#AiruntukKehidupan: Antisipasi Ancaman Bencana Kekeringan Tahun 2020
#AiruntukKehidupan: Antisipasi Ancaman Bencana Kekeringan Tahun 2020
"Bu, air di rumah gimana, di tempat saya kok kecil sekali keluarnya ya?"
"Di rumah saya biasa aja, Bu."
"Saya masih sama, Bu. Duh semoga enggak sampai gitu ya!"
"Wah, jangan-jangan mulai kekeringan nih. Jadi kecil airnya. Kan udah kemarau ini!"
WAG ibu-ibu kluster Anyelir komplek perumahan saya pagi-pagi sudah rameee! Tetangga ada yang ngeluh air di rumahnya mulai mengecil. Komplek saya memang menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih rumah tangga karena jaringan PDAM belum ada. Padahal, wilayahnya masuk Provinsi DKI Jakarta. Meski memakai air tanah di Jakarta ngeri-ngeri sedap terkait tingkat polusi juga ketersediaannya, tapi kami tak punya pilihan lagi. Yang bisa saya lakukan saat ini hanya berusaha menghemat pemakaian pun mengantisipasi terjadinya kekeringan. Meski, Alhamdulillah sejak tinggal di sini 13 tahun yang lalu, air di rumah saya aman-aman saja. Padahal sejak ada kluster ini, sudah ada 5 dari 10 penghuni, pernah mengalami kekeringan airnya. Hm, apakah mungkin karena saya dan keluarga sudah melakukan beberapa hal hingga terhindar dari kekeringan ini? Bisa jadi!
Cara Sederhana Saya Menjaga Kelestarian Air Tanah dari Rumah
Air adalah sumber kehidupan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup seluruh makhluk hidup di bumi. Untuk itu, diperlukan cara menjaga kelestarian air yang tepat untuk menjaga satu-satunya planet yang bisa kita tinggali ini. Tidak hanya penting bagi manusia, air juga merupakan bagian yang penting bagi makhluk hidup baik hewan maupun tumbuhan. Bahkan bisa dibilang air merupakan denyut nadi untuk kelangsungan kehidupan.
Ya, manfaat air untuk kehidupan di bumi banyak sekali, diantaranya:
Memenuhi Kebutuhan Cairan pada Makhluk Hidup
Jika air di dalam tubuh kita tidak cukup, maka tubuh akan mengalami dehidrasi. Tidak hanya manusia, hewan dan tumbuhan juga membutuhkan air untuk kelangsungan hidup mereka.
Menjaga Kesehatan Tubuh
Air digunakan untuk membersihkan kotoran atau bakteri yang menempel di tubuh kita. Jika tubuh kita bersih, maka kita pun terbebas dari penyakit yang disebabkannya. Tak hanya itu, air juga kita pakai untuk membersihkan peralatan makan, pakaian dan benda-benda lain jika terkena kotoran.
Menjaga Kelestarian Lingkungan
Adanya air yang terkandung di dalam tanah membuat banyak pepohonan dan tanaman jadi tumbuh subur. Sehingga, lingkungan tempat tinggal kita pun jadi lebih sejuk dan terhindar dari polusi udara.
Untuk Pertanian
Para petani membutuhkan air yang cukup untuk merawat tanamannya. Juga sektor lain yang terkait dengannya.
Hingga, sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga kelestarian air, diantaranya dengan cara:
Tanam Pohon di Sekitar Rumah
Saat pertama menempati rumah ini, kondisi sekitar gersang sekali. Posisi rumah saya di sudut, sehingga ada lahan sisa di bagian depannya. Saya dan suami memutuskan untuk menjadikan halaman ini area terbuka dan tidak ada niatan untuk memperluas bangunan. Di sepanjang jalan di sisi depan rumah enggak ada tanaman yang ditanam pengembang. Maklum kluster ini proyek dari pengembang kecil yang hanya menyediakan hunian tanpa fasilitas tambahan. Maka, suami saya berinisiatif menanam pohon di sepanjang bahu jalan ini, juga di halaman tadi. Ada pohon nangka, mangga, jambu biji, salam, jeruk purut dan bunga kamboja. Setahun dua tahun belum kelihatan banget hijaunya. Hingga tahun ketiga saat sudah kelihatan teduhnya, enggak nyangka Pak RT pun tergerak untuk mengikuti langkah kami dengan meminta bantuan bibit ke Dinas Pertanian dan melakukan kegiatan penghijauan di lingkungan RT kami. Diantaranya ada pohon jambu air, mangga dan jambu biji. Hijau deh jadinya RT kami. Meski sayangnya ada saja warga yang menebang pohonnya dengan alasan lahan mau dijadikan parkiran...Hhh, syediih saya jadinya!
