Bagaimana Melaksanakan Imunisasi dalam Masa Pandemi COVID-19 Ini?
Webinar Pekan Imunisasi Dunia 2020
Nah, acara webinar dibuka oleh moderator Prof. DR. Dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K) di mana Beliau berpesan bahwa imunisasi hendaknya dapat dilanjutkan walaupun ada pandemi COVID-19. Mengingat sudah ada lebih dari 7775 kasus (per 24 April 2020, 14.00 WIB) dan diprediksi akan terus meningkat hingga bulan Juli. Juga, meminta pada semua pihak perlu terus mewaspadai pelaksanaan imunisasi dalam masa pandemi ini.
Dijelaskan oleh Prof. Ismoe bahwa, diperkirakan 600.000 bayi baru lahir meninggal setiap tahun karena infeksi yang serius, dan kebanyakan kematian tersebut dapat dicegah dengan penilaian preventif, mencari pelayanan kesehatan tepat waktu, pengobatan dengan antibiotik yang tepat dan follow up (data WHO &UNICEF, 2017). Kemudian, meski lebih banyak bayi yang sehat dari yang sakit, seharusnya kita fokus juga pada yang sehat supaya tetap sehat, bukan hanya menyembuhkan yang sakit. Nah, untuk itulah ada imunisasi dasar yang bertujuan serokonversi, membuat bayi jadi kebal.
Maka, bertepatan dengan Pekan Imunisasi Dunia 2020 diselenggarakanlah Webinar oleh IDAI pada hari ini, Jumat 24 April 2020 dengan mengambil tema: "Bagaimana Melaksanakan Imunisasi dalam Masa COVID-19?".
Webinar kali ini, dipandu oleh Prof. DR. Dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K) Ketua Bidang Hubungan Masyarakat dan Kesejahteraan Anggota Pengurus Pusat IDAI (PP IDAI), serta diisi oleh 3 narasumber, yakni:
- Prof. DR. Dr. Ismoedijanto MP, DTM&H, Sp.A(K)
- Dr. Nina Dwi Putri, Sp.A(K), M.Sc(TropPaed)
- Prof. Dr. Cissy B. Kartasasmita, M.Sc, Ph.D, Sp.A(K)
Imunisasi Rutin Selama Pandemi 2020 - Prof. Ismoedijanto
Sesi pertama webinar membahas Rekomendasi Imunisasi Anak pada Situasi Pandemi COVID-19 dengan narasumber Prof. DR. Dr. Ismoedijanto MP, DTM&H, Sp.A(K) dari Satuan Tugas (Satgas) Imunisasi IDAI. Beliau menyampaikan bahwa memperhatikan anak sehat juga penting. Imunisasi lengkap sesuai Rekomendasi IDAI dan Permenkes harus tetap dilakukan sehingga tidak meningkatkan risiko terkena COVID-19. Yang diprioritaskan adalah anak-anak yang berusia dibawah 18 bulan. Sedangkan di wilayah penularan luas COVID-19 apabila tidak memungkinkan diberikan imunisasi, imunisasi dapat ditunda hingga 1 bulan. Tapi setelahnya, imunisasi dasar harus segera diberikan.
