Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kajian Ustaz Bendri Jaisyurrahman

Hari ini saya sedang bernostalgia ke masa belia, dengan menikmati aneka cerita anak di Blog Berbagi Cerita dan Ceria milik rekan blogger saya Mas Bambang Irwanto si Kurcaci Pos, yang ratusan dari karyanya telah dimuat di berbagai majalah dan koran ternama di Indonesia seperti Bobo, Girls, Mombi, Majalah Kreatif, Pustaka Ola dan Kompas Anak.

Seorang penulis (cerita anak) yang inspiratif yang mengingatkan saya sebagai orang tua untuk terus berusaha memberikan pola pengasuhan yang terbaik bagi anak-anak saya. Apalagi kini, sebagai ibu saya banyak terdistraksi oleh aneka kegiatan yang terkadang membuat emosi turun naik sehingga bawaannya nge-gas kalau ngadepin anak-anak di rumah. Ditambah, anak-anak saya yang masuk kategori Gen-Z yang kadang tuh sulit dimengerti oleh ortunya yang Gen-X ini.

Karenanya, ketika Forum Komunikasi (Forkom) Dakwah Jamiyyah Al Azhar Kembangan menghelat Kajian dengan tema "Manajemen Emosi dalam Mendidik Anak Secara Islami" bersama Ustaz Bendri Jaisyurrahman, saya senang sekali.

Temanya relate banget nih dengan apa yang digalaukan orang tua saat ini. Anak-anak Gen-Z yang tentu berbeda dengan generasi orang tuanya, yang sangat familiar dengan teknologi termasuk sosial media. Sehingga kadang ada benturan yang membuat emosi para ayah/bunda, bapak/ibu, papa/mama bergolak luar biasa.

Lalu, bagaimana kajian Ustaz Bendri Jaisyurrahman membahas soal ini? Yuk, simak di sini kajian lengkapnya!

Catatan: ini adalah hasil rekaman kajian..nyaris persis apa yang disampaikan ustaz Bendri, hanya saya edit sedikit beberapa kalimat yang diulang tidak disertakan.

Kajian Ustad Bendri Jaisyurrahman


Ustad Bendri: Anak Ikut Kajian, Sambut, Sapa, Muliakan!

Orang soleh yang buru-buru pengen masuk surga itu egois!

Nabi Muhammad SAW, kakek moyang kita, pertama kali diciptakan tinggalnya di surga, tapi Allah mewajibkan Beliau untuk turun dulu ke bumi untuk jalani misi. Baginda Rasulullah SAW sudah dijamin masuk surga. Apalagi saat beliau diangkat jadi Nabi. Tapi Baginda Nabi gak pernah bilang, ya Allah kalau bisa sekarang aja masuk surga, tapi Beliau jalani dulu misi hidup tadi. Maka kita pun harusnya begitu. Kita sering minta umur yang panjang itu boleh, tapi permintaan umur panjang ini harus dibarengi dengan proposal misi hidup jadi jangan minta perpanjang, tapi enggak jelas mau ngapain...

Ya Allah, panjangkan umurku, biar bisa nonton drakor terbaru. Itu enggak worth it banget. 😀

Ya Allah panjang umurku,agar bisa mendidik anak cucuku menjadi ulama, ya Allah panjangkan umurku, aku pengen bisa bangun Rumah Quran. Nah, kalau enggak punya misi hidup, akhirnya orang punya  umur panjang jadi meresahkan dan merugikan orang lain

Dikisahkan suatu hari Nabi Ibrahim Alaihissalam yang punya keistimewaan di antaranya khalillullah yang artinya bestie-nya Allah (paling deket sama Allah). Di antara istimewanya Ibrahim,  Allah tidak akan cabut nyawanya, kecuali Ibrahim langsung yang minta, maka tak dicabut sampai Ibrahim sudah berumur 175 tahun, karena Beliau belum minta dicabut nyawanya.

