Puisi Jakarta
Puisi Jakarta
Situ Depan Rumahku
Sebuah urugan
Tingginya tiga meter
Kosong tanpa gedung menjulang
Angkuh mengejek sekitar
Sebulan yang lalu
Itu sebuah Situ
Kini, ia kembali ke bumi
Tahun depan
Ia jadi gedung tinggi
Aku Menghirup Karbon
Oksigen terhisap ke paru-paru
Karbondioksida dihembuskan
Tidak bagiku
Di segala penjuru
Di kamar sempit rumah petakku
Di ruang lembab pabrik konveksi
Di dalam metromini tua
Di semua sudut kota
Aku menghirup karbon
Jalan Bebas Hambatan
Deretan kendaraan
Tiap pagi dan petang
Parkir memanjang
Di jalan bebas hambatan
Sumi Ingin Roti
Baliho besar terpampang
Gambar roti menggembung
Sumi memandang
Bibirnya melengkung
Mobil menepi membuang
Sampah roti sekantung
Senyum Sumi mengembang
Perutnya tak lagi kembung
Istanaku
Lebarnya jalan
Cukup untuk bersimpangan
Got menghitam
Sampah mengambang
Rumah bersusun
Bagai kandang burung
Air minum kuning
Berbau anyir dan pesing
Kamar sempit
Makan tidur berhimpit
Nyenyak tidurku
Di Istanaku
Nisan di Jakarta
Rancak bentuk warna dan rupa
Biaya sama untuk penghuninya
Iuran tahunan jangan terlupa
Bila alpa dianggap bukan lagi penyewa
Ditumpuk jisim berikutnya
Nisan pun berganti nama
Andai Car Free Day Tak Hanya Seminggu Sekali
Pagi-pagi sekali Sudirman-Thamrin sepi
Bundaran HI sunyi
Tak terdengar klakson berbunyi
Tak terlihat mobil mengantri
Aku berlari benyanyi berteriak seorang diri
Kuhirup udara bersih ini
Andai Car Free Day tak hanya seminggu sekali
*sekumpulan coretan lainnya yang ada di file-file lama....
Salam Bahagia
Posting Komentar untuk "Puisi Jakarta"