• Membuat bayi atau individu kebal
• Imunisasi dasar targetnya serokonversi, menjadi kebal
• Mengayomi, melindungi masyarakat
• Yang tidak diimunisasi di indungi yang disuntik
• External effect of immunization:
- Yang disuntik bayi kita
- Yang panas bayi kita
- Yang kebal bayi kita
- Tapi...MASYARAKAT MENJADI TIDAK KETULARAN, TIDAK SAKIT
Lebih lanjut Prof Ismoe mengingatkan, jika program imunisasi ini sempat terdistruksi maka akan menyebabkan terjadinya immunity gap. Di mana sudah pernah ada kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) akibat immunity gap, diantaranya:
- Jawa Timur: KLB polio WPV th 1974 di Trenggalek, KLB polio cVDPV1 th 2005 di Madura, KLB difteri 2011 di daerah tapal kuda, KLB difteri 2017 di daerah sama
- Papua: cakupan yang kurang di highland, Yahukimo dan Dekai, cVDPV1
- Philipine: setelah vaksin dengue di hentikan, cakupan semua vaksin menurun, KLB campak, KLB polio cVDPV1 dan 2 (Mindanao)
- Malaysia: KLB Polio cVDPV 1 dan2 di Sabah, transmisi dari Mindanao
- Rusia: Chehnya dll, difteri pada remaja th 1990
Kemudian, Prof Ismoe membagikan panduan menjaga bayi sehat
- Imunisasi harus tetap jalan untuk melindungi bayi dari PD3I (Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi)
- Dianjurkan intensifikasi surveilans PD3I untuk deteksi dini dan tata laksana kasus PD3I
- ITAGI memberikan petunjuk mengenai pelayanan imunisasi
- Bayi yang sakit COVID-19 imunisasi nya ditunda selama minimal 14 hari
- Bila pelayanan imunisasi rutin terganggu karena pandemi COVID-19, pemerintah harus mendesain ulang strategi vaksinasi dengan catch-up setelah pandemi COVID-19 lewat
- Vaksinasi masal ORI, sebaiknya ditunda dan di analisa risk-benefitnya
- Imunisasi di laksanakan sesuai dengan kondisi dan keputusan PEMDA
Lalu apa yang bisa dilakukan oleh FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama): yang harus di lindungi bayi yang sehat, mapping adanya bayi dan BUMIL di setiap desa, usia, catatan imunisasi, nama ayah, no WA ibu atau ayah, jadwalkan tanggal dan jam dan WA keluarga, susun kursi sesuai distancing di ruang imunisasi yang terbuka, sediakan tempat cuci tangan plus sabun, pisahkan antara bayi yang sakit dan bayi yang sehat, imunisasi bayi yang sehat, observasi selama 30 menit, catat bila bayi tidak hadir, lakukan default tracking, siapkan catch up immunization.
Dan sebagai penutup, Prof Ismoe menyimpulkan tata laksana delayed immunization & catch up immunization programme:
Selanjutnya pada sesi kedua webinar ada materi "Tips Pengaturan Fasilitas Kesehatan yang Melayani Imunisasi" yang dipaparkan oleh narasumber Dr. Nina Dwi Putri, Sp.A(K), M.Sc(TropPaed), Sekretaris Bidang Ilmiah PP IDAI. Dalam sesi tersebut disampaikan bahwa dalam masa pandemi COVID-19 ini ruang khusus imunisasi harus memperhatikan physical distancing yang berarti datang tepat waktu. Mengatur alur masuk dan keluar sehingga terpisah dari jalur pasien sakit, serta perjanjian online (mengatur jam khusus dan hari tertentu untuk imunisasi) sebaiknya diterapkan. Skrining yang dilakukan diawal dilakukan baik kepada orangtua/pengantar anak yang akan diimunisasi beserta anak. Skrining tidak hanya suhu, tetapi adanya batuk/pilek, nyeri tenggorokan dan sesak nafas. Selain itu, penggunaan masker untuk seluruh lapisan masyarakat diperlukan.
Sesi terakhir webinar, Ketua Satgas Imunisasi IDAI, Prof. Dr. Cissy B. Kartasasmita, M.Sc, Ph.D, Sp.A(K) mengisi mini topics dengan pesan bahwa vaksin untuk pneumonia direkomendasikan untuk diberikan untuk mencegah pneumonia yang bukan karena SARS-CoV-2. Lalu bila tidak mungkin dilaksanakan pelayanan imunisasi, imunisasi dapat diundur dan direncanakan Imunisasi Kejar sesegera mungkin. Dalam melaksanakan Pelayanan Imunisasi diatur mengikuti Pedoman Keamanan COVID-19 terutama social/physical distancing.