Satu waktu Allah mengutus sesosok malaikat yang nyamar jadi kakek tua dan mengetuk pintu rumah Ibrahim. Si kakek dibukakan pintu, diminta masuk, dijamu dan ditanya berapa usianya. Dijawab 170 tahun, Ibrahim jadi mikir, oh saya sudah setua ini juga,  kaget dia..

Kakek itu berkata, ya beginilah orang kalau sudah tua enggak bisa ngapa-ngapain malah nyusahin banyak orang, maka itulah sunnahnya kematian agar orang lain bisa terus beramal tanpa direpotkan oleh oang yang sudah tua.

Tapi tolong kisah ini jangan sampaikan ke bapak ibu kita yang sudah sepuh, kurang ajar itu namanya. Bisa-bisa gak dapat warisan gara-gara bacakan kisah ini ke mereka..😀

Nah apa makna kisah ini, pastikan kalau minta umur panjang dibarengi dengan misi hidup. Kalau enggak akan nyusahin orang, nambah beban, apalagi kalau cuma foya-foya, banyakin  dosa aja...

Oh ya yang hadir ada yang bawa anak? Mereka dimuliakan di majelis ini dan mereka boleh memilih untuk istirahat, tidur atau ngapa-ngapain.  Dan ini rumus dalam mendidik anak: bangun kesan sebelum sampaikan pesan.

Karena kalau orang terkesan akan repeat order, kalau anak kita di majelis ilmu dapat kesan besoknya bilang gini: mama besok kalau ada pengajian ikut ya. Udah remaja: kemana bro, ada kajian, ikut yaa, tambah kuat dia kalau terkesan repeat order-nya

Tugas pengasuhan adalah meninggalkan kenangan yang baik. Jadi jika anak-anak punya kenangan yang baik akan Islam nanti mereka mencari sendiri saat dewasa. Makanya orang tua pendidik jangan sampai membuat kesan yang buruk. Kalau ada anak ikut majelis lalu ramai cukup diingatkan, meski kalau sudah nangis dan teriak itu mengganggu karena kajian butuh ketenangan 

Makanya kalau anak mulai tidak tenang, bapak atau ibunya langsung membawanya keluar sebentar dengan cara yang baik. Kalau dia sudah tenang ditawari masuk. Kalau sudah enggak nyaman, enggak apa-apa berkorban, karena itulah proses, yang memang melelahkan, tapi menjadi bekal buat anak di masa depan.

Jadi kalau ada anak masuk majelis ilmu ingat untuk di sapa, disambut, dimuliakan, Jadi biar anak-anak merasa nyaman gitu, jangan malah kasih tugas ya "Nanti kalau ikut kajian bareng mama bikin resume 5 halaman, mau Mama taruh di sosmed". 😀

Baiklah mari kita doakan anak kita yang di sini, yang di sekolah, di rumah maupun yang  sedang di pesantren atau lainnya kita doakan semoga mereka jadi, anak yang soleh dan solehah jadi pemimpin bagi orang-orang bertakwa. "Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrota a'yun waj'alna lil muttaqina imama. "(Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa).

Ustaz Bendri Jaisyurahman


Kehamilan: Al Busyra - Kabar Gembira!


Hari ini kita ingin diskusi yang menjadi isu utama dalam pengasuhan terutama kaum ibu.

Di antara yang kita harus pahami bahwa emosi ibu itu sangat-sangat memengaruhi kondisi anak. Nah, Allah dalam surat Al Baqarah ayat 58 berfirman: tanah yang baik akan keluar darinya tanaman-tanaman yang baik.

