Berkunjung ke Istano Basa Pagaruyung
Saat matahari sedang terik-teriknya saya dan keluarga tiba di area parkir Istano Basa Pagaruyung. Tempat parkir yang berlokasi tepat di depan komplek istana dengan kondisi yang penuh dan berantakan. Campur aduk dengan orang yang lalu lalang pun penjual sovenir dan makanan/minuman di kios-kios di sekitar. Begitu turun dari kendaraan, saya segera menuju toilet yang ada di bagian belakang. Dan tetap sama kondisinya seperti saat pertama kali saya dengan teman-teman ke sini di tahun 2018, toilet ini enggak layak untuk wisatawan - apalagi jika sasarannya wisatawan mancanegara. Karena tempatnya yang memprihatinkan! Setelahnya, segera saya berjalan ke arah Istano Basa...ketika gerimis datang tiba-tiba. Membuat saya berbalik arah ke tempat parkir kendaraan dan segera mengambil payung agar tak kehujanan.
Tentang Istano Basa Pagaruyung
Istano Basa Pagaruyung mematok tiket sebesar 15.000 untuk wisatawan nusantara dewasa dan 7.500 untuk anak-anak. Loket tiket berada persis di luar gerbang. Sesudahnya tiket akan diperiksa dan segera kita bisa masuk ke kompleksnya.
Pengunjung hari itu ramai sekaliiii! Maklum kunjungan saya bertepatan dengan libur Natal, 25 Desember 2019. Tak heran di buku tamu yang disediakan di dekat pintu, bertaburan kota asal wisatawan: Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Medan, Padang, Bengkulu.....dan lainnya
Dengan kontur tanah yang agak naik, dilengkapi undakan, nampak megah bangunan menjulang di depan mata. Istano Basa yang lebih terkenal dengan nama Istana Pagaruyung, terletak di Kecamatan Tanjung Emas, Kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat. Berjarak lebih kurang 5 kilometer dari pusat kota Batusangkar, istana ini merupakan objek wisata budaya yang terkenal di Sumatera Barat.
Istano Basa yang berdiri kini adalah replika dari yang asli. Istano Basa yang asli terletak di atas bukit Batu Patah dan dibakar habis pada tahun 1804 oleh Kaum Paderi yang kala itu memerangi para bangsawan dan kaum adat. Kemudian istana didirikan kembali tapi terbakar lagi tahun 1966.
Hingga peletakan tunggak tuo (tiang utama) pada 27 Desember 1976 dilakukan oleh Gubernur Sumatera Barat waktu itu, Harun Zain, untuk menandai proses pembangunan kembali Istano Basa. Bangunan baru ini tidak didirikan di tapak istana yang lama, tapi di lokasi baru di sebelah selatannya. Dan di akhir tahun 70-an, istana dibuka kembali untuk umum.
Sayangnya, pada 27 Februari 2007, Istano Basa mengalami kebakaran hebat akibat petir yang menyambar puncak istana. Akibatnya, Istano Basa hangus terbakar. Ikut terbakar juga dokumen, serta benda-benda peninggalan kerajaan lainnya. Hanya sekitar 15 persen barang berharga yang selamat. Kemudian, istana ini dibangun lagi dengan biaya sekitar Rp 20 miliar. Dan selesai dibangun selama enam tahun dan kemudian diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada Oktober 2013.
Oh ya, tentang Kerajaan Pagaruyung sendiri dari beberapa Tambo (karya-karya sastra yang menceritakan asal sebuah bangsa di Minangkabau), diperoleh informasi bahwa Adityawarman merupakan raja yang pernah berkuasa di kerajaan ini. Ia juga pernah ikut menaklukkan Palembang bersama Patih Gajah Mada, hingga pada suatu masa, Adityawaran memindahkan kerajaan beserta seluruh pemerintahan ke wilayah Minangkabau.
