Tips Persiapan Anak Kuliah ke Luar Negeri
Pagi ini, anak sulung saya mengirimkan serangkaian foto kegiatan 'Welcome Party' Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) yang berlangsung pada hari Sabtu, 12 Oktober 2024 yang lalu.
Alhamdulillah kini secara resmi Si Mas sudah menjadi anggota PPI Prancis tepatnya wilayah Toulouse.
Ya, PPI Toulouse mengadakan pesta penyambutan mahasiswa baru (Welcome Party) yang sekaligus sosialisasi di antaranya dari Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI) dan Association les Amis de l'Indonesie (AAI) - komunitas diaspora Indonesia di Prancis.
Selain ada acara resmi, juga ada games dan makan-makan menu Nusantara yang kata anak saya membuat makin meriah suasana. Saya sendiri yang hanya menyimak dari foto-fotonya pun mengiyakan ceritanya.
Kenangan saya lalu terlempar ke masa 2009-2011, saat anak mbarep saya ini masih TK dan ikut Bapaknya sekolah ke Amerika dan menjadi anggota PPI di sana. Siapa sangka 15 tahun kemudian anak saya sendiri menjadi anggota PPI di belahan dunia yang berbeda.
Jujur, kadang saya juga masih enggak percaya anak lanang kuliah sejauh itu dari kami orang tuanya. Tapi melihat dia makin hari makin menikmati ya sudah, enggak perlu Ibunya over thinking (OVT) lagi. Yang ada hanya selalu berdoa agar Si Mas baik-baik saja di sana dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Apalagi keputusan melepas dia ke luar negeri juga sudah kami siapkan sejak dini.
Nah, di antara teman-teman mungkin ada yang bercita-cita juga putra/putrinya menuntut ilmu di negeri seberang. Karenanya yuk simak tips persiapan anak kuliah ke luar negeri di artikel ini.
Tips Persiapan Anak Kuliah ke Luar Negeri
Sejatinya persiapan anak kuliah ke luar negeri yang saya dan suami lakukan bisa dibilang memakan waktu tahunan. Tapi beneran fixed lanjut kuliah ke luar negeri baru kami putuskan saat anak saya kelas XII SMA. Jadi bisa dibilang detilnya tuh dadakan. Maka, bagi teman-teman yang putra/putrinya masih kecil tentu bisa dipersiapkan lebih lama.
Well, persiapan anak kuliah ke luar negeri melibatkan beberapa aspek penting yang perlu dipertimbangkan agar prosesnya berjalan lancar. Di antaranya:
1. Kesiapan Mental dan Emosional
Kuliah di luar negeri bisa jadi tantangan mental dan emosional, terutama karena jauh dari keluarga dan harus beradaptasi dengan lingkungan baru di sana. Diskusikan ekspektasi dan kekhawatiran dengan ananda apalagi jika tempat yang dituju sangat berbeda dengan asal kita.Sempat bersekolah TK di Amerika (pergi pulang naik school bus dari depan apartemen kami) mungkin menjadikan si Sulung sudah belajar kuat mental sejak dini. Selain itu saya dan suami juga sering mengajak kedua anak kami traveling baik ke dalam maupun ke luar negeri untuk mengenalkan mereka dunia di luar sana. Tak lupa mengikutkan dia dalam program kegiatan luar negeri yang diselenggarakan sekolahnya, agar dia punya pengalaman pergi tanpa kedua orang tuanya, yakni ikutan Folklore ke Turki serta Immersion ke Inggris.
Ketika SMA, saya juga membiasakan si sulung naik angkot ke sekolah (berangkat kadang bareng Bapaknya ke kantor naik mobil, pulang selalu naik angkot). Kemudian saat dia harus ambil persiapan bahasa sebelum berangkat ke Prancis, saya juga pilih ngekosin dia di dekat kampusnya (di Jakarta Timur), yang menjadikan dia terbiasa naik transportasi umum (segala moda) yang ada di Jakarta dan jadi mengenal 'hidup sendiri dan mandiri'.
Ini semua membuat dia secara mental dan emosional secara perlahan tertempa sehingga saat kuliah di negeri orang dia lebih kuat menghadapinya.