Jadi, dari webinar ini bisa disimpulkan jika Ikatan Dokter Anak Indonesia mengharapkan agar tenaga kesehatan, orangtua, dan masyarakat memahami pentingnya melengkapi imunisasi sesuai usia, agar anak terlindung dari berbagai penyakit yang berisiko menimbulkan kecacatan dan kematian. Dengan demikian, sebaiknya pelayanan imunisasi tetap berjalan dengan mengikuti aturan-aturan tertentu sesuai keadaan dalam masa pandemi ini.
Delayed immunization - oke takut ketularan di RS, takut KIPI: prioritaskan imunisasi dasar dan mulai segera bila belum suntikan pertama, gunakan vaksin kombinasi dan lengkapi sampai terjadi serokonversi, harus selesai sebelum 6 bulan lewat, hati-hati memberikan imunisasi vaksin hidup pada anak sakit ringan, segera mulai setelah pandemic mereda.
Cactch up immunization: utamakan vaksin kombinasi pada imunisasi dasar, selesaikan imunisasi dasar sebelum 12 bulan, penundaan yang singkat tidak berbeda kadar antibody, penundaan lama harus tes serologic atau skin test.
Tips Pengaturan Fasilitas Kesehatan yang Melayani Imunisasi - Dokter Nina Dwi Putri
Selanjutnya pada sesi kedua webinar ada materi "Tips Pengaturan Fasilitas Kesehatan yang Melayani Imunisasi" yang dipaparkan oleh narasumber Dr. Nina Dwi Putri, Sp.A(K), M.Sc(TropPaed), Sekretaris Bidang Ilmiah PP IDAI. Dalam sesi tersebut disampaikan bahwa dalam masa pandemi COVID-19 ini ruang khusus imunisasi harus memperhatikan physical distancing yang berarti datang tepat waktu. Mengatur alur masuk dan keluar sehingga terpisah dari jalur pasien sakit, serta perjanjian online (mengatur jam khusus dan hari tertentu untuk imunisasi) sebaiknya diterapkan. Skrining yang dilakukan diawal dilakukan baik kepada orangtua/pengantar anak yang akan diimunisasi beserta anak. Skrining tidak hanya suhu, tetapi adanya batuk/pilek, nyeri tenggorokan dan sesak nafas. Selain itu, penggunaan masker untuk seluruh lapisan masyarakat diperlukan.
Disampaikan oleh Dokter Nina, jika tujuan dari pencegahan infeksi di tempat pelayanan imunisasi yang dilakukan ini:
- Melindungi semua petugas RS
- Melindungi pasien lain
- Pelayanan tetap jalan
- Cegah stress dan ketakutan dari petugas & orangtua pasien
Sedangkan prinsip utama pencegahan infeksi, yakni:
- Engineering controls: Mengurangi paparan petugas kesehatan dengan menciptakan barrier, modifikasi Faskes/RS sangat efektif sebagai bagian dari strategi proteksi nakes tanpa harus mengandalkan perilaku mereka
- Administrative controls: peraturan dan budaya kerja yang dapat mengurangi/mencegah paparan berbahaya
- Personal protective equipment (PPE/APD)
Lalu, fasilitas pencegahan infeksi apa saja?
- Sediakan poster-poster etika batuk, kebersihan tangan, pengaturan jarak
- Simpan semua majalah dan mainan
- Pastikan ketersediaan kotak sampah, tissue, hand rub atau wastafel
- Atur alur masuk dan keluar sehingga terpisah dari jalur pasien sakit
- Sebisakan mungkin kurangi penggunaan kertas
- Jika diperlukan pastikan pulpen dibersihkan berkala
Kemudian, bisa dilakukan Pengaturan Perjanjian: perjanjian online, atur jam khusus, atur hari tertentu. Pastikan ada petugas yang mengatur antrian, agar social distancing terjaga. Untuk mengurangi kepadatan minta pasien datang pada jamnya tidak sebelum jamnya. Jika datang lebih awal, tunggu di mobil atau di luar area. Informasikan tentang pembatasan jumlah pengantar. Jika anak imunisasi, lakukan skrinning kesehatan bayi rutin lainnya
Sementara, Edukasi untuk petugas kesehatan: penggunaan APD, hand hygiene, pastikan petugas kesehatan yang melakukan imunisasi bukan yang memiliki riwayat kontak dengan pasien COVID-19.