Di antara makna tanah dalam ayat ini adalah ibu. Jadi Quran itu kalau buat filosofi tentang wanita identik dengan tanah, contohnya saat Allah menyebut di surat Al baqarah 233 "Istri-istrimu ibarat tanah ladang" Saat jadi ibu disebut baladun tanah yang lebih lapang, lebih luas jadi wanita diibaratkan tanah, tapi ingat kalau suka ribut namanya tanah sengketa.😀

Kalau tanahnya baik keluar tanamannya baik. Tanaman inilah anak-anaknya, maka salah satu kunci utama mengasuh anak sederhana teorinya, tapi berat yakni jadilah ibu yang bahagia. 

Karena ini pondasi awal, maka Alquran ketika berbicara tentang ibu dimulai saat hamil, Allah selalu memakai terminologi: al busyra, artinya kabar gembira.

Contoh Allah memberitahu kehamilan istri Zakaria, "Kami beri kabar gembira kepadamu dengan putra yang diberi nama Yahya" (QS Maryam 7) Kabar gembira di sini adalah istrinya hamil. 

Allah juga memberi tahu tentang kehamilan Hajar dalam surat QS As-Saffat 101, "Kami beri kabar gembira kepadamu dengan putra yang sabar". Dan, Allah memberi tahu tentang kehamilan Sarah, "Kami beri kabar gembira kepadamu dan putra yang cerdas." 

Bahkan Allah menyindir orang-orang Arab jadi, yang-yang diberi anak perempuan. Jika mereka diberi kabar gembira dengan kelahiran anak wanita wajah mereka merah padam tidak terima, saking tidak ridhonya saking marahnya, 

Apa pesan Allah? Kehamilan sebagai syarat awal jadi ibu harus dilalui dengan gembira. Di sinilah kenapa kegembiraan itu kunci dasar saat wanita menjadi seorang ibu.

Sehingga ketika ada wanita sedih Allah itu langsung turun tangan untuk menghiburnya. Contoh ketika Maryam sedih saat hamil dan masyarakat membencinya, katanya Maryam, wanita suci buktinya hamil, jangan-jangan itu, jangan-jangan ini, dulu lambe turah jadoel pun sudah ada...

Maryam ini merasa sedih, bukan dia stress atau depresi, sedih iya, karena kalau maksud di sini bukan ingin bunuh diri bukan... maknanya ini perlu diluruskan karena ada yang memandang sampai pengen bunuh diri, gara-gara digosipin orang...

Dia minta mati itu, ini tradisi di orang Arab di zaman dahulu, orang Arab orang-orang soleh, zaman dahulu kalau ada orang lain bergunjingnya dan orang tersebut berdosa karena dirinya karena ngomongin dia terus, maka dia untuk menghentikan dosanya minta ya Allah, lebih baik saya mati.

Supaya dia enggak ngomongin saya jadi enggak usah lagi saya ada, kasian dosanya banyak jadi kira-kira gitu ini bentuk dari kelembutan dan jiwa yang diam sedihnya dia karena bukan karena tentang depresi karena apa, tapi karena dia itu banyak dosanya orang yang ngomong saja, tapi memang Maryam sedih ya

Dan ketika Maryam sedih Allah utus malaikat Jibril, maka ketika Maryam yang sedang beristirahat, "Janganlah engkau bersedih"

Dan inilah hiburan kepada ibu yang hamil dan menyusui bagi kita yang hari ini hamil menyusui, mudah-mudahan dapat haknya. Jadi, hak ibu hamil ada 3:
  • Makan enak
  • Minum enak 
  • Bersenang-senang
Begitu indahnya Islam makanya kalau ini ibu ketahui dan suami ketahui dan memuliakan ibu saya yakin pasti ibu semangat hamil ya kan? 

Misalnya suami begitu memuliakan ibu hamil anak pertama dikasih Honda Jazz anak ke-2 Voxy, anak ke-3 naik CRV anak ke-4 Alphard, ibu anak ke-20 bikin showroom...😀

Tapi hari ini ibu baru hamil anak 2 kali dah ngeluh hamil lagi, hamil lagi. Karena waktu anak pertama tak dapat supporting system dari orang terdekat.

