Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tips Persiapan Anak Kuliah ke Luar Negeri

Pagi ini, anak sulung saya mengirimkan serangkaian foto kegiatan 'Welcome Party' Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) yang berlangsung pada hari Sabtu, 12 Oktober 2024 yang lalu.

Alhamdulillah kini secara resmi Si Mas sudah menjadi anggota PPI Prancis tepatnya wilayah Toulouse. 

Ya, PPI Toulouse mengadakan pesta penyambutan mahasiswa baru (Welcome Party) yang sekaligus sosialisasi di antaranya dari Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI) dan Association les Amis de l'Indonesie (AAI) - komunitas diaspora Indonesia di Prancis.

Selain ada acara resmi, juga ada juga games dan makan-makan menu Nusantara yang kata anak saya membuat makin meriah suasana. Saya sendiri yang hanya menyimak dari foto-fotonya pun mengiyakan ceritanya. 

Kenangan saya lalu terlempar ke masa 2009-2011, saat anak mbarep saya ini masih TK dan ikut Bapaknya sekolah ke Amerika dan menjadi anggota PPI di sana. Siapa sangka 15 tahun kemudian anak saya sendiri menjadi anggota PPI di belahan dunia yang berbeda. 

Jujur, kadang saya juga masih enggak percaya anak lanang kuliah sejauh itu dari kami orang tuanya. Tapi melihat dia makin hari makin menikmati ya sudah, enggak perlu Ibunya over thinking (OVT) lagi. Yang ada hanya selalu berdoa agar Si Mas baik-baik saja di sana dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Apalagi keputusan melepas dia ke luar negeri juga sudah kami siapkan sejak dini.

Nah, di antara teman-teman mungkin ada yang bercita-cita juga putra/putrinya menuntut ilmu di negeri seberang. Karenanya yuk simak tips persiapan anak kuliah ke luar negeri di artikel ini.


Tips Persiapan Anak Kuliah ke Luar Negeri


Tips Persiapan Anak Kuliah ke Luar Negeri

Sejatinya persiapan anak kuliah ke luar negeri yang saya dan suami lakukan bisa dibilang memakan waktu tahunan. Tapi beneran fixed lanjut kuliah ke luar negeri baru kami putuskan saat anak saya kelas XII SMA. Jadi bisa dibilang detilnya tuh dadakan. Maka, bagi teman-teman yang putra/putrinya masih kecil tentu bisa dipersiapkan lebih lama.

Well, persiapan anak kuliah ke luar negeri melibatkan beberapa aspek penting yang perlu dipertimbangkan agar prosesnya berjalan lancar. Di antaranya:


1. Kesiapan Mental dan Emosional

Kuliah di luar negeri bisa jadi tantangan mental dan emosional, terutama karena jauh dari keluarga dan harus beradaptasi dengan lingkungan baru di sana. Diskusikan ekspektasi dan kekhawatiran dengan ananda apalagi jika tempat yang dituju sangat berbeda dengan asal kita.

Sempat bersekolah TK di Amerika (pergi pulang naik school bus dari depan apartemen kami) mungkin menjadikan si Sulung sudah belajar kuat mental sejak dini. Selain itu saya dan suami juga sering mengajak kedua anak kami traveling baik ke dalam maupun ke luar negeri untuk mengenalkan mereka dunia di luar sana. Tak lupa mengikutkan dia dalam program kegiatan luar negeri yang diselenggarakan sekolahnya, agar dia punya pengalaman pergi tanpa kedua orang tuanya, yakni ikutan Folklore ke Turki serta Immersion ke Inggris.

Ketika SMA, saya juga membiasakan si sulung naik angkot ke sekolah (berangkat kadang bareng Bapaknya ke kantor naik mobil, pulang selalu naik angkot). Kemudian saat dia harus ambil persiapan bahasa sebelum berangkat ke Prancis, saya juga pilih ngekosin dia di dekat kampusnya (di Jakarta Timur), yang menjadikan dia terbiasa naik transportasi umum (segala moda) yang ada di Jakarta dan jadi mengenal 'hidup  sendiri dan mandiri'.