Mandi dengan Shower
Di rumah yang sebelumnya (rumah dinas suami dari tempat kerjanya), kamar mandi kami menggunakan bak mandi. Jadi, kalau airnya kotor dan bak akan dibersihkan ada sejumlah air yang akan terbuang. Sungguh sayang! Maka, di kamar mandi rumah kali ini kami memilih menggunakan shower sebagai ganti bak mandi dengan alasan lebih praktis serta hemat air. Dan melengkapi kamar mandi dengan ember kecil dan gayung jika diperlukan.
Oh ya, saya juga memilih hand shower yang memiliki kinerja tekanan air yang lebih baik, tanpa meningkatkan volume air. Penggunaan air pada jenis ini akan berkurang jika dibandingkan dengan shower tangan konvesional. Sehingga secara efektif produk ini bisa menghemat air bahkan sampai 35%. Hm, ramah lingkungan, bukan?
tanam pohon - cuci kendaraan |
Menyiram Tanaman di Pagi Hari
Saya juga membiasakan diri menyiram tanaman di pagi hari. Ini akan memungkinkan air mengalir ke tanah dan mencapai akar tanaman tanpa terlalu banyak air yang hilang akibat penguapan. Juga akan membuat air tersedia untuk tanaman di sepanjang hari. Sehingga tanaman akan dapat menghadapi panasnya sinar matahari dengan lebih baik lagi. Saya juga menggunakan selang air sesuai kebutuhan, biasa untuk tanaman yang di halaman. Atau memakai gembor air kecil yang saya isi dengan air bekas cucian beras atau sayur untuk tanaman yang ada di pot. Juga, saya tidak akan menyiram tanaman jika sebelumnya sudah terkena air hujan.
Mencuci Pakaian dengan Bijak
Saya mencuci pakaian dengan mesin cuci bukaan depan yang berkapasitas sedang. Penting memilih mesin cuci yang sesuai kebutuhan, karena semakin besar kapasitasnya, semakin besar pula daya yang digunakan. Selain itu, beberapa penelitian menyebutkan bahwa konsumsi air pada mesin cuci bukaan depan 60% lebih sedikit daripada konsumsi air pada mesin cuci bukaan atas. Ini disebabkan mesin cuci bukaan atas memerlukan banyak air untuk merendam cucian. Nah, ketika dalam sehari cucian enggak banyak sekali, saya akan mencuci esok harinya. Sayang kan air, listrik dan deterjennya jika enggak dioptimalkan jumlah cuciannya?
Menggunakan Keran Aerator
Aerator adalah sebuah mesin penghasil gelembung udara yang gunanya membatasi aliran air dari keran. Untuk melakukan penghematan air terutama saat mencuci piring, saya memilih jenis keran aerator di sink/bak cuci piring.
mandi dengan shower - siram tanaman |
Segera Mengganti Jika Ada Kebocoran Keran atau Pipa
Satu tetes air pada keran/pipa yang bocor dapat membuang sekitar 24.000 liter air/tahun. Maka, segera memperbaiki kebocoran atau mengganti keran/pipa adalah solusinya! Saya secara berkala meminta jasa kuras water torn sekalian untuk memeriksa pipa jika ada kebocoran.
Pergi ke Tempat Cuci Mobil
Di tempat cuci mobil, selang yang digunakan adalah yang bertekanan tinggi sehingga bisa menghemat penggunaan air. Maka mencucikan kendaraan baik mobil ataupun motor di sana adalah pilihan terbaiknya. Tapi jika ternyata meski #dirumahaja dan tetap mencuci kendaraan kita, lebih baik saya pakai ember dan lap biasa agar hemat penggunaan airnya.
Saling Mengingatkan Anggota Keluarga
Jika anak-anak mandinya terlalu lama, saya akan ingatkan agar selesai segera. Demikian juga mereka mengingatkan saya. Tidak hanya masalah pemakaian air saat mandi saja tapi juga saat menggosok gigi ingat matikan kerannya, pun ketika menyabuni tangan juga demikian. Juga, saling mengingatkan selalu tutup keran air dengan benar setelah penggunaan: ketika berwudhu, mencuci tangan, cuci piring, menyiram tanaman dan lainnya. Sehingga air dari keran tidak terbuang sia-sia.
Nah, itulah beberapa hal sederhana yang saya lakukan untuk menjaga kelestarian air tanah dari rumah. Tentu, cara ini bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing yaaaaa
Meski banyak pihak mengatakan aksi individu dan domestik tidak berdampak signifikan jika orang lain tidak melakukan hal serupa, tapi paling tidak saya sudah berbuat nyata untuk antisipasi sebuah bencana!
Memang, banyak yang lupa jika krisis perubahan iklim yang terjadi di depan mata kita merupakan produk gaya hidup dari miliaran manusia. Sehingga, tindakan berskala rumah tangga yang bisa mengarah pada perubahan perilaku merupakan bagian penting dari perubahan yang ingin kita capai bersama. Juga, perubahan di skala rumah tangga bisa membentuk tata kelola lingkungan bagi generasi masa depan. Seperti jika saya mencontohkan pada anak-anak, maka mereka akan terbiasa berperilaku sama kelak. Ya, kita hanya perlu memulai, dan ini bisa kita lakukan dari dalam keluarga kita sendiri!