Pesan Pekan Imunisasi Dunia - Prof. Cissy
Sesi terakhir webinar, Ketua Satgas Imunisasi IDAI, Prof. Dr. Cissy B. Kartasasmita, M.Sc, Ph.D, Sp.A(K) mengisi mini topics dengan pesan bahwa vaksin untuk pneumonia direkomendasikan untuk diberikan untuk mencegah pneumonia yang bukan karena SARS-CoV-2. Lalu bila tidak mungkin dilaksanakan pelayanan imunisasi, imunisasi dapat diundur dan direncanakan Imunisasi Kejar sesegera mungkin. Dalam melaksanakan Pelayanan Imunisasi diatur mengikuti Pedoman Keamanan COVID-19 terutama social/physical distancing.
Pendahuluan
Covid-19 disrupts vaccine delivery (Roxanne Nelson). Sehingga terjadi impak dari Pandemi COVID-19 terhadap pelayanan kesehatan
dasar, termasuk program imunisasi memprihatinkan (UNICEF). Layanan kesehatan semua tertuju ke penatalaksanaan COVID-19. Beberapa faktor yang mengakibatkan layanan imunisasi terganggu: prioritas layanan kesehatan diprioritaskan untuk hal lain seperti
penanganan COVID-19. Rekomendasi Social atau Physical Distancing → ibu enggan bawa. anak untuk imunisasi, tempat pelayanan tidak sesuai. Rantai Supply vaccine → Transportasi. Restriksi perdagangan → Pengadaan vaksin terganggu
Pedoman Prinsip Pelayanan Imunisasi pada Saat Pandemi COVID-19 (WHO)
Imunisasi harus diprioritaskan untuk mencegah dan melindungi dari PD3I. PD3I survailans tetap dijalankan untuk deteksi dini dan menatalaksana PD3I. ITAGI berperan penting dalam hal memberikan petunjuk mengenai pelayanan imunisasi. Bila pelayanan imunisasi terganggu karena COVID-19, pemerintah harus mendesain strategi untuk catch-up vaksinasi untuk periode setelah COVID-19. Vaksinasi masal sebaiknya ditunda. Bila akan melakukan ORI harus diperhitungkan analisa risk-benefit nya. Bila dimungkinkan vaksinasi Influenza untuk petugas kesehatan, lansia dan ibu hamil dianjurkan.
Vaksin untuk mencegah Pneumonia
Pertusis (DTwP/DTaP), H. Influenzae type b (Hib), Campak/MR, Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV), Influenza
Catch-up vaccination (Imunisasi Kejar)
Definisi: setiap imunisasi yang diberikan setelah usia yang direkomendasi -kan disebut 'catch-up' immunisation (WHO). Rencana untuk catch-up immunisation harus berbasis dokumen tertulis status imunisasi anak, bila memungkinkan. Tujuan Catch-up vaccination adalah untuk memberikan proteksi optimal terhadap penyakit se-segera mungkin dengan memenuhi jadwal vaksinasi yang direkomendasikan
pada jangka waktu yang terpendek tetapi paling efektif.
