Pengalaman Naik LRT Palembang
Pengalaman naik LRT Palembang, ada di cerita kali ini! Well, salah satu itinerary Roadtrip Sumatra saya dan keluarga saat di Palembang adalah mengunjungi Stadion Gelora Sriwijaya a.k.a stadion Jakabaring dan menjajal LRT Palembang yang merupakan LRT pertama di Indonesia. Maka, mobil kami parkir di mal di sudut stadion lanjut naik LRT dari sini ke Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, lihat-lihat bandara sebentar, lalu balik lagi. Sebelumnya saya dan suami sempat eyel-eyelan di depan petugas loket LRT. Gegara dia kezel saya enggak bawa kartu e-money ekstra karena kami kira yang diterima memang cuma kartu itu dan kartu tertentu. Seperti biasa saya bawa satu kartu uang elektronik di dompet, dia pun sama. Sementara anak-anak punya masing-masing tapi sayangnya ketinggalan di tas saya yang lainnya di Jakarta. Maklumlah sebagai warga Jakarta kartu pembayaran elektronik buat pembayaran digital memang selalu siap sedia. Eh, ndilalah giliran sampe Palembang, lupa dibawa. Akhirnya, si Mbak petugas loketnya bilang, kenapa enggak beli tiket tunai saja, 10 ribu harganya. Problem solved! Memang kadang eyel-eyelan, udur-uduran, tukaran itu perlu. Karena tanpa itu hidup enggak akan seruuuu!!😁
Tentang LRT Palembang
Berdasarkan sebuah penelitian, kota Palembang diperkirakan akan mengalami kemacetan total pada 2019. Maka, Palembang merencanakan membangun monorel dari Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II ke Kompleks Olahraga Jakabaring sebagai alternatif transportasi umum.
Nah, menjelang perhelatan Asian Games 2018 di Palembang, rencana pembangunan monorel tersebut kemudian dibatalkan karena kesulitan mencari investor yang dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu serta proyek dianggap kurang menguntungkan. Monorel kemudian diganti dengan Light Rail Transit /Lintas Rel Terpadu (LRT) yang dianggap lebih efektif.
Kemudian, Presiden Joko Widodo menandatangani Perpres Nomor 116 Tahun 2015 tentang percepatan penyelenggaraan kereta api ringan di Sumatra Selatan tanggal 20 Oktober 2015. Menurut Perpres, pemerintah menugaskan kepada PT Waskita Karya Tbk untuk membangun prasarana LRT meliputi jalur termasuk konstruksi jalur layang, stasiun dan fasilitas operasi.
Pembangunan prasarana LRT Palembang akhirnya selesai pada Februari 2018. Sedangkan operasi penuh LRT Palembang dimulai pada 1 Agustus 2018, dengan 6 stasiun prioritas dibuka untuk melayani penumpang dari dan menuju tempat pertandingan Asian Games 2018.
LRT ini ke depannya menempuh jalur sepanjang 23,4 km dan dilengkapi 13 stasiun serta 8 rangkaian kereta, membentang dari Bandara Sultan Mahmud Badarudddin II hingga Jakabaring. Setiap rangkaian kereta akan berhenti selama 1 menit di setiap stasiun, kecuali di setiap stasiun akhir perjalanan rangkaian kereta akan berhenti selama 10 menit. Selain itu, 5 di antara 13 stasiun yang ada juga dilengkapi dengan jembatan penghubung dengan bangunan-bangunan di sekitarnya.
Apa Menariknya LRT Palembang?
Nah, LRT Palembang berjalan melalui rel-kereta-layang tanpa pemberat dengan lebar sepur 1.067 mm, yang membentang sepanjang 23,4 kilometer (14,5 mi) dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II di ujung barat menuju Depot OPI di ujung timur. Teknologi persinyalan kereta ini menggunakan metode sinyal fixed-block, dengan dilengkapi peralatan rel ketiga. Rel kereta ini dibangun menyeberangi Sungai Musi, sejajar dengan Jembatan Ampera.
Lalu, apa yang menarik dari LRT Palembang ini?
1. LRT Palembang Ramah Disabilitas dan Lansia
- Tersedia tangga berjalan di setiap stasiun
- Tinggi peron dan pintu keluar masuk kereta sejajar
- Ruang tunggu yang nyaman bagi disabilitas dan lansia
- Ramp untuk memudahkan akses penumpang berkebutuhan khusus dan lansia
- Lift yang tersedia di beberapa stasiun
- Pengeras suara untuk pengumuman di stasiun dan kereta
- Bangku prioritas di setiap rangkaian kereta
2. Moda Trasportasi Terintegrasi
Sesuai dengan rancangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, sistem LRT Palembang sudah dikembangkan dalam moda transportasi yang terintegrasi dengan Bus Rapid Transit (BRT) yaitu Trans Musi dan Damri. Integrasi antarmoda ini tidak hanya mempermudah arus transportasi masyarakat, tapi juga sekaligus menghemat biaya khususnya bagi para mahasiswa. Proses integrasi ini diharapkan bisa membantu mahasiswa saat ingin berkuliah. Ini juga merupakan salah satu upaya mengenalkan budaya menggunakan transportasi massal kepada kalangan milenial, terutama mahasiswa.
