Imunoterapi, Solusi untuk Kualitas dan Harapan Hidup Pasien Kanker yang Lebih Baik Lagi
Imunoterapi, Solusi untuk Kualitas dan Harapan Hidup Pasien Kanker yang Lebih Baik Lagi
Data Kanker
Fakta Kanker
Faktor Risiko Kanker
Saya menatapnya dengan rasa duka luar biasa. Sungguh tak mengira, berselang enam bulan saja tak bersua perubahan fisiknya begitu nyata. Rambut yang habis, mata cekung, badan kurus, wajah pucat pasi...Sediiiih saya melihatnya! Tapi masih ada senyum merekah di bibirnya. Itu yang bikin saya malu untuk menangis di depannya. Yuli, sepupu sekaligus saudara sepersusuan saya terlihat tegar di tengah perjuangan melawan ganasnya kanker yang menyerang payudaranya. Ia terlihat begitu bersemangat di tengah kondisinya yang kurang sehat. Sementara jauh di Ibukota, saya sering mengeluh akan hal remeh-temeh yang kalau dipikir sebenarnya sepele saja. Obrolan singkat dengannya membuat saya kagum pada semangat begitu banyak penyintas kanker yang selama ini telah menapaki hari dengan berbagai proses penyembuhan yang dijalani. Semua tahapan yang sungguh menguras waktu, biaya, energi dan emosi.
Tentang Kanker
Data Kanker
Saat ini penyakit kanker memang begitu mengerikan. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) pada 2018, hampir 10 juta orang (9,6 juta) meninggal akibat kanker. Ini membuat kanker disebut sebagai penyakit nomor dua mematikan setelah penyakit kardiovascular.
Sementara data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2019 menyebutkan angka kejadian tertinggi di Indonesia pada laki laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk. Lalu diikuti dengan kanker hati sebesar 12,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 7,6 per 100.000 penduduk.
Sementara data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2019 menyebutkan angka kejadian tertinggi di Indonesia pada laki laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk. Lalu diikuti dengan kanker hati sebesar 12,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 7,6 per 100.000 penduduk.
Sedangkan angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yakni sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk. Kemudian diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk.
Sebuah data yang benar-benar mengkhawatirkan sehingga mengingatkan akan perlunya upaya masif untuk melakukan pencegahan dan pengendalian kanker oleh semua, tak hanya pemerintah tapi masyarakat juga.
Fakta Kanker
Sementara faktanya, kanker memiliki karakteristik adanya perkembangan sel tidak normal (abnormal) yang membelah diri di luar kendali. Di mana sel ini mempunyai kemampuan untuk masuk ke dalam jaringan tubuh normal di sekitarnya kemudian menghancurkan jaringan itu lalu menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Jadi, semua jenis kanker pada dasarnya dimulai dari pertumbuhan sel-sel secara tidak normal dan tidak terkendali. Meski memang kebanyakan kanker bisa diobati juga disembuhkan, terutama bila diketahui lebih dini dan pengobatan dimulai sejak awal. Apalagi saat ini sudah ada pemeriksaan-pemeriksaan untuk melihat adanya sel yang abnormal sehingga potensi munculnya kanker dapat segera ditangani.
Faktor Risiko Kanker
Lalu faktor risikonya apa saja yaaa....?
- Usia: kanker bisa perlu waktu puluhan tahun untuk muncul. Itu sebabnya lebih umum ditemukan pada orang dewasa. Meski bisa saja ditemukan pada usia berapa saja bahkan pada anak-anak.
- Kebiasaan Hidup: merokok, terpapar sinar matahari yang berlebihan, terpapar radiasi ion, pernah terapi hormon, terbiasa mengonsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurangnya kegiatan fisik, obesitas
- Sejarah Keluarga: sebagian kecil kanker disebabkan karena kondisi ini. Jika dalam garis keluarga ada yang mengidap kanker, kemungkinan diturunkannya mutasi-mutasi sel dalam DNA ke generasi berikutnya lebih besar.
- Kondisi Kesehatan: beberapa kondisi kesehatan yang kronis bisa menjadi risiko untuk tumbuhnya sel kanker
- Lingkungan dan Paparan Jenis Kimia Tertentu: yang mungkin mengandung unsur-unsur kimia yang berbahaya yang bisa meningkatkan risiko kanker. Misalnya, terpapar oleh asap rokok untuk waktu yang lama, terpapar zat-zat kimia yang ada di rumah atau di kantor, seperti asbes dan besi.
- Terinfeksi virus dan memiliki keberadaan bakteri, seperti:
- Terinfeksi virus human papilloma (HPV) akan meningkatkan risiko kanker leher rahim.