Tapi, sejatinya sejauh mana sih bencana kekeringan akan mengancam kehidupan kita nanti?
Ancaman Bencana Kekeringan Tahun 2020
Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang diterbitkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di tahun 2019 cukup mengejutkan. Terlebih terkait ketersediaan air di Jawa yang menjadi pulau terpadat di Indonesia.
“Saat ini ketersediaan air sudah tergolong langka hingga kritis di sebagian Jawa dan Bali, sementara Sumatra bagian selatan, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi bagian selatan akan langka air pada tahun 2045,” demikian tertulis di salah satu bagian terbitan terkait ketersediaan air.
Selain itu, hasil proyeksi yang dilakukan pihak Bappenas menemukan, akan terjadi kelangkaan air baku pada beberapa wilayah di Indonesia. Hal ini terjadi akibat dampak dari perubahan iklim global serta rusaknya hutan. Luas wilayah yang mengalami kritis air pada tahun 2045 diprediksi mencapai 9,6 persen wilayah di Indonesia atau setara dengan dua kali luas pulau Jawa.
Belum lagi kualitas air yang juga terus menurun, terutama terjadi di kota-kota besar. Pasalnya, air permukaan sungai terus mengalami pencemaran dan rusak. Penyebabnya adalah eksploitasi air oleh manusia, limbah rumah tangga, dan kegiatan industri.
Duh! Jadi kekeringan ini tidak hanya akan menimpa lingkungan saya saja tapi di sebagian wilayah Indonesia? Nyesek mikirnya!
Well, isu air bersih memang sering tenggelam oleh hingar-bingar isu lainnya. Padahal air bersih diamanatkan secara terang benderang oleh konstitusi. Bukankah pasal 33 UUD 1945 menyatakan:
"Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat?"
Bukan cuma menjadi hak konstitusi saja, air bersih juga menjadi Hak Asasi Manusia (HAM) bagi setiap warga negara. Tak mengherankan jika penyediaan air bersih menjadi salah satu parameter untuk mengukur standar hidup layak dalam komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan tingkat kemiskinan di setiap negara.
Penyebab Krisis Air
Nah, dari penelitian, faktor terbesar penyebab krisis air di Jawa adalah perubahan iklim. Tepatnya, ada perubahan siklus air yang membuat lebih banyak air yang menguap ke udara karena peningkatan temperatur akibat perubahan iklim, di mana kondisi ini berpengaruh pada keseimbangan neraca air.
Keseimbangan neraca air ini, akhirnya berpengaruh pada ketersediaan mengingat kebutuhan semakin meningkat akibat pertumbuhan penduduk serta perubahan tata guna lahan. Air yang seharusnya diserap masuk ke tanah dan bertahan lama di darat menjadi air limpasan yang langsung masuk ke saluran air ke sungai dan laut karena tanah menjadi lapisan kedap air akibat perubahan fungsi lahan. Akibatnya, daerah-daerah yang mengalami defisit air meluas, sementara wilayah-wilayah basah di bagian barat dan tengah Jawa semakin berkurang. Bahkan lewat proyeksi iklim Representative Concentration Pathways 4.5, rata-rata defisit air dalam setahun di Jawa disebutkan akan terus meningkat sampai tahun 2070. Hiks!
Tak hanya itu, alih fungsi lahan dari area resapan menjadi pemukiman dan daerah industri mengancam sumber air di Jawa. Pasalnya, Jawa masih menjadi daerah industri andalan. Akibatnya, tahun 2040 diprediksi semua wilayah di Pantai Utara Jawa mulai dari Banten sampai Surabaya akan menjadi wilayah urban yang berpotensi mengalami defisit ketersediaan air.
Kemudian, menyoal tentang ketersediaan air tentu saja tidak dapat dipisahkan dengan komponen biotiknya. Seperti keberadaan hutan yang mempunyai fungsi hidrologis dan biosfer. Peran hutan sangat strategis. Tingginya angka lahan kritis disebabkan oleh konversi kawasan hutan menjadi areal non-kehutanan, perladangan, perambahan hutan serta illegal logging. Laju kerusakan hutan terus meningkat sehingga ancaman kekeringan pada musim kemarau dan kebanjiran saat musim penghujan dipastikan akan terus berulang.
sumber: bnpb.go.id |
Apa yang Harus Dilakukan?
1. Mulai dari hal sederhana, membudayakan penghematan air. Ada daerah yang kekeringan, sementara ada juga daerah yang sampai kelebihan. Neraca air ini harus diseimbangkan. Jangan sampai karena merasa tempatnya berkecukupan airnya kemudian santuy pakainya. Yuk tetap bijak untuk kebaikan bersama hingga kelak!