Karena mereka tak paham bahwa sejatinya kehamilan adalah fase di mana aku diratukan dan aku harusnya tidak perlu takut tak mampu mengendalikan emosiku demi anak.

Itu satu contoh, berikutnya adalah ayat Quran, juga menceritakan bagaimana Allah menghibur Bunda dari nabi Musa yang saat dia dapat ultimatum setiap bayi laki-laki akan mengganggu status quote atau jabatan saya,  kata yang bernama Firaun.

Maka ibunda nabi Musa takut begitu tahu bayinya laki-laki daripada nanti ada inspeksi mendadak langsung digerebek dan dibunuh, maka dia pun harus melarungkan anaknya ke sebuah keranjang yang dialirkan ke sungai Nil.

Dia enggak tau kondisi bagaimana nanti si bayi, dianggapnya lepas darinya masih ada peluang, mudah-mudahan ada umur Allah takdirkan. Waktu itu yang memungut adalah Asiyah yang mengasuhnya dengan penuh cinta dan membujuk Firaun, "kita kan gak punya anak bisa jadi dia ditakdirkan jadi anak kita." Sejahat-jahatnya Firaun masih bisa dibujuk...

Pelajaran buat ibu-ibu, seburuk buruknya suami masih bisa ibu pengaruhi, ibu belajar dari Asiyah, bisa membuat Firaun tunduk dalam hal ini . Jadi kalau ada yang bilang bahwa ustaz suamiku jahat banget, Suami ibu bunuh anak-anak enggak? Suami ibu ngaku-ngaku tuhan enggak?

Berarti suami ibu lebih baik daripada Firaun, Alhamdulillah. Sebagaimana Asiyah bisa bersabar dengan Firaun. Asiyah sama Firaun aja bisa bersabar, apalagi ibu sama anak buahnya Firaun .😀

Nah, Allah menakdirkan Asiyah mengumumkan setiap wanita punya ASI, tolong susui anak angkat saya, dapat gaji langsung dari negara. Semua ibu menyusui mendaftar, tapi semuanya ditolak oleh Musa.  

Hingga Ibunda Musa datang dan Musa mau menyusu. Sehingga ada kalimat Allah dalam QS Taha 40, "Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak bersedih hati"

Dampak Pertama Fatherless di Indonesia Bukan Anak tapi Istri


Dampak Pertama Fatherless di Indonesia Bukan Anak tapi Istri


Tidak sedih, senang adalah di antara hal yang menjadi prioritas perempuan, makanya ibu mengalami kondisi mental yang buruk sedih stres gangguan pertama dirasakan saat kehamilan:
  • Bayi-bayi yang mengalami kerusakan otak.
  • Stunting, ketika ada isu stunting, itu bukan sekedar perbaikan gizi, tapi perbaikan pola asuh di saat ibu hamil itu salah satu yang mungkin diabaikan hari ini
  • Mentality anak yang fragile, rapuh, gampang marah emosional 
Yang dibutuhkan anak di umur-umur ini adalah dekapan nyaman, tapi ibu tidak mendekap dengan nyaman sehingga dia mengalami defisit pelukan yang disebut skin hunger, sindrom dialami sebagian besar anak-anak yang tumbuh akibat ibu yang sibuk jarang memeluk atau ibu yang memeluk dengan kondisi emosi negatif. Sehingga anak tidak mendapatkan sentuhan yang cukup yang memberi rasa nyaman. Anak-anak ini menjadi pribadi yang hari ini dikenal sebagai Juniper julid nyinyir baper!😀

Maka jangan heran, kalau ketemu orang yang kita senyumin komennya,"Ngapain kamu senyum-senyum, ngeledekin aku ya" Esoknya kita diam aja, kapok senyum, dia komen "Sombong amat, mentang-mentang".