- Terinfeksi virus Hepatitis C dapat meningkatkan risiko kanker hati.
- Terinfeksi virus Human Immunodeficiency (HIV) bisa meningkatkan risiko kanker kelenjar getah bening (lymphoma) dan Kaposi Sarcoma.
- Terinfeksi virus Epstein-Barr (EBV) akan meningkatkan risiko kanker kelenjar getah bening (lymphoma).
- Terinfeksi Human Herpesvirus 8 (HHV8) bisa meningkatkan risiko kanker Kaposi Sarcoma.
- Terinfeksi bakteri pylori dapat meningkatkan risiko kanker perut dan kanker kelenjar getah bening (lymphoma)
Pita Peduli Kanker (sumber: Pixabay) |
Solusi Penyembuhan Kanker
Kanker begitu misterius datangnya dan bisa menyerang siapa saja tak peduli dia miskin atau kaya. Mau tokoh ternama yang bisa membayar pengobatan paling sempurna atau kaum papa yang kesulitan mengakses aneka terapi penyembuhan yang ada. Karena kanker semua bisa terenggut nyawanya!! Sebut saja Ibu Ani Yudhoyono yang meninggal karena kanker darah, Ibu Ainun Habibie karena kanker ovarium, Ustad Arifin Ilham karena kanker kelenjar getah bening dan nasofaring, Bapak Sutopo Purwo Nugroho karena kanker paru, aktris Julia Perez karena kanker serviks, aktris Ria Irawan karena kanker kelenjar getah bening,... dan masih banyak yang lainnya.
Terapi Penyembuhan dengan Pendekatan Personalised Healthcare
Dulu, semua pasien yang didiagnosis dengan kanker mendapatkan terapi pengobatan yang sama. Pengobatan ini hanya berhasil untuk sebagian pasien, namun tidak efektif, bahkan dapat menyebabkan efek samping untuk sebagian lainnya.
Nah, pendekatan Personalised Healthcare menekankan bahwa setiap pasien kanker adalah unik. Dengan menjalankan tes diagnostik yang lebih spesifik, kini dokter dapat memprediksi seberapa baik pasien merespon sebuah terapi. Rangkaian tes tersebut juga memungkinkan dokter untuk menentukan terapi, dosis hingga durasi yang tepat untuk masing-masing pasien.
Kini, obat-obat terapi kanker dikembangkan bersamaan dengan tes diagnostik yang spesifik. Personalised Healthcare telah memungkinkan pengobatan kanker yang lebih efektif dan terarah (terapi target) pada berbagai jenis kanker payudara, paru-paru, kulit dan darah.
Rendahnya tingkat kesembuhan kanker membuat orang kadang pesimis pada pengobatan yang telah ada. Meski demikian, perkembangan pengobatan kanker tidaklah jalan di tempat. Berbagai temuan terus berkembang yang memberi harapan kepada kesembuhan para penderita. Yang terkini, ada imunoterapi yang saat ini menjadi perbincangan di seluruh dunia lantaran dianggap sebagai satu terobosan baru di bidang medis dan dipercaya bisa menjadi pengobatan kanker lini pertama.
Tentang Imunoterapi Kanker
Sel kanker memakai semacam kamuflase untuk mengelabui sistem imun sehingga terlihat seperti sel normal dan bisa terus tumbuh dan menyebar. Nah, imunoterapi kanker adalah standar baru dalam pengobatan kanker yang bekeja dengan cara mengembalikan kemampuan sistem imun di dalam tubuh pasien agar dapat melawan sel kanker.
Dalam kondisi normal, sistem imun di tubuh berfungsi untuk mendeteksi dan menghancurkan sel asing dengan mengerahkan sel T yang terdapat pada kelenjar getah bening. Sel T inilah yang bertindak sebagai filter bagi zat-zat asing di dalam tubuh.
Adalah Protein PD-L1, salah satu kamuflase sel kanker terhadap sel imun kita. Imunoterapi kanker yang saat ini beredar adalah obat yang berfungsi untuk menghalangi PD-L1 (Programmed Death Ligand 1) dan menghilangkan kamuflase sel kanker terhadap sistem imun. Sehingga sel T dapat mengenali dan menghancurkan sel kanker yang ada.
Jadi, imunoterapi kanker bertujuan untuk menstimulasi sistem imun untuk secara spesifik menargetkan dan membunuh sel kanker. Yang mana pada kondisi normal, sistem imun tubuh berfungsi untuk mendeteksi dan menghancurkan sel “asing” atau abnormal di dalam tubuh dengan mengerahkan pasukan sel T.