2. Keuangan
Berikutnya, persiapan anak kuliah ke luar negeri yang utama pastinya adalah keuangan, apalagi bagi yang kuliah ke luar negeri secara mandiri alias dengan biaya sendiri. Negara tujuan memerlukan bukti keuangan sebagai jaminan bahwa mahasiswa bisa membiayai hidup selama kuliah di sana.Karenanya, jika kuliah ke luar negeri dengan biaya sendiri pastikan rekening sponsor (orang tua) mencukupi. Saat awal pengajuan visa biasanya akan diminta rekening koran 3 bulan terakhir yang mana saldo terakhir ditentukan nominalnya sekian (berbeda tiap negara).
Tapi yang pasti pada rekening ada terbaca cash flow termasuk pendapatan dan pengeluaran bulanan. Selain itu, nanti saat sudah diterima di kampus tujuan akan ada juga isian data keuangan termasuk data bank dari orang tua sebagai sponsor biaya pendidikan anaknya.
Selain itu ada persyaratan tertentu dari pemerintah negara tujuan terkait kiriman uang untuk mahasiswa luar negerinya.
Misalnya, kalau di Prancis minimal uang bulanan yang masuk rekening sebagai monthly living cost itu sebesar € 615. Dengan kata lain kiriman minimum agar visa bisa terus diperpanjang adalah 615 Euro per bulan (kalau dirupiahkan dengan kurs saat ini sekitar Rp 10.467.422) Yang mana nilai ini dikategorikan cukup untuk hidup dengan standar anak kuliah/anak kos di Prancis (jangan langsung bilang mahal ya, ingat biaya kuliah gratis di sana).
Terkait dengan keuangan menyiapkan akun Bank Internasional juga perlu. Bukan bermaksud ngiklan, saya bekali anak dengan rekening Jenius (dari bank BTPN yang kini sudah berganti nama jadi Bank SMBC Indonesia). Karena kita dengan mudah membeli mata uang asing di aplikasinya sehingga di sana kartu langsung bisa digunakan dengan mata uang negara tujuan. Mengambil uang pun bisa dengan mudah di ATM setempat. Pokoknya di awal tinggal di luar negeri (juga buat traveling ke sana) kartu Jenius ini bisa jadi opsi.
belum setahun di sana, sudah gondrong aja rambutnya nih, si seniman saya😄 |
Nah, setelah stay dan punya alamat maka anak akan menyiapkan akun bank yang mendukung transaksi internasional untuk memudahkan transfer uang. Pembukaan rekening akan dibantu oleh perwakilan kelas persiapan kuliah ke luar negeri atau bisa pakai jasa berbayar dari PPI (Paket Bienvenue Services & Assistance - paket penjemputan dan pengurusan segala printilan seharga kurang lebih € 100).
3. Adaptasi Budaya dan Bahasa
Tingkatkan kemampuan bahasa sebelum keberangkatan ke negara tujuan. Perhatikan persyaratan soal bahasa ini, misalnya jika ingin melanjutkan ke sana harus punya skor bahasa sekian, punya sertifikat sudah lulus level berapa dan lainnya.Selain itu persiapan dengan mempelajari etika dan norma sosial di negara tujuan, agar bisa lebih cepat beradaptasi pun sebaiknya dilakukan.
Tak lupa segera cari tahu komunitas mahasiswa Indonesia atau internasional di universitas tersebut untuk membantu adaptasinya. Seperti anak saya yang segera bergabung ke Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) dan juga menjadi anggota Erasmus Student Network (ESN) organisasi mahasiswa internasional nirlaba yang punya misi mewakili pelajar internasional dan memberikan kesempatan untuk pemahaman budaya dan pengembangan diri berdasarkan prinsip Student Helping Student.
4. Dokumen dan Administrasi
Persiapan anak kuliah ke luar negeri berikutnya adalah soal dokumen dan administrasi. Pertama, pastikan paspor sudah diperpanjang dan sesuai dengan masa studi. Ajukan visa pelajar sesuai negara tujuan dan periksa persyaratannya.Kemudian bawa copy ijazah, rapot untuk persyaratan pendaftaran baik yang format asli maupun versi terjemahan. Lalu, pastikan jika sudah menerima surat resmi dari universitas disimpan untuk pengurusan visa. Oh ya, perhatikan juga pengurusan Asuransi Kesehatan, biasanya universitas menyediakan paket asuransi untuk mahasiswa internasional.