Pedoman Imunisasi Kejar
Akibat Pandemi COVID-19 → Program imunisasi tertunda → KLB PD3I. Bila Situasi membaik → Imunisasi rutin kembali Normal dan harus dilakukan Imunisasi Kejar untuk yang terlambat. Kejar Imunisasi (WHO/CDC): Imunisasi yang dilakukan setelah waktu yang seyogyanya diberikan. Beberapa Vaksin diusahakan tetap diberikan sesuai jadwal: HB0, BCG, Polio, DTP, dan campak/MR. Di negara yang tidak ditemukan kasus confirmed atau imported cases boleh dilakukan imunisasi kejar. Pemberian nya sesuaikan menurut umur bayi/anak.
Pada masa pandemi Coronavirus, masih tetap penting bayi mendapat vaksin yang diperlukan pada usia 2, 4, 6, 12 dan 13 bulan. Vaksin harus segera diberikan tepat waktu, atau se-segera mungkin, untuk memproteksi bayi dari penyakit infeksi yang serius. Dianjurkan segera menghubungi dokternya untuk membuat janji.
Panduan Kementerian Kesehatan
Imunisasi tetap diupayakan lengkap dan dilaksanakan sesuai jadwal untuk melindungi anak dari P3DI. Pelaksanaan kegiatan operasional pelayanan imunisasi baik di Puskesmas maupun Posyandu mengikuti kebijakan Pemerintah Daerah Setempat. Bila dilaksanakan di Posyandu, harus menjalankan prinsip social distancing. Bila dilaksanakan di Puskesmas maka harus dilakukan dengan prinsip social
distancing. Bila social distancing sulit dilakukan, kegiatan pelayanan imunisasi dapat ditunda, dicatat, prinsip penjangkauan defaulter tracking, sesegera mungkin memberikan imunisasi selanjutnya. Kegiatan pencatatan dan pelaporan tetap seperti biasa. Kegiatan surveilans PD3I selama masa pandemi harus dioptimalkan.
Pertimbangan untuk melaksanakan vaksinasi masa pandemi COVID-19 dan membatasi risiko transmisi SARS-CoV-2 pada waktu pelaksanaan vaksinasi
Minimalkan terpapar COVID-19. Hindari kepadatan di kamar tunggu, dengan menjadwalkan lebih dulu anak sehat dengan pelayanan imunisasi. Pelaksanaan vaksinasi dianjurkan di klinik imunisasi khusus atau di ruangan terpisah di fasilitas kesehatan. Ruangan seyogyanya mempunyai ventilasi baik dan memungkinkan dilaksanakan social distancing untuk orang tua/pengantar dan anak yang menunggu giliran imunisasi. Dipastikan prosedur cuci tangan yang benar, memakai PPE, mencegah tertusuk jarum, manajemen sampah medis, membersihkan dan desinfeksi alat dan lingkungan, sesuai dengan anjuran untuk pencegahan dari Kemenkes pada situasi COVID-19.
Edukasi Untuk Orang Tua
1. Bila anak atau orang tua/Pengantar menunjukan gejala gejala seperti ini, sebaiknya imunisasi diundurkan: COVID-19 positif, ada riwayat kontak dengan kasus confirmed atau suspek COVID-19, pernah atau datang dari area epidemik (Red Zone) 1 bulan terakhir, di keluarga ada yang demam dalam kurun waktu 14 hari terakhir
2. Membuat janji per telpon/on line agar tak menunggu lama
3. Sebelum berangkat untuk imunisasi di ukur suhu dan pastikan sehat
4. Pengantar sesedikit mungkin, pakai masker dan proteksi diri
5. Pastikan bila kembali ke rumah anak sehat: tidak ada demam, ruam, bengkak
Simpulan
Pelayanan Imunisasi terganggu saat Pandemi COVID-19. Vaksin untuk pneumonia direkomendasikan untuk diberikan untuk mencegah pneumonia yang bukan karena virus SARS-CoV-2. Bila tidak mungkin dilaksanakan pelayanan imunisasi, bisa diundur, dan direncanakan Imunisasi Kejar sesegera mungkin. Dilakukan pencatatan anak yang tidak dapat diimunisasi → defaulter tracking. Dalam melaksanakan Pelayanan Imunisasi diatur mengikuti Pedoman Keamanan COVID-19 terutama Social/Physical Distancing. Sebaiknya dengan perjanjian supaya tidak menunggu lama.