Ini semua membuat dia secara mental dan emosional secara perlahan tertempa sehingga saat kuliah di negeri orang dia lebih kuat menghadapinya.


2. Keuangan

Berikutnya, persiapan anak kuliah ke luar negeri yang utama pastinya adalah keuangan, apalagi bagi yang kuliah ke luar negeri secara mandiri alias dengan biaya sendiri. Negara tujuan memerlukan bukti keuangan sebagai jaminan bahwa mahasiswa bisa membiayai hidup selama kuliah di sana. 

Karenanya, jika kuliah ke luar negeri dengan biaya sendiri pastikan rekening sponsor (orang tua) mencukupi. Saat awal pengajuan visa biasanya akan diminta rekening koran 3 bulan terakhir yang mana saldo terakhir ditentukan nominalnya sekian (berbeda tiap negara). 

Tapi yang pasti pada rekening ada terbaca cash flow termasuk pendapatan dan pengeluaran bulanan. Selain itu, nanti saat sudah diterima di kampus tujuan akan ada juga isian data keuangan termasuk data bank dari orang tua sebagai sponsor biaya pendidikan anaknya.

Selain itu ada persyaratan tertentu dari pemerintah negara tujuan terkait kiriman uang untuk mahasiswa luar negerinya. 

Misalnya, kalau di Prancis minimal uang bulanan yang masuk rekening sebagai monthly living cost itu sebesar € 615. Dengan kata lain kiriman minimum agar visa bisa terus diperpanjang adalah 615 Euro per bulan (kalau dirupiahkan dengan kurs saat ini sekitar Rp 10.467.422) Yang mana nilai ini dikategorikan cukup untuk hidup dengan standar anak kuliah/anak kos di Prancis (jangan langsung bilang mahal ya, ingat biaya kuliah gratis di sana).

Terkait dengan keuangan menyiapkan akun Bank Internasional juga perlu. Bukan bermaksud ngiklan, saya bekali anak dengan rekening Jenius (dari bank BTPN yang kini sudah berganti nama jadi Bank SMBC Indonesia). Karena kita dengan mudah membeli mata uang asing di aplikasinya sehingga di sana kartu langsung bisa digunakan dengan mata uang negara tujuan. Mengambil uang pun bisa dengan mudah di ATM setempat. Pokoknya di awal tinggal di luar negeri (juga buat traveling ke sana) kartu Jenius ini bisa jadi opsi. 

Persiapan kuliah ke Prancis
belum setahun di sana, sudah gondrong aja rambutnya nih, si seniman saya😄

Nah, setelah stay dan punya alamat maka anak akan menyiapkan akun bank yang mendukung transaksi internasional untuk memudahkan transfer uang. Pembukaan rekening akan dibantu oleh perwakilan kelas persiapan kuliah ke luar negeri atau bisa pakai jasa berbayar dari PPI (Paket Bienvenue Services & Assistance - paket penjemputan dan pengurusan segala printilan seharga kurang lebih € 100).


3. Adaptasi Budaya dan Bahasa

Tingkatkan kemampuan bahasa sebelum keberangkatan ke negara tujuan. Perhatikan persyaratan soal bahasa ini, misalnya jika ingin melanjutkan ke sana harus punya skor bahasa sekian, punya sertifikat sudah lulus level berapa dan lainnya.

Jika perlu, ikuti kursus bahasa meski ini enggak harus ya...Seperti suami saya saat lolos beasiswa MBA ke Amerika bisa memenuhi persyaratan skor TOEFL yang disyaratkan berbekal belajar sendiri. Jadi kursus itu enggak harus (apalagi bahasa Inggris kan kini sudah dipelajari anak sekolah sejak SD bahkan dari bayi 😀)

Berbeda dengan anak saya yang memang mengikuti persiapan studi (termasuk bahasa) di lembaga terkaitnya, karena memang belum pernah belajar bahasa Prancis sebelumnya.