Kesemua dokumen ini akan dibantu pengurusannya oleh konsultan pendidikan jika kita memakai jasanya (anak saya ikutan Program Persiapan Kuliah di Prancis di Nobel Edu Indonesia (NEI) atau bisa juga kita urus sendiri.
Untuk informasi, saat suami saya ke Amerika, kami urus sendiri, sementara waktu si sulung pengurusan sudah termasuk biaya persiapan kuliah ke luar negeri jadi kami tidak mengurus sendiri.
5. Akomodasi
Terkait tempat tinggal kita bisa cari tahu apakah universitas menyediakan asrama yang dari harga sewa memang lebih hemat biayanya. Atau jika perlu menyewa apartemen, mulailah mencari sejak dini, di antaranya bisa minta bantuan pada anggota PPI.Kemudian soal sistem transportasi di negara tujuan, cari info apakah ada kartu khusus untuk pelajar atau aplikasi transportasi yang digunakan.
Semua bisa di-googling ya nyarinya...Atau cari info dari grup PPI. Oh ya, anak saya saat pertama tiba di Caen, Prancis untuk program bahasa tinggalnya di asrama, berikutnya saat sudah diterima kuliah di Toulouse (Universite Toulouse-Jean-Jaures), dia tinggal di colocation (sharing apartemen dengan 4 kamar) bersama 3 teman lainnya.
6. Persiapan Keberangkatan
Siapkan barang yang penting, seperti pakaian sesuai musim saat kedatangan di negara tujuan, peralatan elektronik dengan adaptor yang sesuai, dokumen penting, obat-obatan pribadi juga bumbu/makanan Indonesia untuk hari-hari pertama di sana.Seperti saat si Mas berangkat, saya membekali rendang 1 kg, pop mie, dan bumbu intant masakan Indonesia yang ternyata berguna di awal-awal tinggal di sana.
Kemudian soal Sim Card atau Provider Internet, cari tahu provider lokal yang bisa digunakan untuk akses komunikasi dan internet dalam beberapa hari. Lalu, segera membeli Sim Card yang berlaku di situ.
Semangat Siapkan Anak Kuliah ke Luar Negeri!
Gimana? Puyeng enggak bacanya? Udah OVT padahal baru baca artikelnya?
Kwkwkw...yang jelas mau dimanapun kuliah anak kita pasti perlu persiapan ya apalagi ini ke luar negeri.
Yang pasti kita sebagai orang tua terutama Ibu tetap berkomunikasi dengan bantuan teknologi, men-tirakat-i anak karena sejauh apapun jaraknya doa seorang ibu dapat “menembus bumi dan langit.”
Dan semoga para Ibu terhindar dari empty nest syndrome sebuah perasaan umum yang berupa kesepian maupun kesedihan yang dialami oleh orang tua ketika anak-anak mereka telah meninggalkan rumah. Sebuah sindrom yang merupakan faktor yang memengaruhi kehidupan dan kesehatan dewasa madya karena diasumsikan ini dapat menyebabkan stres dan depresi. Sebab ortu menghadapi proses penyesuaian diri baru karena ketidakseimbangan akibat ketidakadaan anak di rumahnya lagi.
Baiklah, cukup sekian sharing masih terkait tentang kuliah anak saya di luar negeri.
Masih banyak yang akan saya tuliskan ke depan, sebagai jawaban untuk pertanyaan dari teman-teman (juga pembaca blog) yang DM saya nanya itu ini. Kalau ada cerita, Insya Allah saya tulis nanti.
Oh ya, kapan hari ada yang nanya, "Mbak Dian, anaknya jadi volunteer enggak di Olimpiade Paris? Kok opening ceremony-nya kek gitu sih? Apa komen warga setempat? Apa enggak ada yang menghujat?"😃
Hihi kalau itu saya enggak tahu, karena saat helatan Paris 2024 Olympic, anak saya sedang sibuk-sibuknya ngurus pindahan dari Caen ke Toulouse dan mengurus daftar ulang di kampus. Jadi dia enggak nonton langsung, hanya mengikuti lewat online saja, sama seperti saya.