Bagaimana Cara Melaksanakan Imunisasi dalam Masa COVID-19?
Jadi, dari webinar ini bisa disimpulkan jika Ikatan Dokter Anak Indonesia mengharapkan agar tenaga kesehatan, orangtua, dan masyarakat memahami pentingnya melengkapi imunisasi sesuai usia, agar anak terlindung dari berbagai penyakit yang berisiko menimbulkan kecacatan dan kematian. Dengan demikian, sebaiknya pelayanan imunisasi tetap berjalan dengan mengikuti aturan-aturan tertentu sesuai keadaan dalam masa pandemi ini.
Nah, orangtua sebaiknya mencocokkan jadwal imunisasi anak agar dapat merencanakan kunjungan ke fasilitas kesehatan yang melayani imunisasi. Fasilitas kesehatan yang melayani imunisasi hendaknya sudah melakukan pemisahan kunjungan anak sehat untuk imunisasi dari kunjungan pasien yang sakit. Sehingga, apabila direncanakan dengan baik, diharapkan layanan imunisasi dapat tetap berjalan, dan sedapat mungkin cakupan imunisasi diupayakan tidak turun terlampau rendah.
Finally, untuk informasi selengkapnya tentang imunisasi dan keterangan mengenai Ikatan Dokter Anak Indonesia dan hal-hal terkait tumbuh kembang anak dapat dilihat di:
web: www.idai.or.id | IG: @idai_ig | FB Ikatan Dokter Anak Indonesia | Twitter: @idai-tweets.
Baiklah teman-teman, semoga selalu sehat dan informasi ini bermanfaat. Dan semoga, jika COVID-19 berakhir nanti, program imunisasi bisa dilaksanakan dengan normal kembali.
#BPNRamadan2020
Salam Semangat
Saya kemarin juga berpikir hal ini mbak, bagaimana anak-anak yang harus diimunisasi di masa pandemi ini. Ternyata memang harus bersiap dan membuat janji. Kemarin beberapa kali Puskesmas dekat rumah membatalkan imunisasi karena mengundang keramaian. Semoga masa pandemi ini berakhir dan anak-anak dapat segera di imunisasi ya mbak.
BalasHapusLengkap sekali artikelnya, ya. Semoga pamdemi segera berlalu agar segalanya dapat berjalan normal kembali
BalasHapusFufu~ saya nih termasuk yang maju mundur utk k rs imunisasi anak. Takut bawaannya buat k rs, keluar rumah aja was2. Tapi demi kebaikan anak harus ditekadkan insha Allah baik2 saja ya..
BalasHapusKemarin temanku jg ada yang sempet bingung krn waktunya imunisasi anaknya. Untungnya zaman skrng banyak klinik vaksin yang lepas dr RS. Kalau di area Bogor kalau gak salah udah ada bbrp RS yang bikin vaksinasi drive thru gtu mbak. Namun nunggu dijadwalin dulu kyknya.
BalasHapusUnutngnya vaksin anak2ku udh lengkap mba. Jd ga terlalu pusing mikirin kapan hrs kesananya. Tapi Sabtu kmrn aku sempet ke RSIA tambak, utk vaksin trakhir HPV, kalo ini akunya yg vaksin :p. Naaah aku ngeliat prosedur di RSIA tambak ini, tempat pendaftaran jd ada sekat kaca. Dan orang2nya jg di minta utk jaga jarak. Petugas medisnya kayak dokter malah pake APD lengkap. Dokter UGD yg nyuntik aku jg pake APD. Tapi ttp aja, kalo memang ga perlu bgt, aku sbnrnya jg ga bakal mau ke RS dulu.