2. Kemudian, bisa ikut menjaga kelestarian air tanah dari rumah dengan beberapa langkah seperti yang saya lakukan tadi. Ditambah, hendaknya kita mengurangi produksi sampah terutama sampah plastik yang susah terurai dan bisa mencemari air. Diantaranya dengan membawa tas belanja sendiri, mengurangi pembelian produk- produk yang menggunakan bahan plastik juga membawa botol isi ulang dan air minum sendiri ketika bepergian.
3. Melakukan daur ulang barang, seperti botol air mineral yang dapat di daur ulang menjadi mainan anak-anak, plastik kemasan yang bisa di daur ulang menjadi aneka kerajinan, celana bekas diubah jadi tas, dan lainnya. Jika tidak bisa melakukan sendiri, bisa disetorkan ke bank sampah yang kini ada dan siap menampungnya. Atau diberikan ke pemulung saja.
4. Membuang sampah pada tempatnya, karena jika dibuang sembarangan sampah membuat air tercemar dan kotor. Sampah juga dapat menyumbat aliran sungai dan selokan, sehingga merusak kelangsungan hidup manusia dan ruang publik untuk kehidupan.
5. Meminimalisir penggunaan bahan kimia dan membuangnya dengan benar untuk melindungi perairan global. Karena, ketika bahan-bahan kimia yang telah dipakai larut ke dalam air, maka mereka akan dapat merusak ekosistem air tersebut. Juga, bahan berbahaya seperti cat, oli atau bahan kimia lainnya jika dibuang dengan sembarangan dapat mencemari air di sekitarnya. Dampaknya akan kembali ke manusia itu sendiri. Air akan tercemar dan susah untuk dicari dan dikonsumsi.
6. Berkontribusi menjaga keberlanjutan lingkungan demi keberlangsungan sumber daya air secara kuantitas dan kualitas di masa depan. Misalnya dengan mengikuti kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan, berdonasi untuk kegiatan penghijauan, membagikan informasi terkait cara bijak menggunakan air, mencontohkan pada sesama berbagai cara melestarikan air juga mendukung upaya penegakan aturan tentang air untuk kehidupan.
7. Berbagai permasalahan tentang air seperti kekurangan air bersih, pencemaran, bencana kekeringan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah ketidakpahaman masyarakat tentang cara melestarikan air. Oleh karena itu, masyarakat perlu mendapatkan edukasi tentang pentingnya menjaga kelestarian air. Edukasi ini dapat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan atau seminar baik untuk masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Warga juga dapat diajak untuk bergotong royong membersihkan lingkungan dari sampah yang mencemari air tanah. Dengan demikian, kesadaran masyarakat akan terbangun dan dapat berperan aktif dalam melestarikan sumber air.
sumber: https://bpbd.bantenprov.go.id/id/read/siaga-bencana-kekeringan.html |
Ruang Publik KBR: Antisipasi Ancaman Bencana Kekeringan 2020
Nah, edukasi terkait #AiruntukKehidupan ini bisa dilakukan baik secara tatap muka maupun lewat berbagai media. Apalagi saat kita dihimbau untuk #dirumahsaja di tengah wabah corona yang meraja. Radio, bisa jadi pilihan sebagai media penyuluhan.
Seperti yang dilakukan KBR, penyedia konten berita berbasis jurnalisme independen yang berdiri sejak 1999. Dengan dukungan reporter dan kontributor terbaik di berbagai kota di tanah air dan Asia, produk KBR telah digunakan lebih dari 500 radio di Nusantara dan 200 radio di Asia dan Australia. Berita-berita KBR juga bisa disimak secara luas lewat website KBR.id, juga di media sosial Facebook, Youtube, Twitter dan Podcast.
Yang terbaru, ada siaran talkshow Ruang Publik serial Perubahan Iklim, selama periode Mei-Juni 2020 dengan aneka tema menarik. Kita bisa mendengarkan secara streaming di KBR.id, menyimak di radio jaringan KBR di Nusantara, memutarnya kapan saja di podcast Ruang Publik atau di channel Youtube-nya.
Nah, isu yang menyoal #AiruntukKehidupan menjadi tema Ruang Publik KBR pada hari Jumat, 22 Mei 2020 pukul 09.00-10.00 lalu, dengan judul "Antisipasi Ancaman Bencana Kekeringan 2020."
Sebuah perbincangan menarik antara host Don Brady dengan Koordinator Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (KRuHA), Muhammad Reza serta kelompok masyarakat peduli air dari Yayasan Air Kita Jombang, Jawa Timur, Cak Purwanto.
Muhammad Reza - Koordinator Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (KRuHA)
Muhammad Reza menyatakan, krisis air berbeda dengan krisis pangan yang sifatnya lokal, karena kejadian di satu tempat akan berdampak ke tempat lainnya dengan skala yang luas, lantaran air saling terhubung. Apalagi air punya siklus alami (penguapan-pembentukan awan-turun hujan).