Sementara cara kerja sistem imun ini, yakni:
- Mencari → sel T mencari semua hal yang berbahaya bagi tubuh
- Memindai → sel T memindai sel-sel untuk membedakan antara sel yang normal dan abnormal atau ‘asing’
- Menyingkirkan → ketika terdeteksi, sel abnormal diserang dan disingkirkan oleh sel T
Keunggulan Imunoterapi Kanker
Berbeda dengan kemoterapi dan terapi target yang bekerja pada sel kanker, pengobatan imunoterapi kanker bekerja langsung pada sel imun. Sementara, untuk perbedaan kerja ketiganya adalah:
- Kemoterapi
Sel kanker yang membelah diri dengan cepat menjadi sasaran obat kemoterapi. Sayangnya, pengobatan ini bukan hanya membuat sel kanker saja yang membelah diri dengan cepat. Sel normal pun ada yang membelah diri dengan cepat. Maka, kemoterapi bisa berdampak pada terganggunya keseimbangan sel normal yang punya siklus hidup cepat seperti sel kanker, misalnya pada rambut hingga menyebabkan rambut rontok.
- Terapi Target
Secara spesifik pengobatan ini menargetkan molekul biologis dalam tubuh yang berperan dalam merangsang pertumbuhan sel kanker, sehingga pertumbuhan sel kanker menjadi terhambat, lemah, ataupun hancur. Dan karena bekerja secara spesifik pada targetnya, terapi ini tidak menyerang sel-sel normal yang membelah diri dengan cepat seperti halnya kemoterapi. Sehingga efek sampingnya lebih rendah.
- Imunoterapi
Saat kanker datang, sistem imun tidak bisa bekerja lantaran dibelenggu oleh sel kanker. Nah, dengan imunoterapi, sel kanker ini akan dipegangi sehingga sel imun bisa bekerja membunuh sel kanker. Pengobatan dengan imunoterapi dilakukan agar sistem imun lebih cerdas mengenali sel kanker serta memperkuat respon sistem imun terhadap sel kanker, sehingga perkembangan sel-sel yang ganas dapat diperlambat, bahkan dihentikan.
sumber: www.kalahkankanker.com |
Tentang Siklus Imunitas Kanker
Berkaitan dengan imunoterapi ini, perlu diketahui jika pada kondisi normal, tubuh memiliki sistem pertahanan untuk menghancurkan sel kanker yang disebut dengan Siklus Imunitas Kanker.
Di mana ada 7 tahapan siklus kekebalan yakni:
- Pelepasan Antigen
Siklus dimulai dengan pelepasan antigen. Ini adalah proses ketika sel kanker mati lalu melepaskan antigen. Pada dasarnya, antigen adalah potongan protein kecil dari sel kanker yang telah mati.
- Antigen Presentation
Ini adalah tahap ketika antigen diambil oleh antigen presentation cell (sel dendritik), yang kemudian membawa antigen ke tempat pembuangan lokal di kelenjar getah bening.
- Produksi dan Aktivasi Sel T
Di tahap 3, sel dendritik memberikan potongan antigen pada sel T sehingga kemudian terproduksi dan teraktivasi.
- Perjalanan Sel T
Setelah sel T diaktifkan di tahap 3, mereka masuk ke pembuluh darah dan mencari sel kanker.
- Infiltrasi Sel T ke dalam Tumor
Ketika sel T tiba di lokasi tumor, tugas mereka adalah untuk masuk ke dalam lokasi tumor. Pada dasarnya, sel T harus menghancurkan dinding pertahanan tumor dan menembus masuk.
- Pengenalan Kanker oleh Sel T
Di dalam tumor, terdapat sel-sel kanker yang akan dikenali oleh sel T yang telah masuk.
- Sel T Menghancurkan Sel Kanker
Di tahap ini, sel T menjadi aktif untuk melawan sel kanker dan mampu menghancurkannya.
sumber: www.kalahkankanker.com |
Yang Terjadi pada Tubuh Penderita Kanker
Tapiiiii, yang terjadi pada pasien kanker, tahap ketiga yang seharusnya ada produksi dan aktivasi sel T, ini tidak terjadi. Pasalnya ada upaya dari sel kanker untuk membuat sel imun tidak bekerja.
Penyebabnya, ikatan antara PD-L1 di sel kanker dengan B7.1 dan PD-1 yang ada di sel imun. Hal ini akan menghentikan proses pembentukan dan aktivasi sel T di kelenjar getah bening dan menghalangi proses penghancuran sel kanker oleh sel T di dalam tumor.
