ada 200 perusahaan dan sekitar 57.000 karyawan. ALhamdulillah ya peduli dengan isu lingkungan juga
Iya, SCG konglomerasi dari Thailand, Mbak..salah satu yang terbesar di ASEAN.
Hapusaku baru menerapkan yang ini mbak.. Beli bahan makanan sesuai kebutuhan sehingga tidak akan membusuk dan ujung-ujungnya terbuang, bahkan nasi aja tak jadiin nugget dan nasi goreng!
BalasHapusMemasak secukupnya agar tak ada sisa, yes atau beli kalo nanggung
Menghabiskan makanan yang kita makan, alhamdulillah udah
Mengganti bahan sekali buang dengan yang bisa dipakai ulang, misalnya: tisu makan dengan serbet (masih beli tisu karena suka pilek sih), botol minuman kemasan dengan wadah minum/tumbler (yes indeed), tas plastik dengan tas pakai ulang (nah ini aku banget karena ga suka isi belanjaan kau keliatan orang pas turun mobil)
Pakai kertas bolak-balik atau pilih paperless
Membeli produk dalam kemasan isi ulang
Hebat , Mbak Tanti..aku kurang lebih sama, masih terus berusaha
HapusSemangat terus mengurangi sampah ya:)
Urusan sampah memang pelik. Begitu membaca tulisan Mba jadi ada pencerahan.
BalasHapusAlhamdulillah
Hapushidup dari sampah bukanlah hal hina. malah suatu yg mengagumkan karena tak semua orang bs kelolanya dengan baik. salut dg orang-orang inspiratif seperti beliau
BalasHapusBetul, panutan yaa
HapusMasalah samoah memang nggak ada habisnya ya, Mba. Semoga dengan adanya Ekonomi Sirkular ini bisa memberikan pengaruh dalam pengelolaan sampah.
BalasHapusMenarik sekali ya konsep dari ekonomi sirkular ini. Memang harus berjuang untuk menanggulangi sampah pribadi. Di tempat tinggal kami, sampahnya dikumpulkan di satu tempat dan kami membayar uang sampah perbulannya. Kira-kira sampah-sampah itu mau dikemanakan ya. Saya juga belum sempat tanya
BalasHapusTempat Pembuangan Akhir, Mbak..tinggal di kota mana?
HapusSemoga acara SCG Sustainable Development (SD) Symposium Indonesia 2020: Circular Economy, Collaboration for Action berjalan dengan baik ya mbak, dan memberikan hasil yang nyata untuk keberlangsungan kehidupan di bumi ini. Karena memenag sudah seharusnya kita semua sadar tentang pengelolaan sampah, agar tidak menumpuk dan menambah sesak bumi.
BalasHapusAamiin...Iya semoga ada hasil nyata setelahnya ya
HapusMasyaAllah ... Ibu Dewi keren sekaliii ... Semoga upaya mulia beliau dalam mengelola sampah dan memberdayakan masyarakat sekitar, dibalas Allah dengan berlimpah rezeki dan kesehatan untuk ketiga buah hatinya. Aamiin.
BalasHapusInsyaAllah aku juga sudah mulai menerapkan budaya ekonomi sirkular dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengurangi penggunaan tisu, membawa botol minum, kotak makan, sendok, sampai mengeluarkan barang-barang yang aku punya lebih dari satu seperti jam tangan dan tas. Dipikir-pikir, aku hanya membutuhkan satu saja kok untuk setiap ukuran. Kaleng-kaleng pun tersimpan di rumah karena mau digunakan untuk pot bunga dan wadah lainnya.
Bismillah ... Semoga langkah lainnya bisa kuterapkan juga.
Keren mbak...aku juga masih berusaha ngurangin sampah ini. Semangat kita!
HapusPeduli sampah dimulai dari rumah. Saya juga sudah pisahkan sampah sesuai dengan jenisnya. Tapi masih miris juga waktu lihat tukang sampah angkut dari rumah, tetap saja disatukan. Hehe, tapi tak apalah, yang penting sudah berikhtiar...
BalasHapusYang bisa dibuat kompos, yang untuk pemulung, bisa dipisahkan, Mbak..
Hapusjuga kita kurangi jumlah sampah dengan cara di atas diantaranya
Nah aku juga lagi mulai nerspin kurangin plastik mba. Kalo belanja suka bawa tas sendiri yang bisa dipake berkali-kali. Cuma emang blm bisa me-reuse botol bekas sampo dll, selama ini paling kasih ke pemulung aja. Tapi yo minimal udah mulai dikit2 hehehe. Semoga besok-besok makin mampu mengolah dengan baik.