Hingga Kerajaan Pagaruyung terkait erat dengan pengaruh Hindu-Buddha pada abad ke-13. Sedangkan pada abad ke-14 Islam masuk ke Minangkabau, serta semakin berkembang pesat di abad ke-16. Kemudian seiring perkembangan zaman, Kerajaan Pagaruyung berubah menjadi sebuah kerajaan Islam di Minangkabau dengan Raja Islam pertamanya yang bernama Sultan Alif Khalifatullah.
Ada Apa Saja di Istano Basa Pagaruyung?
Bercirikan khas rumah adat Minang, Istano Basa Pagaruyung memiliki gonjong, yaitu ujung runcing pada bagian atap. Disangga oleh 72 buah tonggak serta terdiri dari 3 lantai yang masing-masingnya menyimpan benda peninggalan dari zaman kerajaan. Ada lebih dari 100 replika furnitur dan artefak Minang, yang bertujuan agar istana dihidupkan kembali sebagai pusat budaya Minangkabau serta objek wisata di Sumatera Barat. Ada pula pembagian kamar di lantai dasar yang dulunya dihuni oleh anggota keluarga kerajaan.
Istano Basa Pagaruyung yang dalam bahasa Indonesia berarti Istana Besar Kerajaan Pagaruyung. memang berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga kerajaan dan pusat pemerintahan pada masanya. Dan selain bangunan utama terdapat pula beberapa bangunan lain di area yang sama, seperti Tabuah, Surau, Pincuran Tujuah, hingga dapur.
Jika Istano Basa Pagaruyung dilihat dari luar, maka akan tampak bangunan yang memanjang dengan bagian yang lebih tinggi di ujung kanan dan kirinya yang disebut anjuang. Anjuang adalah ciri khas rumah adat Koto Piliang. Anjuang yang berada di sebelah kanan disebut sebagai Anjuang Rajo Babandiang sedangkan yang di sebelah kiri disebut Anjuang Perak. Anjuang ini adalah ruang kehormatan bagi keluarga kerajaan.
Di lantai dasar ada tujuh kamar untuk putri raja yang telah menikah. Kamar-kamar ini ditutupi kelambu warna-warni. Anak yang paling tua menempati kamar yang paling kanan, begitu seterusnya sampai anak yang termuda. Tepat di tengah ruangan, terdapat sebuah singgasana yang disebut sebagai Bundo Kanduang karena yang duduk di sana memang ibunda raja. Tak hanya itu ada pula replika furnitur dan artefak kerajaan yang dipajang di lantai dasar.
Sementara di lantai dua adalah ruang aktivitas bagi para anak perempuan raja yang belum menikah. Dan ruangan teratas merupakan tempat raja dan permaisuri bersantai sambil melihat kondisi di sekitar istana, ruang penyimpanan harta pusaka sekaligus tempat rapat raja.
Ngapain Saja di Istano Basa Pagaruyung?
1. Di halaman hijau nan luas milik Istano Basa Pagaruyung, kita bisa naik kuda atau sekadar berfoto bersama badut-badut lucu yang ada di sana. Ada juga odong-odong (kereta kelinci) jika ingin berkeliling kompleks istana pun penyewaan sepeda, tinggal pilih saja suka yang mana.
2. Sekarang Istano Basa Pagaruyung dijadikan sebagai pusat pengembangan adat dan budaya Minangkabau. Diantaranya, kita bisa mencoba menjadi orang Minang dengan menyewa pakaian adat khas Minangkabau seharga Rp 35 ribu untuk dewasa dan Rp 30 ribu untuk anak-anak. Pakaian adat ini bisa kita pakai untuk berfoto dengan latar istana atau bergaya ala putri raja di bagian dalamnya. Mau bergaya ala pre-wedding atau post wedding pas banget rasanya!
3. Ada fotografer foto langsung jadi yang menawarkan jasa pada kita (15 ribu/lembar) sekaligus bisa jadi fotografer prinadi kita jika kita bawa sendiri kamera dengan imbalan seikhlasnya
4. Ada beberapa penjaja makanan khas Minang di halaman istana: sate Padang, es tebu, jajanan dan buah lokal juga souvenir. Saya sekeluarga mencoba sate Padang sambil ngedoprok di dekat yang jualan. Lamak bana!!