Tapi, kalau teman-teman mau tahu ulasan soal opening ceremony Olimpiade Paris ini baca aja artikelnya Mba Dhenok Hastuti, lengkap diceritakan di sana.😍
Well, sebelum saya akhiri, ingin saya garis bawahi bahwa dengan perencanaan yang matang, anak bisa menjalani masa kuliah di luar negeri dengan lebih mudah dan siap menghadapi tantangan. Nah, tugas kita sebagai orangtua menyiapkan mereka dengan sebaik-baiknya.💙
Salam Semangat
Dian Restu Agustina
Menu Indonesia seporsi, di sini bisa traktir berapa orang bestie🙈 |
Wah saya malah sudah mempersiapkan Abang untuk kuliah di LN sejak kelas 10, Mba. Tapi anaknya maunya yang deket2 aja di Asia Tenggara, biar mudah bolak baliknya.. hahahaha... Dan alhamdulillah persiapannya, kita sama, Mba. Membiasakan anak mandiri sejak dini. Jadi kalau orang2 lain takut anaknya diluar, saya mah lebih seneng dia di luar dari Indonesia, biar dia bisa belajar banyak ragam budaya dan karakter orang luar. Tapi beberapa tips soal 3 bulan rekeing koran saya baru tau nih. Berlaku juga kah yang di Asia Tenggara?
BalasHapusNegara yang perlu visa, syarat rek koran 3 bulan terakhir untuk pengajuan visa, dan pastikan bahwa tidak ada setoran mendadak dalam jumlah besar, karena jika demikian, maka kedutaan akan menganggapnya sebagai “uang pinjaman”, dan hampir dapat dipastikan pengajuan visa tidak akan diloloskan. Kalau untuk syarat jadi 'sponsor anak' beda lagi. Tapi lebih baik disiapkan sejak awal sehingga ortu dikategorikan bisa membiayai dan anak tidak akan terlantar serta sebagai jaminan kalau beneran bertujuan untuk melanjutkan pendidikan bukan bekerja.
HapusWalah jadi minder
BalasHapuskarena anak saya kuliah S3 di Jepang dan sekarang bersama istrinya ke UK (giliran istrinya yang ambil S3), saya gak pernah ikutan, tau beres aja
Bukan gak mau, tapi emang serba salah. Apa pun yang mau saya kerjakan jarang ada yang sesuai dengan keinginannya, jadi yo wislah :D
Persiapannya gak cuma mental dan keuangan ya Mbak, tapi juga niat dan keinginan kuat dari si anak termasuk kekuatan hati orang tua untuk mengizinkan dan mengikhlaskan anak berada jauh dari orang tua. Saya sendiri tipe ibu yang kuat mental untuk hal ini karena pernah merasakan sendiri hidup jauh dari orang tua. Merantau hingga bertahun-tahun. Banyak pelajaran yang didapat yang terkemas dalam kata "mandiri"
BalasHapusSemoga si sulung sukses kuliahnya, kembali ke tanah air dengan membawa banyak manfaat. Mbak Dian dan suami tetap mendukung dengan ribuan doa dan biaya tentunya.
Aku bercita2 punya anak yang stay di LN, ntah itu kuliah atau kerja. Karena sekarang masih SMP, kalau bisa kuliah deh, berburu beasiswa lalu kerja aja disana... (pesimis sama negara sendiri, hikss)
BalasHapusAku malah suka kalau anak2 berani merantau. Smoga aku bisa persiapin semuanya, aamiin
Thsx sharingnya, mbak..
Kok sama mbak. Walau kadang saya mikir juga, jangan-jangan keinginan ini muncul karena dulu saya ingin bisa stay di luar negeri tapi sampai sekarang belum kesampaian, jadinya keinginannya diwariskan ke anak-anak.
HapusKeren si Mamas nih. Mungkin ini namanya, buah tak jatuh jauh dari pohonnya ya, Mbak hehehe. Bisa jadi karena dulu mendampingi ayahnya di luar, jadi termotivasi juga dan akhirnya setelah 15 tahun terwujud.
BalasHapusTapi memang sudah matang persiapan si anak, Mbak. Termasuk sudah tau tujuan negara kuliahnya nanti. Jadi sudah kursus bahasa Perancis juga.
Iya juga ya, mengajarkan anak untuk naik transportasi umum gak hanya menjadikan dia lebih mandiri aja ya, tetapi juga biaya hidup lebih hemat dan mental lebih kuat. Apalagi ini buat hidup di luar negeri pula kan
BalasHapusWow! Jauh amat pindahnya Mbak, dari Perancis utara ke selatan. Tapi memang kayaknya Toulouse lebih enak untuk siswa dari luar negeri ya daripada di Caen. Sosbudnya lebih santuy dan temannya lebih beragam.