Sementara jika bicara tentang krisis, dikatakannya ada dua pandangan yang berbeda:
- Krisis air yang berarti kelangkaan
Berbeda dengan pangan jika ada kelangkaan maka bisa dilakukan intensifikasi produksi, air tidak bisa begini karena diproduksi secara alami dengan jumlah air di bumi ini konstan.
- Krisis air berarti ketidakadilan
Krisis air di Indonesia sangat berbeda dengan krisis air di Timur Tengah atau Afrika, misalnya. Ini diantaranya dipengaruhi oleh kebijakan politik, perilaku masyarakatnya serta situasi iklim.
Sejak lama krisis air sudah mengemuka di dunia. Dikatakan penggunaan air tidak disiplin karena air dapat diperoleh secara gratis. Krisis air kebanyakan disebabkan oleh kesalahan pengelolaan. Di mana ideologis suatu negara dalam memandang air akan berpengaruh pada kebijakan yang diambil.
Masalahnya, saat ini sulit diprediksi situasinya, musim kemarau harusnya tidak hujan, malah kebanjiran. Atau musim hujan tapi yang ada malah bencana kekeringan. Harusnya kita bersyukur berada di Indonesia yang ada di zona khatulistiwa. Di mana tingkat kelembaban dan curah hujan tinggi. Bahkan disebutkan "jatah air" orang Indonesia itu 9x rata-rata orang di dunia. Tapi faktanya ada 119 juta rakyat Indonesia yang tidak mendapatkan akses air bersih dan sanitasi yang layak yang berdampak pada penyakit yang bisa membunuh dan lebih jauh berpengaruh pada tingginya tingkat kematian.
"Jadi, bisa dibilang, Indonesia itu berada di "surga" tapi buruk pengelolaannya!" tegas Muhammad Reza.
BNPB memprediksi 30% wilayah Indonesia tahun ini mengalami kemarau panjang, tapi ternyata polanya susah untuk diperkirakan. Seperti intensitas hujan luar biasa tapi interval waktunya pendek. Juga, banyak kejadian terkait iklim yang dulu tidak pernah kita alami, tapi kini terjadi. Misalnya di satu komplek perumahan, yang ujung panas, ujung lainnya hujan.
Terkait prediksi ini didapatkan fakta dari 15 ribuan bencana di Indonesia, 65 % adalah bencana yang terkait air dan ini terjadi berulang. Di mana harusnya ini bisa diantisipasi. Hal ini, menurut KRuHA, termasuk dalam pelanggaran HAM, karena sudah terjadi berulang-ulang, bisa diprediksi, ada alternatif variasi solusi, tapi secara serius tidak kunjung ditangani.
Sementara terkait kebijakan pembangunan 1000 waduk pada 2014, menurut Muhammad Reza, tidak efektif. Karena yang terjadi di Indonesia bukanlah krisis alam, tapi krisis pengelolaan. Salah kelola ini dilegitimasi oleh kebijakan yang sampai saat ini bersifat hidrosentrik, misalnya daerah yang menyimpan air malah dihancurkan untuk pembuatan waduk. Hingga bisa dibilang, pembangunan waduk bukan menyelesaikan masalah tapi malah menimbulkan masalah!
Maka, sebenarnya menurut Muhammad Reza, Indonesia saat ini sedang menghadapi 3 masalah:
- Kekeringan: cadangan BULOG hanya sampai Agustus, akan terjadi krisis beras dan selanjutnya krisis pangan.
- Pandemi COVID-19
- Kebijakan pemerintah yang enggak nyambung, banyak tindakan maju di masyarakat yang melindungi alam yang dirusak oleh kebijakan yang dilegitimasi
Kemudian Muhammad Reza juga menyatakan bahwa kearifan lokal dan gerakan akar rumput seperti yang dilakukan Cak Purwanto dengan Yayasan Air Kita, bisa menjadi pertahanan kita saat ini. Karena menurutnya kalau kita menunggu pemerintah bergerak bakal lama.
Muhammad Reza lebih jauh juga menekankan jika problema yang ada itu sifatnya paradigmatik. Maka perlu mengubah cara pandang pemerintah dan masyarakat tentang masalah air ini. Fakta dan data sudah ada tapi belum ada kebijakan yang nyata! Hingga diperlukan tindakan di masyarakat diantaranya menekan pemerintah mengubah kebijakan. Karena air di Indonesia yang harusnya barang publik tapi nyatanya menjadi barang properti, membuat yang enggak punya duit bakal sulit!
"Maka, negara harus turun tangan, daerah sumber air jangan diutak-atik, mesti dijaga! Sementara daerah defisit air dibantu dengan pipanisasi, misalnya!" ujarnya lagi.