Selain itu persiapan dengan mempelajari etika dan norma sosial di negara tujuan, agar bisa lebih cepat beradaptasi pun sebaiknya dilakukan. 

Tak lupa segera cari tahu komunitas mahasiswa Indonesia atau internasional di universitas tersebut untuk membantu adaptasinya. Seperti anak saya yang segera bergabung ke Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) dan juga menjadi anggota Erasmus Student Network (ESN) organisasi mahasiswa internasional nirlaba yang punya misi mewakili pelajar internasional dan memberikan kesempatan untuk pemahaman budaya dan pengembangan diri berdasarkan prinsip Student Helping Student.

4. Dokumen dan Administrasi

Persiapan anak kuliah ke luar negeri berikutnya adalah soal dokumen dan administrasi. Pertama, pastikan paspor sudah diperpanjang dan sesuai dengan masa studi. Ajukan visa pelajar sesuai negara tujuan dan periksa persyaratannya.

Kemudian bawa copy ijazah, rapot untuk persyaratan pendaftaran baik yang format asli maupun versi terjemahan. Lalu, pastikan jika sudah menerima surat resmi dari universitas disimpan untuk pengurusan visa. Oh ya, perhatikan juga pengurusan Asuransi Kesehatan, biasanya universitas menyediakan paket asuransi untuk mahasiswa internasional.

Kesemua dokumen ini akan dibantu pengurusannya oleh konsultan pendidikan jika kita memakai jasanya (anak saya ikutan Program Persiapan Kuliah di Prancis di Nobel Edu Indonesia (NEI) atau bisa juga kita urus sendiri. 

Untuk informasi, saat suami saya ke Amerika, kami urus sendiri, sementara waktu si sulung pengurusan sudah termasuk biaya persiapan kuliah ke luar negeri jadi kami tidak mengurus sendiri.


5. Akomodasi

Terkait tempat tinggal kita bisa cari tahu apakah universitas menyediakan asrama yang dari harga sewa memang lebih hemat biayanya. Atau jika perlu menyewa apartemen, mulailah mencari sejak dini, di antaranya bisa minta bantuan pada anggota PPI.

Kemudian soal sistem transportasi di negara tujuan, cari info apakah ada kartu khusus untuk pelajar atau aplikasi transportasi yang digunakan. 

Semua bisa di-googling ya nyarinya...Atau cari info dari grup PPI. Oh ya, anak saya saat pertama tiba di Caen, Prancis untuk program bahasa tinggalnya di asrama, berikutnya saat sudah diterima kuliah di Toulouse (Universite Toulouse-Jean-Jaures)dia tinggal di colocation (sharing apartemen dengan 4 kamar) bersama 3 teman lainnya.


6. Persiapan Keberangkatan

Siapkan barang yang penting, seperti pakaian sesuai musim saat kedatangan di negara tujuan, peralatan elektronik dengan adaptor yang sesuai, dokumen penting, obat-obatan pribadi juga bumbu/makanan Indonesia untuk hari-hari pertama di sana. 

Seperti saat si Mas berangkat, saya membekali rendang 1 kg, pop mie, dan bumbu intant masakan Indonesia yang ternyata berguna di awal-awal tinggal di sana.

Kemudian soal Sim Card atau Provider Internet, cari tahu provider lokal yang bisa digunakan untuk akses komunikasi dan internet dalam beberapa hari. Lalu, segera membeli Sim Card yang berlaku di situ.


Tips Persiapan Anak Kuliah ke Prancis


Semangat Siapkan Anak Kuliah ke Luar Negeri!


Gimana? Puyeng enggak bacanya? Udah OVT padahal baru baca artikelnya?

Kwkwkw...yang jelas mau dimanapun kuliah anak kita pasti perlu persiapan ya apalagi ini ke luar negeri.