BalasHapusIni masuk komentar salfok ga sih? Hehehe
Di Caen untuk program bahasa saja, dari Indonesia langsung penempatan ke sana, lalu ikut seleksi PTN Qadarullah diterima di Toulouse,
HapusKeren bgt keluarga mba Dian, dari suami terus sekarang anak bersekolah di luar negeri. Pasti butuh bgt management dan pengelolaan keuangan yg tepat.
BalasHapusAku jd keinget film Rudi Habibie yg para diaspora turut suka cita mengadakan pesta di kedutaan yg jd tempat utk mengobati kerinduan pada tanah air
Waah.. sama ka Dhenok bisa saling nyambung ke Prancis gini yaa..
BalasHapusKereeenn..
MashaAllaa~ tabarakallahu..
Seneng kalau baca tulisan ka Dian.
Karena sembari berdoa agar anak-anak bahagia dengan apa yang digariskan (takdir)nya dan bisa bersungguh-sungguh "menikmati" masa muda dengan berjuang menuntut ilmu.
Barakallahu fiik~
Toulouse itu tempatnya si Kriting Andrea Hirata Laskar Pelangi kuliah ya mba? Wah keren banget si bujang sudah tembus impiannya kuliah di sana, tentunya dengan dukungan mama papanya yang hebat. Anakku cuma bisa bermimpi pengen sekolah ke luar negeri, tapi pas ditanya tekadnya belum kuat jauh-jauh katanya, haha. Tapi gak papa, semoga tulisan mba Dian ini jadi penyemangat kami untuk gak berhenti bermimpi
BalasHapusPuyeng puyeng sedep mbak hehehe...
BalasHapusJadi penyemangat untuk mempersiapkan sejak dini demi masa depan anak-anak. Betul kuliah di dalam atau di luar negeri, memang banyak yang butuh dipersiapkan. Terutama yang mesti dipersiapkan sejak dini adalah kematangan emosional anak dan kekuatan bertahan di segala kondisi
Wah keren ya ternyata persiapannya gak main2 semoga ananda bisa belajar dengan nyaman di LN dan bisa menyelesaikan semua tugas2 nya ya mbak
BalasHapusIkut mengaminkan semoga bisa lancar pendidikannya. Apalagi udah punya persiapan yang lengkap juga, khususnya mentak juga sih ya, dan bahasa
HapusMbaak, saya merindiinggg... berusaha menyimak betul-betul tulisan Mbak Dian ini tapi hati saya mencelos-celos gituuu. "Udah siap belum hatinya nyekolahin anak ke LN?" huhuhu, dalam otak pengen, dalam hati pengen peluuukkk...
BalasHapusSemoga bisa jadi penyemangat dan penguat orang-orang tua yang mau nyekolahin anaknya ke LN ya, Mbak, termasuk sayaaa.
Rasanya melow ga sih mbak, melihat anak kuliah di luar negeri. Pastinya iya karena orang tua yang tadinya serumah dengan anak jadi beda benua. Untung sekarang teknologi sudah maju jadi bisa video call ya mbak
BalasHapusWah hebat nich Mamas berani pisah dengan orang tua demi cita-citanya. Mamanya juga hebat, selalu ikhlas melepas putrannya sekolah di luar demi cita-citanya. Sukses selalu untik Mamas dan semiga bermanfaat ilmunya bagi bangsa, negara dan lingkungannya.
BalasHapusMenyiapkan anak kuliah ke luar kota aja, butuh persiapan yang matang apalagi kuliah ke luar negeri, ya ... Semoga Mamas dilancarkan dan dimudahkan dalam proses perkuliahannya, aamiin.
BalasHapusMasya Allah, Mas Sulung sudah kuliah di Prancis. Kalau anaknya enjoy gitu, orang tuanya ikut lega ya, Mbak. Enggak usah OVT, terpenting doa terbaik untuk anak. Insya Allah anak akan betah dan bisa belajar dengan baik.