Pasalnya, moda terintegrasi ini bisa dimanfaatkan para mahasiswa untuk rute LRT Palembang hingga ke Stasiun DJKA di Jakabaring, Palembang. Setelah itu, mereka melanjutkannya dengan Bus Damri menuju kampus Unsri (Universitas Sriwijaya) di Indralaya. Integrasi LRT Palembang–Bus Damri ini, mahasiswa cukup membayar Rp 7.000,00 dari tarif seharusnya yaitu Rp 15.000,00. Kekurangan dari tarif tersebut disubsidi oleh Kementerian Perhubungan. Masyarakat umum juga diberikan subsidi sehingga tarif yang berlaku adalah Rp 10.000,00.
3. Memberikan Pilihan Alternatif Transportasi bagi Masyarakat
Hadirnya LRT Palembang diharapkan mempermudah dan memperlancar mobilisasi warga masyarakat, barang, dan jasa. Juga, LRT bisa menjadi gaya hidup bertransportasi modern milenial serta akan membangun suatu peradaban dan budaya baru. Baik budaya menggunakan transportasi massal yang aman dan nyaman, budaya tepat waktu juga budaya antre yang diharapkan akan terbangun setelah menggunakan LRT ini.
Tak hanya itu, LRT menjadi opsi untuk mengurangi kemacetan di mana masyarakat diharapkan beralih dari angkutan umum dan kendaraan pribadi ke LRT. Meski memang ini membutuhkan waktu hingga beberapa tahun ke depan agar masyarakat benar-benar berminat menggunakan LRT. Proses seperti ini juga dialami negara lain, di antaranya Singapura. Di mana Singapura membutuhkan proses waktu sekitar 10 tahun bahkan lebih untuk menumbuhkan minat warganya menggunakan transportasi massal yang ada.
4. Harga Tiket yang Terjangkau
Tarif sekali angkut penumpang LRT Palembang ini sebesar Rp 5.000,00 per penumpang dari dan ke stasiun mana saja, kecuali untuk ke Bandara SMB II dipatok tarif Rp 10.000,00 per penumpang. Tarif ini disubsidi pemerintah dengan kisaran Rp 200-300 miliar setahun hingga jumlah penumpang yang menaiki moda ini dapat menutup biaya operasional. Rencananya, kalau sudah jadi sebuah budaya, subsidinya akan ditarik. Tapi bisa saja itu terjadi dalam waktu 10-15 tahun lagi, jadi jangan khawatir...enggak dalam waktu dekat kok!
5. Kemudahan Membeli tiket
- Dengan QR Code yang bisa dibeli di stasiun pemberangkatan dengan menggunakan uang tunai
- Kartu Uang Elektronik (KUE) perbankan yang disahkan oleh LRT Palembang: BRIZZI (Bank BRI), TapCash (Bank BNI), e-Money (Bank Mandiri), Flazz (Bank BCA), BSB Cash (Bank Sumsel Babel)
- Dengan tiket terintegrasi LRT Palembang dengan Damri dan Trans Musi
6. Kenyamanan dan Keamanan
Suasana gerbong LRT Palembang sangat nyaman dan bersih. Selain itu kita bisa mengakses tempat-tempat macet secara praktis. Juga, lebih mudah singgah ke berbagai destinasi wisata di sekitar stasiun LRT (Benteng Kuto Besak, Hutan Punti Kayu, dan sejumlah tempat wisata lainnya). Kemudian, akses dari dan ke bandara lebih praktis dan hemat. Plus bonus menikmati pemandangan kota Palembang secara leluasa (terutama Sungai Musi).
Pengalaman Naik LRT Palembang
Setelah memarkir kendaraan, kami pun menuju stasiun LRT Jakabaring. Letaknya hanya sekitar 100 meter dari gerbang masuk menuju stadion Jakabaring. Stasiun ini nampak megah dan gagah karena berdiri di ketinggian yang lumayan. Memang LRT Palembang ini dibangun dengan Metode Elevated (konstruksi layang) dengan alasan:
- Keselamatan: menghilangkan perlintasan sebidang dengan jalan, sehingga kapasitas jalan akan tinggi karena tidak ada gangguan kereta lewat serta menghindari kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi.