Yang pasti kita sebagai orang tua terutama Ibu tetap berkomunikasi dengan bantuan teknologi, men-tirakat-i anak karena sejauh apapun jaraknya doa seorang ibu dapat “menembus bumi dan langit.”

Dan semoga para Ibu terhindar dari empty nest syndrome sebuah perasaan umum yang berupa kesepian maupun kesedihan yang dialami oleh orang tua ketika anak-anak mereka telah meninggalkan rumah. Sebuah sindrom yang merupakan faktor yang memengaruhi kehidupan dan kesehatan dewasa madya karena diasumsikan ini dapat menyebabkan stres dan depresi. Sebab ortu menghadapi proses penyesuaian diri baru karena ketidakseimbangan akibat ketidakadaan anak di rumahnya lagi.

Baiklah, cukup sekian sharing masih terkait tentang kuliah anak saya di luar negeri.

Masih banyak yang akan saya tuliskan ke depan, sebagai jawaban untuk pertanyaan dari teman-teman (juga pembaca blog) yang DM saya nanya itu ini. Kalau ada cerita, Insya Allah saya tulis nanti.

Oh ya, kapan hari ada yang nanya, "Mbak Dian, anaknya jadi volunteer enggak di Olimpiade Paris? Kok opening ceremony-nya kek gitu sih? Apa komen warga setempat? Apa enggak ada yang menghujat?"😃

Hihi kalau itu saya enggak tahu, karena saat helatan Paris 2024 Olympic, anak saya sedang sibuk-sibuknya ngurus pindahan dari Caen ke Toulouse dan mengurus daftar ulang di kampus. Jadi dia enggak nonton langsung, hanya mengikuti lewat online saja, sama seperti saya. 

Tapi, kalau teman-teman mau tahu ulasan soal opening ceremony Olimpiade Paris ini baca aja artikelnya Mba Dhenok Hastuti, lengkap diceritakan di sana.😍

Well, sebelum saya akhiri, ingin saya garis bawahi bahwa dengan perencanaan yang matang, anak bisa menjalani masa kuliah di luar negeri dengan lebih mudah dan siap menghadapi tantangan. Nah, tugas kita sebagai orangtua menyiapkan mereka dengan sebaik-baiknya.💙


Salam Semangat

Dian Restu Agustina


Menu Indonesia seporsi,
di sini bisa traktir berapa orang bestie🙈




Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

12 komentar untuk "Tips Persiapan Anak Kuliah ke Luar Negeri"

  1. Wah saya malah sudah mempersiapkan Abang untuk kuliah di LN sejak kelas 10, Mba. Tapi anaknya maunya yang deket2 aja di Asia Tenggara, biar mudah bolak baliknya.. hahahaha... Dan alhamdulillah persiapannya, kita sama, Mba. Membiasakan anak mandiri sejak dini. Jadi kalau orang2 lain takut anaknya diluar, saya mah lebih seneng dia di luar dari Indonesia, biar dia bisa belajar banyak ragam budaya dan karakter orang luar. Tapi beberapa tips soal 3 bulan rekeing koran saya baru tau nih. Berlaku juga kah yang di Asia Tenggara?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Negara yang perlu visa, syarat rek koran 3 bulan terakhir untuk pengajuan visa, dan pastikan bahwa tidak ada setoran mendadak dalam jumlah besar, karena jika demikian, maka kedutaan akan menganggapnya sebagai “uang pinjaman”, dan hampir dapat dipastikan pengajuan visa tidak akan diloloskan. Kalau untuk syarat jadi 'sponsor anak' beda lagi. Tapi lebih baik disiapkan sejak awal sehingga ortu dikategorikan bisa membiayai dan anak tidak akan terlantar serta sebagai jaminan kalau beneran bertujuan untuk melanjutkan pendidikan bukan bekerja.