Nah dia punya isu di masa kecil ya skin hunger, bisa jarang dipeluk atau pelukannya tak nyaman akibat ibu yang stress.Makanya saya juga bersyukur nih, bapak-bapak hadir di sini? Karena diantara penyebab utama istri stress tuh suami.

Perceraian itu Bu yang ditakutkan anak bukan broken home, tapi broken heart, sebab saat bersama di rumah, dia mendapatkan cipratan emosi negatif akibat bapak ibu yang disharmoni, saling bertengkar, saling mencaci walaupun tak bercerai.

Karena anak tidak suka sebab masuk dalam pusaran keributan di mana tanpa sadar kita malah mencurahkan perasaan dan kita menganggap ini katarsis-katarsis untuk menyelesaikan emosi itu. 

Di antara perintah Allah, QS Al Baqarah ayat 237, "...Janganlah melupakan kebaikan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan".

Islam itu begitu mulia, orang kalau sudah cerai itu adabnya, jangan lupakan kebaikan mantan. Alih-alih Allah bilang jangan sebutkan keburukan, Allah bilang jangan lupakan kebaikannya karena kebaikan yang diingat akan menetralisasi perasaan. Kalau keburukan diingat dampak pertama adalah anak-anak, ibu yang tanpa sadar membuat persepsi anak tentang bapaknya buruk, membuat dia semakin takut menghadapi pernikahan.

Dampaknya adalah ke anak, hari ini muncul isu: gua enggak mau punya anak ah..children free, gua enggak mau nikah, buat apa malah menyakitkan. Malah lebih tertarik dengan HTS Hubungan Tanpa Status,  Friend With Benefit...

Artinya kondisi itu didapatkan akibat tidak kita kontrol emosi yang justru berdampak ke anak. Makanya saya selalu bilang konsentrasi hari ini adalah fatherless di Indonesia itu berdampak pertama bukan ke anak, tapi istri ...yakni istri yang lelah.

Capek, ditambah lagi maaf iya, harusnya tulang rusuk dia jadi tulang punggung. Makanya di antara hari ini saya soroti adalah kenapa penguatan fatherless , itu bukan penguatan peran ayah, tapi penguatan nilai ke laki-lakian. Karena isu hari ini adalah kelaki-lakian yang merosot. 

Kelaki-lakian itu apa maksudnya? Menyimpang sedikit, di TikTok mewakili gambaran gen-Z, ditanya calon istri idaman seperti apa..

"Aku tuh pengen istri cantik seksi bisa ngaji terus hangat bisa nyari duit benerin genteng benerin listrik angkat galon." Kalau istri kamu enggak bekerja, gimana? "Ogah amat, masak iya dia mau enak-enakan aja!" 

Kalimat ini sedih bagi saya, ada hal yang luput diajarin ke anak laki-laki, "Laki-laki (suami) itu pemimpin (qowwam) bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (suami) telah memberikan nafkah dan hartanya" (QS An-Nisa 34)

Makin besar qawwam makin banyak, tapi semakin rendah uangnya makin pelit pemberiannya bahkan merongrong istrinya, lo bantuin bayar cicilan.

Ini bukan berarti istri enggak boleh bekerja ya, tapi disini ada yang harus diluruskan. Wajar akhirnya ketika laki-laki tidak punya jiwa qawwam akhirnya fitrah kelaki-lakiannya hilang. Alih-alih mengayomi istrinya malah merongrong bahkan lebih ekstrimnya hari ini KDRT mukul nendang nonjok. 

Inilah yang saya khawatirkan dari dulu. Saya ketika memahami tanda akhir zaman saya, termasuk yang menggali dari berbagai sumber yang sedikit beda di antaranya, tandanya sedikitnya laki-laki dan banyaknya perempuan. Ada hadis ini memberi tahu bahwa di akhir zaman laki-laki 1 banding 50. Kesimpulannya, 1 laki-laki sejati, 50 sisanya bencong. Bukan berarti kemayu. Tapi dia enggak tahu perannya sebagai laki-laki yang mengayomi istrinya melindungi istrinya, membuat istrinya bahagia, itulah kenapa saya mengatakan maaf sekolah lebih baik mengajarkan keqawwaman daripada entrepreneur.