- Kapasintas lintas: memastikan headway perjalanan kereta dapat tercapai tanpa mengganggu jalur lalu lintas lain (jalan raya) dan dapat menampung demand penumpang yang cukup banyak.
- Dampak sosial: meminimalkan masalah sosial seperti pencarian sinyal, gangguan pada rel dan sebagainya
- Teknis konstruksi: pertimbangan terdapat banayk flyover dan JPO (Jembatan Penyeberangan Orang) yang dilewati. Menjaga kelandaian minimum jalur, bila trase vertikalnya naik turun akan mengurangi kenyamanan penumpang dan juga sarananya membutuhkan power yang besar sehingga biaya operasional serta biaya perawatan dapat lebih tinggi.
- Pembebasan lahan: meminimalkan waktu dan biaya pembebasan lahan serta ruang di bawahnya bisa difungsikan setelah konstruksi selesai sehingga penggunaan lahan lebih efisien
Nah, setelah menaiki tangga yang cukup tinggi, sampailah saya di peron stasiun LRT. Ruangan nyaman berpendingin ruangan menyapa dengan rel yang berposisi di bagian tengahnya. Ada petunjuk di mana arah loket serta petunjuk lainnya tertera juga petugas berseragam yang siap memandu calon penumpang.
Setelah 4 lembar kertas tiket yang berupa QR Code saya punyai, saya sekeluarga pun menunggu di kursi tunggu yang tersedia. Menunggu kereta ada petugas keamanan yang menjaga pintu masuk menuju relnya demi keamanan semua.
Tak lama, kereta LRT Palembang pun tiba. Jumlah penumpang cukup untuk duduk semua, meski ada beberapa yang saya lihat memang sengaja berdiri. Tak lama kereta pun bergerak dengan kecepatan yang bisa dibilang lambat, karena memang maksimum kecepatan LRT ini adalah 100 km/jam. Saya bandingkan dengan kereta cepat Renfe AVE atau TGV yang pernah saya naiki saat Europe Trip yang bisa menyentuh 300 km/jam lebih kecepatannya, ya enggak sebanding. Tapiiiii, saya suka kalau lambat begini, pas buat menikmati pemandangan kota Palembang dari ketinggian, yekan?
Oh ya, di sepanjang perjalanan, penumpang ada yang naik dan turun sesuai tujuan. Jangan khawatir, ada pemberitahuan lewat pengeras suara nama stasiun yang akan disinggahi. Juga ada rute di layar video yang tertera. Jadi perhatikan dengan seksama ya, biar enggak kelewatan nantinya.
Ada juga penumpang yang seperti saya yang bertujuan ke stasiun akhir, Bandara SMB II. Di mana perjalanan dari ujung ke ujung ini memerlukan waktu sekitar 45 menit, beneran hemat. Kebayang jika pakai jalur darat, Yang kabarnya bisa 1,5 jam jarak tempuhnya, karena akan bertemu dengan kemacetan lalu lintas dimana-mana. Juga, pasti akan butuh biaya lebih buat bahan bakar dan parkir kendaraan.
Sesampai di Bandara SMB II, kami pun turun dan langsung menuju arah area bandara. Enak benar, enggak perlu turun naik lagi, jadi langsung terkoneksi ke sini. Pasti ini bakalan memudahkan bagi penumpang pesawat dari dan ke Bandara SMB II.
Dan, setelah berkeliling di area bandara, juga foto-foto pastinya, kami pun ke arah stasiun LRT Bandara SMB II lagi, naik LRT kembali untuk menuju titik awal tadi.
My Wishes for LRT Palembang
Saya sangat bersyukur bisa singgah di Palembang di perjalanan kali ini dan menjajal LRT. Ini mengobati rasa penasaran saya akan LRT Jabodetabek yang direncanakan baru beroperasi penuh pada November 2021 nanti.
Semoga gaya hidup bertransportasi modern milenial ini bisa juga dinikmati di kota-kota besar lainnya di Indonesia, sehingga bisa mengurangi masalah kemacetan yang berimbas pada beraneka sisi kehidupan masyarakat kita.
Sementara sedikit tips untuk naik LRT Palembang:
- Lebih baik datang saat tidak dalam kondisi lapar atau haus, karena ada larangan makan atau minum di dalam LRT. Jadi jangan lupa isi perut dulu ya...