PD-L1 merupakan protein yang terdapat di permukaan sel kanker dan menjadi faktor penghalang (atau disebut immune checkpoint) dalam sistem imun di tubuh kita terhadap kanker.
Dalam kondisi normal, PD-L1 memiliki peran penting dalam mempertahankan keseimbangan imun tubuh dan merupakan immune checkpoint yang menjadi 'rem' respon imunitas ketika berikatan dengan B7.1 dan PD-1. Nah, pada pengobatan imunoterapi, PD-L1 diekspresikan secara berlebihan pada permukaan sel kanker dan sel imun pada berbagai jenis kanker.
Pengobatan imunoterapi kanker bertujuan mengembalikan fungsi sistem imun dengan cara memblokir ikatan PD-L1 dengan protein lain sehingga sel T dapat mengenali sel kanker dan menghancurkannya.
Jadi, imunoterapi kanker bekerja pada tahap pembentukan dan aktivasi pasukan sel T di kelenjar getah bening dan penghancuran sel kanker di dalam tumor, beberapa contoh imunoterapi kanker yang telah dikembangkan antara lain anti PD-L1, anti PD-1, dan anti CTL4.
sumber: www.kalahkankanker.com |
Mengapa Imonuterapi?
Nah, imunoterapi dipilih sebagai strategi penanganan kanker dengan berbagai alasan berikut ini:
- Imunoterapi memiliki efektivitas lebih tinggi dibandingkan pengobatan kanker lainnya, seperti radiasi atau kemoterapi
- Imunoterapi bisa membantu efektivitas pengobatan lain yang sedang dilakukan
- Imunoterapi memiliki efek samping lebih kecil karena imunoterapi membuat sistem imun hanya menyerang sel kanker secara spesifik
- Imunoterapi dapat meminimalkan kanker muncul lagi. Karena pengobatan ini memicu imunomemori, yaitu kemampuan sistem imun untuk mengingat sel kanker, sehingga akan segera diserang bila muncul kembali
Sedangkan, untuk jenis imunoterapi dalam penanganan kanker ini ada:
- Antibodi monoklonal: protein imun buatan yang didesain khusus untuk dapat menandai sel-sel kanker secara spesifik, sehingga bisa membunuh sel ganas tanpa ikut menghancurkan sel yang sehat
- Checkpoint inhibitor: obat yang dapat membantu sistem imun dalam merespon sel kanker dengan cara kerja mengganggu kemampuan sel kanker untuk menghindari serangan sistem kekebalan tubuh
- Vaksin: zat yang disuntikkan ke dalam tubuh untuk mendorong respon imun terhadap suatu penyakit yang dapat digunakan baik untuk mencegah maupun untuk mengobati kanker
- Imunoterapi non-spesifik: jenis imunoterapi yang dapat meningkatkan kinerja sistem imun secara keseluruhan
Efek dan Risiko Imunoterapi
Imunoterapi saat ini telah menjadi satu solusi untuk kualitas dan harapan hidup pasien kanker yang lebih baik lagi. Seperti dari berbagai studi imunoterapi kanker pada kanker paru jenis bukan sel kecil (NSCLC), disebutkan bahwa pengobatan imunoterapi bisa membantu memperpanjang ketahanan hidup pasien kanker paru NSCLC hingga 30 bulan, dari yang sebelumnya hanya maksimal 16,7 bulan.
Tapi, meski memberi harapan cerah bukan berarti pengobatan ini 100 persen akan berhasil pada pasien kanker. Secara teori dan teknologi, imunoterapi memang secercah harapan bagi para penderita kanker yang berjuang demi sebuah kesembuhan. Tetapi, tubuh manusia itu unik, begitu pula dengan sel kanker. Apa yang terjadi di dalam tubuh kita tidak ada yang tahu persis. Jadi, hampir tidak akan ada tingkat keberhasilan di angka 100 persen.
Juga, beberapa efek samping tetap terjadi seperti umumnya terapi pengobatan yang lain. Misalnya: nyeri, bengkak, kemerahan, gatal, serta ruam pada kulit di area suntikan. Juga bisa ada gejala flu, seperti demam, pusing, nyeri otot, dan sakit kepala. Efek samping ini bisa bervariasi pada tiap pasien, tergantung kondisi kesehatannya, jenis kanker yang diderita, jenis imunoterapi yang dilakukan, dan dosis yang diberikan.