BalasHapusKadang banyak pihak yang masih kurang perduli dengan masalah sampah. Jangan jauh-jauh deh, kalau lagi pergi ke tempat wisata saja, masih ada yang buang sampahnya padahal udah ada tempat sampah disediakan. Hehehe
BalasHapusIri deh sama yg di Pulau Jawa, seperti nya gerakan zero waste dan sirkular ramai sekali digalakkan. Semoga di tempat kami ada tokoh seperti ibu Dewi, masya Alloh ketiga anaknya anak syurga. Insya Alloh...
BalasHapusSalut sama SCG dan perusahaan yg peduli isu lingkungan. Ga main2, sampah ini ribet penanganan nya tapi kalo berhasil pengelolaan nya bakal menyelamatkan bumi dan penduduknya
Mba Dian, kadang aku khilaf beli barang dan malah nggak terpakai. Jadi ini jadi bahan evaluasi aku juga mba setelah membaca postingan ini. Makasih ya :)
BalasHapussemoga penerapan ekonomi sirkular ini bisa terus berlanjut dan gak berhenti saat lagi santer-santernya memanfaatkan bungkus plastik dari produk yang dibeli menjadi hal yang bermanfaat
BalasHapusTerima kasih, Mbak Dian, atas ulasannya. Lengkap banget. Sebelumnya saya tahunya konsep reduce, reuse, recycle, baru tahu kalau itu sebenarnya konsep ekonomi sirkular. Kapan-kapan kalau ada workshopnya saya mau ikutan ah :)
BalasHapusPenerapan ekonomi sirkular ini saya jadi paham, makasih loh mbak Dian sudah mencerahkan. Yang pertama saya lakukan skr kurangin penggunaan plastik2an deh.
BalasHapusIya selama ini kita pake sistem linier. Abis pake buang, beli baru. Dengan ekonomi sirkular bisa mengurangi sampah.
BalasHapusduuuh.. lama banget ga gabung komunitas lingkungan. kalau info2 terbaru acara seperti ini bisa dapat di mana ya, mbak? dulu saya bergiat di pengelolaan sampah mandiri. tapi pelan2 kelelahan, ga ada orang baru yg bergabung. butuh gabung lg dg komunitas serupa euy
BalasHapusMba Dian banyak banget ilmu yang kita dapwddi acara sgc ini ya..
BalasHapusDan ilmu yang bisa menghasilkan, ya tentu saja dengan mengubah sampah menjadi produk bernilai ekonomi.
Masalah sampah memang tidak ada habis-habisnya. Saya sering sedih ketika berada di tempat umum, sementara sampah berceceran di mana-mana. Yang bikin miris, di dekat situ ada tong sampah lho. Padahal, apa sih susahnya berjalan sebentar dan memasukkan sampah2 itu di sana. Memang kesadaran kita yang masih sangat kurang.
BalasHapusPR banget urusan pilah sampah ini. BIasanya aku udah pilahin yang kayak botol sama kertas2 gitu. Langsung tak kasih pemulung. Masalahnya aku gak punya tempat pembuangan untuk sampah organiknya. Di halaman ada area tanah tapi area sumur bor, jadi gak mungkin tak bikin tempat pembuangan.Pengin banget bikin keranjang takakura. Tapi balik lagi bingung naruhnya, hiks. POkoknya PR banget nih urusan sampah.
BalasHapusArtikelnya lengkap, karena acaranya pun lengkap banget. Engga cuma talkshow tetapi sampai bikin-bikin dari limbah. Keren...
BalasHapusSekarang bukan 3R lagi ya, 5R. Harus dimulai dari diri sendiri, melebar ke lingkungan deh...
Salu sama bu Dewi bisa setekun itu mengelola sampah, buah dari perjuangannya alhamdlillah menghasilkan dan bisa bermanfaat buat orang sekitar.
BalasHapusEniwei, artikel ini sangat lengkap dan sangat mengedukasi. Makasih mbak sudah berbagi info.
Wow Bu Dewi keren yaa. Perhatiannya fokus menangani masalah sampah sampai bisa bermanfaat buat bnyk orang. Mb Dian juga keren ulasannya detil dan lengkap. Top deh...
BalasHapusKereeen Mba Dian, lengkap dan detail tinggal "do it" aja nih. Saya punya mimpi menerapkan bank sampah dilingkungan, tp rasanya seperti menegakan benang basah. Konsep yg saya tawarkan hanya dibaca dan entah raib kemana. Gemas tapi ya itulah kenyataanya. emoga suatu saat saya bisa mewujudkannya. Thanks ilmunya Mba
BalasHapuskeren banget ini konsep circular economy. saya mendukung sekali. salut juga sama bu dewi dengan segala perjuangannya.