BalasHapusKmrn itu Krn memang udh waktunya jarak maksima utk ngelakuin vaksin HPV ke3. Jd mau ga mau aku hrs dtg
Sebagian besar masyarakat memilih untuk menunda ke rumah sakit atau puskesmas.. semoga pandemi segera hilang
BalasHapusBaru banget kami di grup teman kuliah ngomongin cucu teman-teman yg mau diimunisasi. Ternyata engga boleh terlewat, walau ada pandemik, tetap harus imunisasi. Mekanismenya iya, janjian ama tenaga medisnya. Cuma boleh Ibu dan bayinya aja. Bapaknya nunggu di luar. Yang ketar-ketir, eyangnya di rumah. Hehe...
BalasHapusAku kemarin sempat mencari informasi terkait Imunisasi juga mba dan ternyata kita memang perlu buat janji dulu. Alhamdulillah tempat imunisasinya juga dipisah. Di puskesmas inti digunakan bagi mereka yg sakit dan puskesmas pembantu digunakan untuk imunisasi anak
BalasHapusBeberapa hari lalu temanku baru aja whatsapp aku nanyain kalau vaksin bisa di tunda apa enggak, aku langsung kasih tahu aplikasi yang bisa datangin dokter ke rumah, karena kalau imunisasi ketunda takutnya malah kelupaan
BalasHapusKalau di tempat saya tinggal posyandu-nya distop dulu, mbak selama pandemi corona ini. Semoga saja wabah ini bisa segera berakhir agar anak saya bisa imunisasi
BalasHapusSyukyurlahhhh imunisasi tetap bisa berjalan dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini. Makasih sharingnya, mba Dian. Informasi ini berguna banget. Terutama buat saya yang masih punya balita ini.
BalasHapusUaaah ya ampun...aku nggak kepikiran ini karena anak-anakku sudah besar, nggak kebayang deh kalau aku ada diposisi punya bayi harus imunisasi dan kondisi lagi begini..duh makasih infonya ya mbak..biar nanti aku share temen yang punya bayi...
BalasHapusDi tempat ku posyandu aja di stop dulu biasanya rutin tiap bulan, semoga pandemi ini cepat berakhir. Yang ribet bukan masalah vaksin tetapi semuanya kayak aq kmrn sakit gigi mau ke dokter gigi ribet, terus muka jerawatan mau konsul ribet
BalasHapusMInggu kemarin anak saya kedua hampr 11 bulan akhirnya imunisasi MR juga setelah menunggu 1 bulan dari jadwal pasnya di 10 bulan, menunggu covid 19 ini selesai. akhirnya kami janjian dulu dengan ibu bidannya agr tak banyak antri. fyi jg bs imunisasi homecare tapi harganya 3x hihi
BalasHapusSemoga pandemi corona segera diangkat oleh Allah, semoga semuanya lekas kembali normal.
BalasHapusAuto ngecek buku imunisasi anak nih, apa ada yang kelewatan. Alhamdulillah lengkap. Setidaknya bisa kembali #dirumahaja.
BalasHapusNah sayapun penasaran dengan hal ini, masa PSBB posyandupun pasti tidak dapat diselenggarakan solusinya kita datangi pelayanan kesehatan terdekat dengan tempat tinggal.jaga jarak satu dengan yang lainnya.
BalasHapusmasa PSBB sprt ini kasian para ibu was2 utk ngajak anaknya buat imunisasi. jd ingat adek ipar sy bawa anaknya ga ke puskesmas tp di klinik Ibu Anak. setdknya agak kondusif n ga rame klu d klinik
BalasHapusAlhamdulillah yaa ada solusi untuk hal ini. Untungnya anakku yang bungsu sudah imunisasi lengkap.
BalasHapusImunisasi emang tetap harus dilakukan ya mbak.
BalasHapusBisa terus imunisasi asal taat protokolnya ya