5. Di tempat parkir tadi sekalian ada kios souvenir dengan harga terjangkau. Kita bisa bebelian kaos, tas, kain dan segala yang khas Minang
6. Berkeliling di kompleks Istano Basa, area dalamnya, seluruh bagian bangunan lainnya dan mempelajari kekayaan budaya salah satu suku yang ada di Indonesia, Minangkabau!
7. Hiking dan Camping: pada bagian belakang Istana Pagaruyung terdapat sebuah bukit bernama Bukit Bungsu, saat ini bukit tersebut bisa didaki karena telah dibangun janjang seribu. Mendaki Bukit Bungsu melalui janjang seribu merupakan atraksi baru hingga wisatawan bisa menikmati keindahan Istano Basa Pagaruyung dari ketinggian. Selain itu wisatawan bisa juga camping di bagian belakang Istana Pagaruyung. Terdapat camping ground di area yang bisa digunakan sebagai tempat untuk berkemah dengan seijin pengelola.
Well, Istano Basa Pagaruyung dengan pesona budayanya semoga terus terawat dan makin meningkat fasilitasnya. Sebaiknya dilakukan perbaikan untuk tempat parkir yang lebih luas, toilet yang lebih layak, juga terkait kerapian dan kebersihan kawasan. Pedagang yang buang sampah seenaknya, pengunjung yang tidak peduli dengan kebersihan lokasi pun perlu edukasi dan pengawasan dari pengelola. Yuk, kita mulai dari diri sendiri untuk menjaga segala hasil budaya Nusantara. Seperti yang sudah dilakukan pada bangunan jejak sejarah Jakarta pada dua bangunan tuanya
Indonesia kaya, bangga kita memilikinya!
Ada yang sudah pernah ke Istano Basa Pagaruyung juga seperti saya?
Salam Bahagia
Keren pengantinnya ^_^
BalasHapusTahun lalu ke sini nih pas puasa jg. Panas banget waktu itu. Jadi dah lemas mau foto2
Huhuu... tahun ini padahal udah bikin agenda pingin journey to Sumbar lho keluarga kami, Mbak Dian,. Pingin mampir juga ke Istano Basa Pagaruyung ini. Ya tapi demi menyelamatkan jiwa dan raga dari Covid-19 ya diikhlaskan ajalah hehe... tfs Mbak
BalasHapusWah, bagus banget ya, Mbak. Saya dari dulu penasaran pengen ke sini, tapi belum kesampaian. Lokasinya itu bikin jiwa travelingku tergugah :).
BalasHapusSemoga yang terkait bagian dengan perawatan dan pengambangan Istaano Basa Pagaruyung membaca tulisan ini tentang kebersihan yang kurang terjaga.
BalasHapusFoto-foto mba Dian dan keluarga dalam balutan pakaian adat Minang cantik banget.
Sy nyesal ga ikutan adek saat berkunjung ke sini, mana lebaran tahun ini harus di perantauan saja.
kayu semua yaaa.. indah loh. ternyata tiap tingkat ada fungsi ruangan masing2. kalau ke sini wajib sewa baju adat nih buat kenang2an foto
BalasHapusPinginnnn...aduh cantiknya
BalasHapusCuma 15 % yang selamat, yang penting kekayaan budayanya terjaga ya
Paling sebel emang dengan toilet tempat wisata di Indonesia
Harus diserahkan ke swasta gitu ya?
Bayar agak mahal Gapapa, yang penting bersih
Soal toilet juga kembali ke habbit ya mba. Emang masih banyak orang Indonesia itu jorok-jorok. Wkwkwk. Kebersihan ini juga sama kok kasusnya di Cina, tantangan banget. Cina yang udah jadi negara maju aja, penduduknya masih banyak banget yg jorok soal BAK dan BAB.