Sementara terkait perubahan iklim, Muhammad Reza menegaskan, ini terjadi diantaranya karena ulah manusia, yang telah mengubah bentang alamiah, seperti DAS dirusak demi menunjang pertumbuhan ekonomi.
Hingga, untuk antisipasi ancaman bencana kekeringan ini, Muhammad Reza menyimpulkan, diperlukan:
- Solidaritas air di mana perlu sinergi dari semua elemen agar kelestarian air tetap terjaga
- Komitmen pemerintah untuk menaati pembatalan konstitusi tentang air yang ada
Cak Purwanto - Pendiri Yayasan Air Kita Jombang, Jawa Timur
"Yayasan Air Kita adalah lembaga non profit yang didirikan sejak 2017 yang bergerak di bidang keagamaan, sosial, pendidikan non formal, kesenian yang kesemuanya ditujukan untuk mensosialisasikan pelestarian air terutama air hujan," demikian Cak Purwanto, pendiri yayasan ini menjelaskan.
Beberapa kegiatannya:
1. Panen Air: Yayasan Air Kita mengedukasi warga agar menampung air hujan untuk kebutuhan air minum. Gerakan yang lebih ke akar rumput, ke masyarakat secara langsung, berkegiatan ke kampung-kampung atau sekolah-sekolah.
Ini diantaranya didasari oleh kekeringan di Jombang yang disebabkan: perubahan iklim, faktor geologi/ kondisi tanah di daerah yang kekeringan, ulah oknum perusak lingkungan yang memengaruhi sumber mata air.
2. Pendampingan siswa usia TK-SMA dalam berbagai kegiatan, ada kelompok belajar di mana ada materi tambahan yang menyoal pentingnya pelestarian air.
3. Republik Air Indonesia: kelompok wayang beber untuk edukasi pelestarian air sekalian kebudayaan
4. Sholawatan Air Hujan: festival tahunan kebudayaan yang mengumpulkan berbagai elemen masyarakat untuk edukasi air dan pemanfaatannya melalui diskusi, pertunjukan seni, workshop dan lainnya.
Sementara menyikapi, bencana kekeringan 2020, Cak Purwanto mengungkapkan, krisis air tidak hanya persoalan tentang kuantitas air tapi juga kualitas air, maka antisipasi ancaman bencana kekeringan di tahun ini bisa dilakukan dengan cara:
- Yayasan Air Kita merekomendasikan masyarakat untuk menggunakan air hujan karena kualitasnya yang lebih bagus saat ini
- Membuat biopori skala kecil di rumah, gerakan lambat tapi pengaruhnya luar biasa jika dikerjakan bersama
- Perlu sinergi dari semua elemen masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan ini
Jadi, Apa Makna Perubahan Iklim Bagi Kita?
Kelestarian air bisa terjaga jika seluruh masyarakat turut andil, termasuk saya dan teman-teman semua. Jadi tunggu apalagi, yuk segera berkontribusi demi kelangsungan #AiruntukKehidupan serta ikut serta mengantisipasi ancaman bencana kekeringan di tahun ini!
Percaya, langkah kecil kita akan berdampak besar jika dilakukan bersama!
Well, terkait dengan bencana kekeringan ini, menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), penumpukan emisi gas rumah kaca di atmosfer sejak masa praindustri sampai sekarang telah mengakibatkan suhu rata- rata bumi naik sekitar 1 derajat Celcius. Jika tak ada pengurangan emisi gas rumah kaca besar-besaran, IPCC memprediksi dalam dua atau tiga dekade mendatang suhu rata-rata bumi bisa naik lagi sampai melebihi 1,5 derajat Celcius.
Kenaikan suhu ini diramalkan akan menimbulkan perubahan iklim global secara signifikan, yang akhirnya menimbulkan banyak bencana bagi manusia. Misalnya: musim kemarau kian panjang, risiko kekeringan meningkat, angin puting beliung berpotensi makin kuat dan makin sering muncul, es kutub mencair dan permukaan air laut berpotensi meninggi 30 cm sampai 1 meter pada tahun 2100.
Setiap orang, setiap daerah, pasti punya ceritanya masing-masing soal perubahan iklim. Apakah teman-teman punya cerita soal dampak perubahan iklim yang dirasakan sehari-hari? Punya solusi praktis untuk menghadapi perubahan iklim dari rumah? Punya cerita soal komunitas yang berupaya melawan dampak perubahan iklim?
Yuk ceritakan lewat tulisan dan ikuti lomba blog #PerubahanIklimKBR yang akan diselenggarakan selama lima periode, dari Mei hingga Juni 2020!
"Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog "Perubahan Iklim" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN)"
referensi:
https://kbr.id/nasional/05-2020/jaga_bumi_sembari_ikut_lomba_blog_perubahan_iklim_/103105.html
http://lipi.go.id/berita/krisis-air-di-jawa-dan-bagaimana-kita-harus-menyikapinya/21725
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/cara-menjaga-kelestarian-air
https://productnation.co/id/lifestyle/20278/cara-menghemat-air-bijak-indonesia/
https://bobo.grid.id/read/081684504/jumlah-air-bersih-semakin-sedikit-padahal-ini-manfaat-air-untuk-kehidupan
Salam Bahagia
Wah makasih tipsnya Mbak Dian, memang bijak menggunakan energi dimulai dari rumahtangga, dari hal kecil seperti menggunakan keran aerator misalnya (ini udah aku aplikasikan), o ya aku pun pernah nggak sadar tagihan air naik, trnyata ada kebocoran pipa yg lumayan besar, makanya emang harus dipantau banget ya. Terimakasih sudah berbagi Mbak, semoga banyak yang terinspirasi supaya bijak menggunakan energi untuk masa depan bumi kita yang lebih baik
BalasHapusBijak dalam memakai air dan ikut serta menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab semua orang. Terima kasih tipsnya Mbak, bisa menjadi pengingat diri agar lebih bijak lagi dalam menggunakan air dan ikut serta menjaga ketersediaan air bersih. Semoga banyak dari masyarakat yang bisa ikut dalam menjaga ketersediaan air bersih ini.
BalasHapusBijak menggunakan air juga kerap saya terapkan di rumah. Meski di Malaysia harga listrik dan air murah, tetap saja saya akan mengomel berkepanjangan jika ada penggunaan listrik dan air yang tidak semestinya. Alhamdulillah, anak-anak jadi lebih sadar akan hal ini meski tetap saja beberapa kali harus diingatkan karena suka lupa. Hadeeh..
BalasHapusIni nih. Yuni di kosan juga udah pakai shower sih. Tapi di Madura masih pakai bak mandi. Bener, kalau pas mau bersihin baknya memang kudu buang air. Sayang sih, tapi ya mau bagaimana lagi.
BalasHapusKudu pakai shower juga nih biar bisa menghemat air juga,,,
Aduh air. Aku kebagian tinggal di Bagian indonesia yang beriklim kering. Nenyambut kemarau lebih awal dan musim hujan belakangan. Perbedaan ketersediaan airnya kerasa banget. di desa tempat lahirku tuh klo kemarau sangat kesusahan air. Sumur2 kering bersamaan, bahkan yang ditengah sawah pun ikut kering. Peran segala pihak ink sangat diharapkan
BalasHapusyess mbak, langkah kecil kita akan berdampak besar jika dilakukan bersama. Saya pun mulai menanam pohon di belakang rumah dan berkebun di samping rumah. Meski terlihat sederhana paling tidak bisa mengurangi pemanasan global. Kami di rumah juga pakai air sungai untuk cuci baju atau motor, intinya berusaha menghemat air lah. Mkaasih tipsnya mbak dian sangat menginspirasi
BalasHapusSejak pindah ke rumah yang sekarang saya tempati, saya betul-betul bersyukur dengan cara menghemat air. Soalnya saya tinggalkan rumah lama karena faktor kekurangan air. Sedih sekali tuh saat kita tak bisa mendapatkan air, mesti numpang ke tetangga.
BalasHapusDuh... kok sedih dengan pernyataan Indonesia itu berada di surga tapi buruk penanganannya... Hiks... semoga ke depan makin banyak yang peduli pada lingkungan.baik kebersihannya maupun pemeliharaannya termasuk pemanfaatan air sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga nggak hanya menghemat, tapi kita juga akan lebih sehat karena air terpelihara kebersihannya
BalasHapusklo ngomongin air, memang gk lepas dr keberlangsungan hidup manusia dibumi ya mba. Dampaknya signifikan sekali apalagi skrng seolah2 peraturan ygd ilegitimasi pemerintah dapat mewujudkan krisis air yg merata di indonesia. oia mba mau nanya ,klo ikutan lombanya di beberapa episode aja boleh gk ya?
BalasHapusayo kampanyekan besar-besaran supaya kita terhindar dari ancaman kekeringan.
BalasHapusada banyak banget referensi yang mom share dan akan saya terapkan juga di rumah.
Antisipasi yang paling baik memang dari rumah Mbak. Dari kehidupan sehari-hari. WAjib banget itu tah. Dan tiap rumah punya cerita antisipasinya sendiri. Yang terpenting mari banyak kabarkan tentang hal ini.
BalasHapusSedih banget nih kalau kekeringan melanda. Boro boro bisa mandi, cuma buat masak air aja.
BalasHapusAir makin tahun makin langka dan tingkat hunian juga nambah banyak di jakarta
Air adalah sumber kehidupan. bener kan mbak? KArena kalau gak ada air emang semua bakal kesulitan. Sudah saatnya kita bergerak dan bertindak untuk mengantisipasi bencana kekeringan. Setuju banget kata mbak dia langkah kecil akan berdampak besar jika dilakukan bersama-sama.