BalasHapusMasalah sampah ini emang kompleks banget yaa dan ekonomi sirkular ini bisa jadi salah satu solusi untuk menanganinya. Mbak, artikelnya lengkap banget. Bismillah mulai reuse barang-barang bekas deh. Karena kadang tuh rasa malas masih sering hinggap. Duh!
BalasHapusSuamiku ternyata sudah menerapkan 5R dari dulu kala, reuse, selalu memanfaatkan barang yang ada, kalau rusak diperbaiki atau dimanfaatkan untuk hal lain hehe
BalasHapusMasyaallah, jadi belajar dari Bu Dewi. Kita ga pernah tau kapan Allah akan mengangkat derajat manusia. Tugas kita selalu melakukan hal baik ya. Bahkan dari seonggok sampah.
BalasHapusBagus ya tentang ekonomi sirkular. Harus mulai bisa mendisiplinkan diri memilah sampah. Bisanya baru misahin botol ke pemulung heuu
BalasHapusBagus banget ini acara nya ya ekonomi sircular aku sampe kepikiran deh sangat bermanfaat banget buat masa depan tentunya
BalasHapusIbu Dewi keren banget.. semoga berkah segala usahanya dan terus jadi inspirasi buat semua pejuang lingkungan.
BalasHapusUntuk saat ini aku pun udah mengurangi belanja menggunakan kantong plastik mba, memilah sampah juga udah sesuai jenisnya, tinggal mengurangi belanjanya aja yang agak susah hihi..
Keren euy tulisannya mba. Konsep ekonomi sirkular ini mesti bs diterapkan ya mba. Ini keren. Btw, baca cerita si ibu ini sungguh salut. Aku jd teringat seseorang yang bs bangkit krn sampah jg. Semoga kelak ketularan semangatnya juga
BalasHapusInfo bagus begini ini harusnya disosialisasikan lebih sering dan massif supaya lebih banyak orang yang aware ya. Sampai sekarang kan pemahaman orang terhadap pelestarian alam tuh masih pada mentok di aksi buang sampah pada tempatnya aja.
BalasHapusButuh banyak lagi orang-orang seperti Bu Dewi yang peduli lingkungan. Yang beraksi lewat kerja nyata tidak hanya jargon dan wacana semata. Semoga kelompok Darling ini selalu mendapat dukungan dan bantuan secara moril dan materil.
BalasHapusJadi ingat konsep "Satu masuk-satu keluar"
BalasHapusMaksudnya, kalau punya 1 baju baru, maka harus ada 1 baju lama yang keluar. Agar lebih bermanfaat dan ga numpuk.
Cuma akhir-akhir ini, aku suka bingung.
Lebih baik memberikan barang-barang yang masih layak pakai ini kemana??
Lengkap banget, Mba artikelnya. Komplit. Tidak semua org aware utk memanfaatkan barang yang tak terpakai menjadi hal bermanfaat.
BalasHapusALhamdulillah saya sudah menerapkan 4R: recycle, reduse, reuse, replace. Sebagian karena merasa sayang jika dibuang lalu beli lagi. Sebagian karena terbiasa bikin DIY, jadi agak mudah mebayangkan ini nanti mau jadi apa.
BalasHapusMemilah sampah memang harus dikerjakan oleh setiap rumah deh. Masing-masing ibu sudah harus sadar dan paham.
BalasHapusKeren bangeeet ada program pengolahan limbah tekstil menjadi barang yang memiliki nilai jual melalui kelompok mahasiswa penerima beasiswa SCG Sharing the Dream! Apalagi SCG juga telah mempraktikkan konsep Ekonomi Sirkular baik secara internal oleh para karyawan. Such a great company culture!
BalasHapusAku dulu pernah workshop juga sama Living Loving (mbak Nike dan Mbak Miranti) tapi tentang menulis blog yang baik, hehe. Mereka emang spesialis DIY dan emang berkaitan sama masalah mengelola sampah menjadi sesuatu yang lebih berguna ya.
BalasHapusEkonomis Sirkular ini salah satu topik yang baru buat Saya. Menarik Juga melihat Fenomena ini berkembang
BalasHapusaw keren mba.
BalasHapusQuotenya juga keren : Lebih baik hidup dari sampah dari pada hidup menjadi sampah.