Selain mempunyai efek samping, imunoterapi juga memiliki sejumlah risiko lain, yakni:
- Berpotensi merusak organ lain: bisa membuat sistem imun menyerang organ lain, seperti jantung, usus, paru, dan ginjal
- Hasil terapi tidak selalu cepat: imunoterapi bisa saja berlangsung lebih lama dari pengobatan kanker lainnya
- Belum tentu cocok untuk semua orang: pada sebagian orang, imunoterapi tidak membunuh sel kanker, melainkan hanya membuat sel-sel tersebut berhenti berkembang
- Kemungkinan sel kanker berkembang kembali: tubuh bisa menjadi kebal terhadap terapi ini, di mana beberapa terapi awal dapat memberikan hasil positif, namun kemudian sel kanker berkembang lagi
sumber: freepik.com |
Jadi, selain memiliki manfaat, imunoterapi kanker juga mempunyai efek samping dan risiko. Oleh karena itu, silakan menghubungi dokter dan konsultasikan dahulu sebelum Anda memutuskan untuk menjalani imunoterapi. Cegah kanker dengan menghindari faktor risiko, mendapatkan vaksinasi virus human papilloma (HPV) dan virus Hepatitis B (HBV), tidak melakukan seks bebas, menghindari paparan sinar matahari yang berlebihan dan lakukan deteksi dini!
Akhir kata, mari kalahkan kanker dengan imunoterapi! Berserah bukan berarti menyerah, selama masih ada kesempatan, maka lakukan! 💖
You survived this, you can do anything!
Dian Restu Agustina
Artikel diikutsertakan dalam Kompetisis Menulis Blog Kalahkan Kanker dengan Imunoterapi
Referensi:
https://kalahkankanker.com/
https://www.suara.com/health/2019/12/23/174110/imunoterapi-disetujui-fda-sebagai-pengobatan-kanker-lini-pertama
https://www.alodokter.com/memahami-imunoterapi-sebagai-pengobatan-kanker
https://lifestyle.bisnis.com/read/20190726/106/1129311/imunoterapi-inilah-obat-kanker-terbaru-di-indonesia-
Serem juga ya kanker payudara. Bibi saya juga ada yang kena, Alhamdulillah dengan operasi bisa selamat, sekarang sedang menjalani kemoterapi.
BalasHapusKalo tahu ini, berarti sebaiknya ikut imunoterapi saja ya, tidak mengganggu sel yang normal.😃
Semoga dengan adanya pengobatan baru untuk kanker yaitu imunoterapi ini semakin banyak pasien kanker yang bisa diselamatkan ya mbak.
BalasHapusiyaloh, imunoterapi ini solutif banget
BalasHapusmampu meminimalkan efek samping
karena ia mampu mendeteksi sel kanker
jadinya sistem imun mampu melawan sel-sel kanker
Informasi bermanfaat nih mba, yg saya tau sejauh ini teraphi untuk kanker itu lewat kemo dan itupun belum tentu sembuh total disamping efek sampingnya.
BalasHapusSemoga imunoterapi ini menjadi jawaban dan bahkan bisa memberikan harapan bagi penderita kanker
baca berita/cerita tentang kanker kadang bikin stres. Ngeri. Padahal stres juga bisa jadi pemicu kanker ya :'( Duh.... Semoga kota semua selalu sehat ya Mbak.
BalasHapusBisa jadi alternatif ya untuk penyembuhan kanker. Yang paling sering saya dengar ya kemoterapi meski saya juga kurang paham mengenai itu.
BalasHapusSemoga kita semua selalu sehat. Yang sedang berjuang melawan kanker semoga kuat dan sabar, lekas sembuh seperti sedia kala. Aamiin.
Imunoterapi memiliki efektivitas lebih tinggi dibandingkan pengobatan kanker lainnya ya, harus terus disosialisasikan supaya banyak yang tahu. Kanker sungguh jadi momok.
BalasHapusAlhamdulillah sekarang ada imunoterapi semoga semakin banyak penyintas kanker yang bisa diselamatkan ya Mbak.
BalasHapusTetanggaku anak dan ibu meninggal karena kanker semua. Sedih.
Mendengar penyakit ini saya tak sanggup bayangin keluarga yang menderita nya. Alhamdulillah ada Imunoterapi bisa dipilih sebagai strategi dalam penanganan kanker.
BalasHapusTernyata ada ya pengobatan lewat imunoteraphi, yang aq tau kemoterapi.suka parno ah kl ngomong kanker, inget tetangga yg terkena kanker serviks dan payudara ..
BalasHapusJadi kalau imunoterapi ini imunitas kita yang diaktifkan untuk memerangi sel kanker ya? Semoga menjadi jawaban baru penderita kanker.
BalasHapusmeskipun tetep, semua metode ada plus minusnya ya mbak.. tapi mudah-mudahan metode imunoterapi ini bisa memberikan harapan hidup yang lebih besar kepada para penyintas kanker.
BalasHapus