BalasHapusMantap banget mbak ulasannya. Lengkap selengkap lengkapnya. Ancaman kekeringan memang sudah harus jadi fokus kita bareng bareng.
BalasHapusOh ya mbak, Januari kemarin saya ke Yogyakarta dan datang ke Rumah Hujan di sekitaran Sleman. Salah satu cara agar ketersediaan air tetap ada memanfaatkan air hujan. Curah hujan di Indonesia di bulan bulan tertentu banyak dan melimpah tapi terbuang begitu saja. Padahal aor hujan itu bersih asal tahu caranya.
Di sekolahku udah mulai nih nbak pasang perangkat penampung air hujan yang nantinya bosa digunakan untuk pengunaan air sehari hari termasuk untuk minum.
Alhamdulillah anak-anak di rumah selalu diingatkan untuk berhemat energi terutama air Mba. Caranya hampir sama kayak Mba Dian, mandi dengan shower dan juga selalu matikan keran air bila tidak diperlukan.
BalasHapusKami memakai air dari PDAM mba, namun tetap saja harus bijak menggunakan air.
Air di tempatku tinggal Sekarang juga kecil mba. Kadang mikir apa airadi tanah udah berkurang banyak gitu.ah iya karena perubahan iklim yah. Terimakasih tipsnya mba.. beneran berusaha lebih bijak nih dalam penggunaan air
BalasHapusSebentar lagi kita udah mau masuk musim kemarau mba. Tapi aku udah mulai deg-degan nih mba Dian. Soalnya pernah pas musim kemarau tahun kemarin, di rumah aku pernah susah air bahkan pernah sampai minta ke tetangga. Saking keringnya. Perubahan iklim yang drastis ini bikin aku suka ga tenang juga. Soalnya kalau hujan, daerahku malah banjir walau allhamdulillah rumahku nggak kena. Cuma tetep aja kan ngeri musim kemarau ama musim hujan ini menakutkan. Soalnya dampaknya gede banget. Makanya aku termasuk dari dulu yang hematttt banget ama air. Kasian bumi kita semakin tua dan makin rusak aja oleh tangan-tangan manusia
BalasHapusKalau dikampung saya, masalah air memang dekat dengan kehidupan. Apalagi tinggal dipesisir yang airnya payau. Nah, berkah air tawar kami dapatkan ketika hujan, jika tidak maka perlu ambil air ke kampung atas. Nah, bagi kami air adalah sesuatu yang berharga dan dampaknya benar2 terasa ketika perubahan iklim. Semoga kita semua bisa melakukan hal kecil untuk menjaga kelestaria air akibat dampak perubahan iklim.
BalasHapusAlhamdillah di rmh sy walaupun menggunakan air tanah masih mengalir bagus krna kbtulan pas ada mata air nya dan sdh di cek di lab ternama kandungan air tnh sehat untuk konsumsi jadi ga perlu beli air galon. Emang sih ya semua jg perlu kesadaran dari penghuni rmh..spti membuat biopori, menanam.pohon , menanam tanaman peneduh, mengatur penggunaan air pd kegiatan rumah tangga dsb. Dengan demikian paling tdk sdh berkontribusi kita untuk menjaga ketersediaan air ya mbak
BalasHapusSelang air bertekanan tinggi seperti yg dipunyai tempat cuci mobil lebih hemat air ya Mbak, dibandingkan di rumah yg biasanya sedang2 aja debit airnya. Nice share nih Mba Dian, cara2 yg Mbak Dian dan keluarga laksanakan sudah bagusss.
BalasHapusSama mba aku juga pakai shower untuk mandi dan untuk masalah kelestarian air ini memang kita semua harus udah aware ya soale masih banyak krisis air di berbagai daerah. Btw semoga menang ya mba 😊
BalasHapusibuku suka teriak teriak kalo tau aku make air tapi nyala dua keran, dan keran satunya padahal airnya udah penuh tapi nggak aku matiin. beruntung ketika musim kemarau air sumur masih mengalir dengan cukup, membayangkan daerah lain yang mengalami kekeringan dan bahkan harus jalan kaki sangat jauh demi mencari air bersih ikut sedih
BalasHapuskalau dari aku sih, mengkaji secara teoritis
BalasHapuslalu hasil kajiannya ditulis di jurnal
biar jadi rujukan bareng2 untuk pemerintah dan swasta
tapi ngerjainnya bareng dosen, hehe
Bahasan ini nih yang paling sering jadi bahan omelan saya di rumah, ketahuan suka ngomel hihihi
BalasHapusAnak-anak punya kebiasaan mandi lamaa dan pakai airnya tanpa pikir, katanya balas dendam sebab pernah beberapa tahun kekurangan air. Wuis balas dendamnya tidak banget. Betewe, artikel ini sangat mengedukasi, makasih sharingnya ya mbak.
Ya ampun sama banget, air cucian beras dipakai buat siram tanaman & terbukti tambah subur lho, hihihi
BalasHapus