BalasHapusPersiapannya enggak mudah ya. Terutama mental dan budget. Meskipun di sana nantinya gratis kuliahnya, tetap dong ya, ada biaya-biaya hidup yang harus terpenuhi. Selain itu administrasi, sudah pasti ini panjang banget ngurusnya. Sabar, sabarnya banyak.
Saya jadi ada bayangan nih kalau misal suatu saat anak bisa kuliah di luar negeri apa saja yang harus saya siapkan. Terima kasih sharingnya, Mba Dian.
masyaallah mba kamu hebat ih, aku terinspirasi dari dirimu karena memang ada rencana untuk menyekolahkan anak ke luar negeri, nah tulisanmu ini sangat membantu, makasi mba
BalasHapusBangga banget ya Mbak Dian putranya berhasil masuk jurusan keinginan di luar negeri pula. Semoga sukses dan selalu membanggakan orang tua, bangsa dan negara.... Aamiin...
BalasHapusSaya dan suami juga lagi nabung karena anak nomor dua pengen ngelanjutin kuliah di luar negeri, udah keinginan dia dari sejak SMP, tapi sepertinya kami baru siap nanti dia S2.
BalasHapusBaca tips mbak Dian, makin prepare buat anggaran yang perlu orang tua siapkan, dan prepare anaknya juga dengan tips-tips di sini.
Bermanfaat banget ini :)
kalau dulu kayaknya bisa kuliah ke luar negeri itu rasanya cuma buat orang kaya. tapi sekarang kayaknya asal orang tua bisa mempersiapkan keuangan dan pintar cari informasi bisa ya mbak kuiah ke luar negeri dengan gratis. tinggal orang tua aja nih yang mempersiapkan anaknya untuk bisa mandiri
BalasHapusRasanya senang dan haru baca artikel ini. Padahal bukan anak sendiri ya hehehe, apalagi kalau suatu hari nanti saya bisa membuat artikel seperti ini versi saya (amiiin). Anak saya masih SMP dan SD, masih jauh yaa...Tapi saya sudah sering mewacanakan "kuliah di LN" pada mereka. Wacana yang saat ini terasa "omong kosong" jika mengingat kebutuhan biaya-nya. Tapi, ada Allah yang bisa membuat hal-hal yang terlihat mustahil bisa jadi nyata yaaaa...
BalasHapusSemoga Mamas lancar kuliahnya ya Mbaa...
Mbak, aku tu pengin anakku kuliah di luar negeri. Ke Mesir, Turki atau Malaysia yang deket aja. Tapi anaknya yang ga mau. Katanya udah 6 tahun pisah sama orangtuanya sejak SMP, mosok masih suruh lanjut jauh2an lagi. Jadi mellow deh ketika dijawab gitu. :(
BalasHapusMashaAllaa~
BalasHapusPersiapan mental dan fisik juga finansial. Aku tapi gak ngebayangin kalau jurusan yang membutuhkan dana lebih semisal seperti kedokteran... harus ada uang di tabungannya dengan nominal lebih besar yaa, ka Dian?
Barakallahu fiik, lancar kuliahnya..
Semoga lanjut S2, S3 dan post doctoral di Yurop.
Aamiin~
Cita-citaku juga pengen anak kuliah di luar negeri sekarang lagi berusaha mempelajari bahasa asing untuk bekalnya, semoga nanti S2 bisa berburu beasiswabelajar di luar negeri untuk pengalamannya
BalasHapusAamiin... semoga saja diijabah nih doa mama soleha. Aku tu juga pengin loh sebenarnya anak2 sekolah gitu di luar negeri agar makin luas wawasannya. Tapi kayaknya anaknya ga mau hehehee...
HapusMenarik sekali ceritanya mbak
BalasHapusJadi makin semangat buat siapin anak kuliah di luat negeri
Mungkin akan lenih bikin ovt buat saya, maklum anak saya perempuan
Pengennya dia kuliah asia Tenggara aja atau Jepang, biar g terlalu jauh
Aku tuh pengin banget si kecil kuliah di luar negeri, walau nanti dibalilikin lagi ke anaknya. Sekarang fokus kumpulin biaya pendidikan anak, siapa tahu si anak mau sekolah di luar negeri.