Entrepreneur itu ngajari cara nyari duit. Tapi kadang gak mau berbagi sama istrinya tetep pelit ada lho banyak kasusnya. Lulusan sekolah ini semoga siap jadi suami dan jadi ayah di masa depan jangan sampai lulusan siap jadi seorang presiden, gubernur di masa depan, tapi adalah suami yang buruk, ayah yang gagal.


Manajemen Emosi dalam Mendidik Anak Secara Islami


Kita balik kenapa emosi ini muncul, kenapa susah sekali mengendalikan emosi, ada beberapa faktor:

  1. Pola asuh yang diwariskan dari zaman ke zaman. Ada warisan pengasuhan atau warisan kemarahan, kita yang dulu emak bapak sering marah-marah sangat besar peluangnya untuk menjadi ibu yang emosional. Kita menyimpan frozen emotion yang layaknya bisul kita bawa kemana-mana gampang banget ke trigger
  2. Relasi dengan pasangan yang buruk, terutama ketika kita tak mendapatkan kebutuhan. Lalu cara menasihati pasangan gimana? Jangan langsung nasihati karena suami egonya tinggi. Cara menginspirasi suami bisa lewat 3 cara: ajak ke pengajian buat kebutuhan dia, istri jadilah duta pengajian tunjukkan kita makin solehah setelah rajin ikut kajian, dan manfaatkan momen misalnya minta hadiah ikut kajian bareng. 
  3. Asupan diri yang tidak seimbang: mind-body-soul. Seringlah akal diajak diskusi dengan asupan positif, asupan fisik untuk badan yang sehat, asupan ruh spiritual imbangi dengan ibadah yang benar. Marah seperti air bah dia akan bertahan jika tanggulnya kuat. Tanggul ini adalah kesabaran. Kualitas kesabaran kita tergantung pada kualitas sholat kita. Terapi orang dengan masalah emosi yang mudah jebol dengan cara penguatan sholat. Orang yang gampang marah pasti sholatnya berantakan.
  4. Pengaruh buruk dari luar jadi yang kadang-kadang kita tidak sadari 
  5. Manajemen waktu yang buruk: kebutuhan kita ada: me time (yang terbaik spiritual time), couple time (bukan hanya hubungan intim tapi juga berdiskusi, pillow talk), family time (makan bersama keluarga, jalan-jalan) dan social time (ikut kajian, arisan, reunian). Emosi terkendali karena ada keseimbangan hidup, memiliki kesadaran membangun mood booster pada kesenangan.

Untuk sebagian besar ibu-ibu itu saya pakai teknik menulis. Jadi, kalau kita punya isu yang sama tentang pola asuh pertama maafkan, pemaafan adalah pembuka jalan ke berdamai, mari kita maafkan orangtua kita, jika tidak kita akan menyimpan perasaan dan akan melampiaskannya ke anak. Sangat besar peluang menjadi ibu yang emosional, maafkan karena enggak ada manfaatnya itu 

Pengalaman penelitian, menulis itu membuat hati menjadi tenang, membuat hatinya jadi lega, tuliskan apa yang kita rasakan, bikin mirroring dari kejadian buruk itu yang saya namakan parenting free, membuat jejak pola asuh yang baru.

Jadi ada marah yang boleh:
  1. Kurhun: marah level 1 yang menunjukkan kecerdasan emosi seseorang. Kurhun menyatakan ketidaksukaan, caranya dengan manis dan elegan, marah tapi masih bisa senyum
  2. Syukhtun: boleh marah level ke-2 masih dalam kendali meski nada mulai tinggi, mata melotot.
  3. Ghadhabun:  satu dari tiga ini: berteriak, ekspresi wajah yang menyeramkan, tangan menyakiti, di sini kondisi hati sudah tidak terkendali
  4. Ghaidzun: ketiga hal dilakukan: marah dengan kekerasan fisik dan lisan, dibarengi sumpah serapah, caci maki, kondisi hati sudah sangat tidak terkendali
Bekas luka pengasuhan dari kemarahan nomor 3 dan 4, jadi hindari!