HapusTerakhir ke sana dalam rangka nyari data dukungan untuk penelitian pas 2008. Duuuh udah lama banget. Begitu baca tulisan terbaru Mba Dian, langsung nostalgia deh. Semoga pas pulang kampung nanti bisa main lagi ke sana. Mauu ikutan foto kostum sekeluarga kayak Mba Diaaaan. Hihihi
BalasHapusWah asik ya bisa foto di rumah adat dgn baju adatnya juga..
BalasHapusBiar makin berasa suasana adatnya ya
Pengen nih ke Istano Baso Pagaruyung berfoto dng baju adat duh pasti tak terlupkn y mbak..Btw sy jg suka miris lho mba sama yg namany toilet di destinasi wisata daerah tuh..g ada pantes dan bagusnya asal aja gitu ya..pdhal klo ada perawatan atau dikelola jasa cleaning service kyk di moll ya bisa aja kan trus pengunjungnya tarikin aja uang kebersihan toilet. g ada yg keberatan jg slama toiletny bersih dan wangi serta lancar pembuangannnya..
BalasHapusKapan ya bisa kesana? Takjub banget sama isinya deh. Keliatan biasa aja dari luar, tapi ternyata di dalamnya mewah sekali. Bismillah, kelar pandemi ingin kesana.
BalasHapusAku kayak Dejavu, oooh ya rupanya kak Dyah juga pernah nulis tentang istana Pagaruyung di Sumatera barat ini Mba Dian. Kalo berfoto sekeluarga kayak mba Dian, dapet potongan harga sewa baju gak mba? Hihihi emak irit..
BalasHapusWah Mba Dian. Aku nggak nyangka Istananya itu banyak sejarahnya ya sampai berkali-kali terbakar itu ya. Aduh kalah ini aku, orang padang sendiri tapi belum pernah maen ke sana hahaha efek besar di Bandung. Aduh jadi pengen maen juga ke sana aku. Oh ya harga nyewa pakaiannya cukup murah juga ya. Lihat mha dian ama suami pakai pakaian adat minang kabau jadi kayak raja dan ratu. Beneran. Apalagi di fotonya bagus. Kayak raja dan ratu lagi memerintaj kerajaan 😍
BalasHapuswuah semoga tahun depan bisa main ke tanah Minang
BalasHapuspengen mengenal lebih dekat budaya dan wujud kebudayaan di sana
dan makasih buat rekomendasinya ya kak dian
Masya Allah ... sempat juga jadi pengantin sesaat ya, Mbak Dian hehe.
BalasHapusKebayang Istano Basa Pagaruyung kini kayak apa ya ... sepi pastinya. Semoga setelah pandemi berakhir, Istano Basa Pagaruyung ini kembali ramai lagi.
Belom pernah aku kesana kak kayaknya tempatnya kece banget yah ini aku pengen bisa suatu saat main kesana... semoga wabah ini segera berlalu
BalasHapusAku ke Sumatera Barat tahun 2018, tapi cuma ke Padang, Bukittinggi dan Agam . Sekarang lagi nabung lagi buat ke sana dan keliling semua tempat termasuk ke Solok dan Payakumbuh. Sembari menunggu pandemik ini berakhir.
BalasHapusPas pertama datang, langsung katih cinta saya mbak. Cinta alam dan kulinernya.
Kalau ke sini lagi Istano Baso Pagaruyung wajib buat didatengin. Tempatnya keren, dan ada di alam yang indah. Abis itu kulineran... Hmme...
Wah dah pernah terbakar ya.
BalasHapusSaya baru tahu nih. .
Saya ke sana taon 90an. Hanya sekali itu saja.
Semoga saya bisa berkunjung ke Istana Pagaruyung juga, mupeng ih pake baju adat seperti itu, serasa raja dan ratu ya.
BalasHapusAh seneng nya kalau baca artikel traveling mba, lengkap banget deh, serasa kita ikut berada didalamnya. Belum pernah berkunjung. Semoga ada rejeki aamiin. Tapi dah terbayarkan dengan baca tuntas nih mba .terima terima kasih :)
BalasHapus