Sejauh ini saya lebih sering mengolah sampah organik, sampah non organik mau dibuat prakarya tapi belum kesampain. Pengen ngulang2 lagi baca tulisan ini deh
Cintai bumi itu memang harus berawal dari kesadaran diri sendiri ya, baru kemudian kita tularkan pada oranf terdekat, keluarga dan lingkungan
BalasHapusMasalah sampah dan pengelolaannya adalah masalah terbesar kita, umat manusia penghasil sampah. Semoga dengan kegiatan seperti ini, kesadaran untuk cinta bumi semakin meluas
Itu kalimatnya mak jleb banget. Lebih baik hidup dari sampah daripada hidup seperti sampah. Duuh.. bener banget tuh. Banyak org meremehkan hal kecil, ternyata dr tangan Bu Dewi yg kecil bs jadi bermanfaat buat org banyak. Ianpiratif banget.
BalasHapusMasyaAllah terharu dengan meraka yang masih pada peduli dan mebagikan edukasi kepada kita seperti ini. Semoga bumi semakin membaik ya Allah. Kadang sedih
BalasHapusMasya Allah, keren ya beliau-beliau ini. Pingin bisa ngikutin jejaknya dengan hidup minim sampah, tapi kok nggak telaten.
BalasHapusDi kisaran rumah juga nggak ada pemulung atau bank ssampah. Jadi, semisal sampah udah dipisahin dari saya juga tetep bakal jadi satu lagi. Tentang kompos itu juga, itu gimana bikinnya sih? Penasaran asli.
Wah kalimat pembuka bu dewi dalem banget, Masha Allah, dinaikkan derajat krn sampah. Sehat2 ya bu
BalasHapusMasya Allah.. Salut banget dengan bu Dewi yang bisa membuat gebrakan luar biasa. Mengubah hidupnya dan keluarganya. Di sini, sudah mulai ada juga bank sampah. Orang-orang juga mulai rajin ngumpulin minyak jelantah juga yang biasanya langsung kita buang begitu aja, sekarang juga dibikin sabun.. Salut sama orang-orang yang begitu peduli dengan lingkungan..karena zaman sekarang kebanyakan orang cuek dan mau enaknya aja..
BalasHapusSelalu salut dengan orang2 yang bergelut dengan sampah. Apalagi bu Dewi yang memiliki ide cemerlang tentang sampah. Semoga semakin banyak bu Dewi di lingkungan dan semakin banyak yang sadar untuk mengurangi produksi sampah ❤
BalasHapusAamiin, karena kalau banyak orang yang seperti Ibu Dewi kita pun membantu bumi ini agar tetap lestari. Kuy sadar lingkungan bareng-bareng
HapusBerbagai solusi mengurangi limbah memang makin marak dan menurut ku harus slalu di sosialisasikan kepada masyarakat luas bukan semata hanya kalangan tertentu yang mendapatkan ilmu tapi masyarakat yang lain pun bisa memberikan solusi yang baik juga untuk lingkungan
BalasHapusNama desany lucu mbaa hehe
BalasHapusEhm... nyesek baca bagian awal ttg sampah... :(
Btw d sini pun begitu mbaa kalau mau pakai barng baru yg lama dijual dg harga murahh
aduhhhh kalo bicarain soal sampah, kayaknya terjadi hal yang sia-sia belaka. Semisal udah dilakukan pemisahan di rumah tapi saat pengangkutan dan proses berikutnya disatukan huhu
BalasHapusAku pro dengan perusahaan yang peduli lingkungan dan beberapa perusahaan saat ini telah tergerak untuk mengedukasi masyarakat soal pengelolaan sampah ini. Semoga semakin banyak lagi penggagasnya..agar Indonesia tak lagi jadi penyumbang sampah kedua terbesar di dunia
BalasHapusMasalah sampah ini memang perlu perhatian khusus dan serius. Semuanya harus diawali dari diri sendiri. Sering merasa bersalah tiap kali lihat tempat sampah isinya plastik semua. Sulit, tapi harus dimulai sekarang!
BalasHapusSalut dengan semangat dan perjuangan hidup Ibu Dewi, semoga beliau selalu mendapat kemudahan juga perlindungan di tiap langkah.
BalasHapusEkonomi sirkular saat ini semakin banyak didgaungkan salah satunyasdengan penerapan 5R dimana tidak ada sumber daya yg terbuang dan bisa lebih digunakan secara efektif sebagai sumber energi alternatif
BalasHapus"Dulu saya hanya dianggap sampah. Kini saya dicari-cari orang karena sampah. Dan Allah mengangkat derajat saya lewat sampah!" Dewi Kusmianti - Founder Komunitas My Darling (Masyarakat Sadar Lingkungan)<<< Statement ini bikin aku miris sekaligus terharu, dan baca artikel mbak Dian disini aku berasa tambah ilmu :)