Setiap ada emosi negatif ganti dengan doa yang memberi dampak positif: "Ya Allah hari ini aku sedih sekali, aku disakiti suami, maka balaslah dengan segera lunas hutang-hutangku".

Jika ada masalah, katakan saja ke anak,"Doakan saja Ayah" jangan malah ditambah-tambah sehingga anak membenci ayahnya.

Obatnya marah adalah empati yang akan membantu kita memahami sudut pandang orang lain dengan cara berbeda. Dalam QS Al Imran 134: orang yang bisa bersedekah saat lapang dan sempit, dia bisa menahan amarah dan bisa memaafkan orang lain. 

Ketiga sifat ini terikat, artinya dia adalah orang yang empatinya tinggi. Kalau gampang marah berarti empatinya rendah, cirinya di antaranya hatinya keras, susah nangis. Nah solusinya apa, hadir langsung terlibat dalam program sosial jadi cara terbaik untuk menumbuhkan empati. Misalnya, ada penyaluaran bantuan bencana alam, kita langsung ikut terjun, ikut dalam kegiatan pemberian santunan anak yatim, dan lainnya.

Penutup


Alhamdulillah Kajian Forkom Dakwah Jamiyyah Al Azhar Kembangan akhirnya sukses digelar. Setelah mengundang Ustaz Hilman Fauzi pada bulan Agustus lalu dan kali ini Ustaz Bendri Jaisyurahman, semoga bisa membawa manfaat bagi yang hadir juga jamaah yang lebih lebih luas lagi. Semoga kita bisa menjadi orang tua terutama ibu yang mampu mengelola emosi dan mendidik anak secara Islami. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.

Sampai jumpa di kajian selanjutnya...💕




Salam Semangat

Dian Restu Agustina



  


Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

50 komentar untuk "Kajian Ustaz Bendri Jaisyurrahman"

  1. Jadi pensaran juga sih ada gak ya yg doanya kaya gitu mbak hehehe bisa nonron drakor terbaru.
    Menarik ya kajian ustadz Benri apalagi contoh-contohnya juga real & relate dengan keadaan saat ini. Aku selalu berdoa gak menyusahkan anak aja paling mbak, berarti harus aku tambah dengan misi hidup bisa bermanfaat juga untuk orang banyak nih.
    Setuju banget dengan quotenya untuk memuliakan anak yang masuk majelis ilmu jangan malah diledek

    BalasHapus
  2. Ya Allah jadi pengen ikutan kajian ustdz Bendri secara langsung huhu.. biasanya cuman lewat rekaman aja. MasyaAllah ya mbaa, rasanya hati jadi legaaa setelah dengerin kajian beliau hhehe, ga merasa bersalah dan merasa gagal jadi Ibu. justru makin semangat :)

    BalasHapus
  3. Menarik banget mbak kajiannya, betul banget bahwa anak masuk majelis ilmu harus ingat untuk di sapa, disambut, dimuliakan, karena banyak banget fenomena masjid2 yang ketika ada anak2 malah diusir. Gimana mau terbiasa untuk mendidik anak ke masjid ya.

    BalasHapus
  4. Masya Allah isi kajiannya daging banget, saya yang insya Allah mau dikaruniai rezeki anak lagi langsung seneng nih dengar ibu hamil seharusnya diratukan. Hahaha..