      Hapus
  2. Persiapannya gak cuma mental dan keuangan ya Mbak, tapi juga niat dan keinginan kuat dari si anak termasuk kekuatan hati orang tua untuk mengizinkan dan mengikhlaskan anak berada jauh dari orang tua. Saya sendiri tipe ibu yang kuat mental untuk hal ini karena pernah merasakan sendiri hidup jauh dari orang tua. Merantau hingga bertahun-tahun. Banyak pelajaran yang didapat yang terkemas dalam kata "mandiri"

    Semoga si sulung sukses kuliahnya, kembali ke tanah air dengan membawa banyak manfaat. Mbak Dian dan suami tetap mendukung dengan ribuan doa dan biaya tentunya.

    BalasHapus
  3. Aku bercita2 punya anak yang stay di LN, ntah itu kuliah atau kerja. Karena sekarang masih SMP, kalau bisa kuliah deh, berburu beasiswa lalu kerja aja disana... (pesimis sama negara sendiri, hikss)
    Aku malah suka kalau anak2 berani merantau. Smoga aku bisa persiapin semuanya, aamiin
    Thsx sharingnya, mbak..

    BalasHapus
  4. Keren si Mamas nih. Mungkin ini namanya, buah tak jatuh jauh dari pohonnya ya, Mbak hehehe. Bisa jadi karena dulu mendampingi ayahnya di luar, jadi termotivasi juga dan akhirnya setelah 15 tahun terwujud.
    Tapi memang sudah matang persiapan si anak, Mbak. Termasuk sudah tau tujuan negara kuliahnya nanti. Jadi sudah kursus bahasa Perancis juga.

    BalasHapus
  5. Iya juga ya, mengajarkan anak untuk naik transportasi umum gak hanya menjadikan dia lebih mandiri aja ya, tetapi juga biaya hidup lebih hemat dan mental lebih kuat. Apalagi ini buat hidup di luar negeri pula kan

    BalasHapus
  6. Wow! Jauh amat pindahnya Mbak, dari Perancis utara ke selatan. Tapi memang kayaknya Toulouse lebih enak untuk siswa dari luar negeri ya daripada di Caen. Sosbudnya lebih santuy dan temannya lebih beragam.
    Ini masuk komentar salfok ga sih? Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Caen untuk program bahasa saja, dari Indonesia langsung penempatan ke sana, lalu ikut seleksi PTN Qadarullah diterima di Toulouse,

      Hapus
  7. Keren bgt keluarga mba Dian, dari suami terus sekarang anak bersekolah di luar negeri. Pasti butuh bgt management dan pengelolaan keuangan yg tepat.
    Aku jd keinget film Rudi Habibie yg para diaspora turut suka cita mengadakan pesta di kedutaan yg jd tempat utk mengobati kerinduan pada tanah air

    BalasHapus
  8. Waah.. sama ka Dhenok bisa saling nyambung ke Prancis gini yaa..
    Kereeenn..
    MashaAllaa~ tabarakallahu..

    Seneng kalau baca tulisan ka Dian.
    Karena sembari berdoa agar anak-anak bahagia dengan apa yang digariskan (takdir)nya dan bisa bersungguh-sungguh "menikmati" masa muda dengan berjuang menuntut ilmu.

    Barakallahu fiik~

    BalasHapus
  9. Toulouse itu tempatnya si Kriting Andrea Hirata Laskar Pelangi kuliah ya mba? Wah keren banget si bujang sudah tembus impiannya kuliah di sana, tentunya dengan dukungan mama papanya yang hebat. Anakku cuma bisa bermimpi pengen sekolah ke luar negeri, tapi pas ditanya tekadnya belum kuat jauh-jauh katanya, haha. Tapi gak papa, semoga tulisan mba Dian ini jadi penyemangat kami untuk gak berhenti bermimpi

    BalasHapus
  10. Puyeng puyeng sedep mbak hehehe...
    Jadi penyemangat untuk mempersiapkan sejak dini demi masa depan anak-anak. Betul kuliah di dalam atau di luar negeri, memang banyak yang butuh dipersiapkan. Terutama yang mesti dipersiapkan sejak dini adalah kematangan emosional anak dan kekuatan bertahan di segala kondisi

    BalasHapus