BalasHapusSemua sudah sangat lengkap dituliskan disini sih ya. Paling penting diingatkan kembali agar calon mahasiswa juga mempersiapkan diri secara mental . Adaptasi dengan budaya baru bisa menjadi tantangan tersendiri. Saya pernah kuliah dan pertukaran mahasiswa dibeberapa negara. Sungguh perbedaannya sangat terasa
BalasHapusSaya bacanya mendalami banget, Mbak. Berharap bisa saya terapkan sendiri, karena ada keinginan juga anak sekolah ke LN meskipun semuanya nanti tetap kembali ke anak maunya bagaimana.
BalasHapusMemang deh ya Mba, mau melanjutkan studi, apalagi kalau kampus tujuannya bukan di dalam negeri itu, persiapannya akan panjang dan berliku sekali. Walau Mba Dian menyatakan kalau segala keputusan untuk kuliah jauh dari rumah ini diputuskan saat si Mas jadi siswa kelas 12 SMA, tapi bila kuperhatikan lebih jauh, sebenarnya sudah sedari lama. Traveling yang menjadikannya terbiasa beradaptasi juga berbagai keputusan dan dukungan agar si Mas jadi amndiri dan tangguh saat harus tinggal sendiri ini yang turut jadi catatanku. Aih ... semoga para ibu diberi rasa tangguh biar nggak mengalami kesepian ketika harus tinggal jauh dari buah hatinya. Soalnya doa ibu juga nggak aklah pentng sepanjang prosesnya.
BalasHapusKeren lho ini anaknya. Semoga anakku bisa terinspirasi kakak yang satu ini ya. (Amin yang keras) hehehe..
BalasHapusTapi setuju banget, kalau udah ngomongin pendidikan mau itu di luar atau di dalam negeri sekalipun kesiapan emosional anak ini penting banget. Jangan sampai doi terkejoet sama kondisi yang malah bikin proses belajarnya ambyar. Gali informasi dari alumni bisa jadi salah satu cara ya mbak... :D
Persiapan kuliah ke luar negeri ini bener-bener penting banget! Menurutku, bukan cuma soal akademis, tapi juga mental dan adaptasi budaya yang seringkali jadi tantangan besar. Tips yang kakak kasih ngebantu banget buat orang tua dan anak biar nggak kaget saat tiba di negara tujuan
BalasHapusSelama anaknya menikmati, kita selaku orang tua harus bisa mendukung dan mendoakannya, ya, Mbak. Kalau mereka memang ingin kuliah di luar negeri, ya kita ikut mempersiapkannya sebaik mungkin.
BalasHapusMakasih sharingnya ka. Tips nya sangat bermanfaat! Mulai dari urusan dokumen, penyesuaian budaya, hingga persiapan mental dan finansial, semua aspek penting telah dibahas. Penting bagi orang tua dan calon mahasiswa untuk memahami proses ini agar lebih siap menghadapi tantangan yang mungkin muncul di negara asing.
BalasHapusKeren, keren. Kalian adalah keluarga yang keren. Semoga si Mas lancar kuliahnya. BTW saya enggak nyangka kalau persiapannya mesti jauh-jauh hari.
BalasHapusPasti campur aduk ya rasanya, Kak! Salut banget sama ketelatenan persiapannya, jadi referensi banget buat para orang tua. Semoga si Mas sukses terus di sana!
BalasHapusTernyata banyak banget yang perlu disiapin! Ngikutin cerita Kak Dian bikin makin kebayang persiapan anak kuliah di luar negeri.
BalasHapusKeren banget, udah mempersiapkan jauh-jauh hari untuk anaknya. Jadi saat waktunya tiba nanti semua sudah dipersiapkan, dan anak mau melangkah kemana sudah siap semuanya.
BalasHapusSekarang kuliah di luar negeri gak bisa dibilang mahal juga ya mbak karena yang didalam negeri juga warbiyasak bgt budgetnya. Paling lebih effort dalam mengurus surat2nya aj y
BalasHapusMasalah besarku sekarang adalah keuangan
BalasHapusSaya bingung mau nabung karena penghasilan tidak menentu
Hiks... pasrah dan berusaha saja terus
Doa semoga anak anak mendapatkan pendidikan layak
Kuliah di luar negeri tidak akan pernah mudah. Terlebih kita harus banyak memahami budaya setempat dan beradaptasi dengannya. Kemampuan berbahasa jadi poin krusial.
BalasHapusHebat, semoga dapat ilmu yang berguna bagi dunia dan akhirat.
BalasHapus