- Sebaiknya ke toilet yang ada di stasiun dulu bila perlu, kuatir pengin BAK/BAB saat di LRT
- Siapkan kartu pembayaran elektronik jika memang punya
- Jaga kebersihan area
- Berhati-hati jika mengajak anak-anak demi keselamatan semua
- Pilih gerbong paling belakang, karena lebih sepi, penumpang biasa berkerumun di gerbong terdepan
- Perhatikan layar yang menunjukkan rute stasiun dan dengarkan pengumuman dari pengeras suara agar enggak kelewatan
- Patuhi aturan yang diberlakukan demi keamanan dan kenyamanan semua
- Nikmati perjalanan melewati kota Palembang dengan segala warna-warninya
Oh ya, kalau teman-teman, sudah coba LRT Palembang jugakah? Jika belum, semoga ada kesempatan untuk mencobanya juga ya...💖
Happy Traveling
Terima kasih sudah berkunjung ya temans.....:)
BalasHapusWih kece, aku belum pernah ke Palembang, belum pernah jg nih naik LRT, semoga nanti bs nyobain 😍
BalasHapusAamiin
HapusWah selain jakarta, LRT ada juga ya di Palembang. Hebat..m
BalasHapusIye, keren ya
HapusSewaktu pemerintah mau membangun LRT di Palembang, aku sempat bertanya dalam hati, sih, alasannya apa kok di Palembang. Belum pernah menginjakkan kaki di Sumatera, yang terpikir olehku, kota yang padat dan sangat butuh transportasi massal adalah Medan, hahaha ...
BalasHapusMungkin di Palembang nggak kalah rame dan menjadi daerah perlintasan gitu kali ya, Mbak.
Tapi senaaang, semakin banyak moda transportasi massal yang bisa menjadi pilihan. Bener loh, semangat untuk tertib dan antri bisa dimulai dari sini. Apalagi fasilitasnya bagus. Semoga siapapun yang menjadi pengguna bukan hanya menikmati fasilitasnya tapi juga turut serta memelihara agar tetap dalam kondisi baik.
Udah 2021, nih. LRT Jabodetabek udah siap belum, ya? Kepengen coba juga. Kalau yang di Jatinegara itu rutenya pendek banget. Bikin gemes karena baru naik, eh udah sampai tujuan akhir, hahaha ...
Iya Palembang dah macet banget memang, butuh LRT semoga Jabodetabek segera penuh beroperasi LRT-nya
HapusWah, kapan ya Jogja ada LRT..sepertinya Jogja juga butuh moda transportasi yang cepat dan nyaman. Biar kalau mau ke bandara baru juga cepat. Jauh soalnya sekarang jaraknya..hihi..
BalasHapusYes, bagus tuh kalau ada LRT ke bandara Jogja yang baru ya
HapusSekarang di Palembang udah ada LRT dan merupakan LRT pertama di Indonesia, patut berbangga dong ya warga Palembang nya.
BalasHapusApalagi ramah untuk Disabilitas dan lansia, jadi siapun yang ingin mencoba LRT akan merasa nyaman.
Iya ramah disabilitas LRT-nya, keren pokoknya
HapusGak eyel-eyelan emang gak seru ya Mba Dian.. haha
BalasHapusPalembang udah selangkah lebih maju nih urusan transportasi dibanding Medan. LRT nyaman begini dikasih subsidi pula.. jadi kepengen liburan ke Palembang, nyobain LRT hihi
Nah, aku juga rasan-rasan sama suami kemarin...ya ampun apa kabar Medan ya? Belum ada beginian kwkw
Hapuskeren yaaaa.. sudah banyak banget berubah pasti. aku ke palembang 2010.semoga ada kesempatan lagi..
BalasHapusAamiin
HapusMbak Dian masa kecil aku dulu 10 thn di Palembang dimn jmn transportasi masih oplet dan kapal ketek klo lewat sungai musi...duh liat Palembang sdh semaju ini pnya LRT jadi kangen euy..apalagi sama pempek wkwk
BalasHapusSayang pas ke Palembang trakhir LRT ini blm jadi mba. Jd aku ga nyobain . Ntr kalo ke Palembang lagi pasti bakal coba :).
BalasHapusLRT kalo di JKT yg di kelapa gading itu kan yaaa? Di JKT aja aku blm cobain juga, cm MRT aja yg udh nyoba hihihi..
Sbnrnya lebih karena halte2nya jauh dari tempatku di Rawamangun. Makanya jarang menggunakan LRT/MRT.
Padahal kalo sedang traveling di kota yg transportasi massalnya udh terintegrasi dan luas, aku LBH suka naik kereta. Krn cepet dan nyaman :)
belum menginjakkan kaki ke Palembang mba, semoga nanti bisa sambang kesana
BalasHapusudah kayak bukan di palembang ya ini, udah kayak bangkok atau malaysia aja
biasanya kalo nyobain hal hal baru kayak transportasi ini bikin seneng dan nggak sabaran pengen naik