    BalasHapus
  5. Kajiannya berisi banget. Sebagai self reminder juga. Seringkali kita tidak dpt menahan emosi ke anak disebabkan merasa lelah, sedang banyak pikiran dll. Kajian ini memberi pencerahan pada saya tentang bagaimana mengelola emosi terutama terhadap anak.

    BalasHapus
  6. Ya Allah baru denger istilah skin hunger, rasanya makjleb banget dan langsung refleksi diri sebagai ortu, anak2ku kira2 mengalami ini nggak ya. Dampak fatherless ternyata serem juga ya Mba

    BalasHapus
  7. Aku megang banget ini mba, sama kalimat TUGAS PENGASUHAN ADALAH MENINGGALKAN KENANGAN BAIK. Karena ini akan sangat berpengaruh bagi kehidupan berkelanjutan anak-anak sebagai orangtua kelak

    BalasHapus
  8. MasyaAllah.. Banyak sekali ilmu yang didapat ya Mbak dari kajian Ustaz Bendri. Saya pun senang mendengar ceramah beliau walau kadang hanya dari online. Banyak sekali ilmu terkait pengasuhan anak terutama. Bagaimana anak laki-laki harus memiliki qawwam yang besar agar kelak bisa memimpin unit terkecilnya dahulu, yakni keluarga, adalah salah satunya.

    BalasHapus
  9. Ya Allah jadi pingin ikut kajian yang memotivasi tetapi tidak menghakimi seperti ini .

    BalasHapus
  10. Masya Allah mak bagus banget bahasannya. Terutama saya highlight soal marah. Jadi kesindir banget pernah marah dengan nada tinggi dan mata melotot ke anakku tuh kok kaya bersalah banget jahat bgt gitu. Anakku tuh kaya kaget gt. Dari situ aku gak mau kaya gitu lagi klo marah biar gak ada luka ya mak. Makasi banyak ini ilmunya.

    BalasHapus
  11. Saya sering mengikuti kajian Ustadz Bendri secara online bagus banget. Jadi ingin ikut kajiannya secara langsung pasti lebih mendalam pemaknaannya ya mba.

    BalasHapus
  12. aku pernah mengikuti beberapa kali kajian ustaz bendri, online tapinya mba, dan memang kajiannya tentang keluarga dan bagaimana pola asuh anak

    BalasHapus
  13. Kayaknya saya harus memperbanyak mengikuti kajian seperti ini, biar hati lebih tenang, khususnya dalam membersamai anak. Kajian-kajian tentang pengasuhan ini memang sebaiknya sering dilakukan dan para ortu nggak cuman ibu, tapi ayah juga seharusnya mau ikut serta, biar anak-anak bisa merasakan pengasuhan yang lebih nyaman, serta kasih sayang positif dari ayah ibunya lengkap

    BalasHapus
  14. masya allah terima kasih atas reminder2nya, ibu hamil itu kuncinya bahagia. hiks bener mah ini dan segala macam cuplikan keren yang mbak sematkan makasih atas nasihat hangat dan nostalgianya

    BalasHapus
  15. MashaAllaa~
    Asik banget kajian Ustaz Bendri Jaisyurahman. Ngaliirr dan materinya sambung menyambung sehingga ketika pulang kajian, langsung ada yang harus dipraktekkin agar bisa kelola emosi.

    Karena gak selamanya emosi itu kudu dihadapin dengan impulsif. Bisa dengan berbagai cara nyata seperti pesan ustadz. Perbaiki hubungan dengan Allah, pasangan dan anak agar hidup menjadi lebih tenang.

    BalasHapus
  16. Menarik banget mbak kajian Ustadz Bendri ini.
    Aku setuju banget bahwa anak masuk majelis ilmu harus ingat untuk di sapa, disambut, dimuliakan.
    Meski dalam beberapa praktiknya, malah dilarang ya. Karena dianggap mengganggu ketenangan kajian

    BalasHapus
  17. Menarik banget mbak kajian Ustadz Bendri ini.
    Aku setuju banget bahwa anak masuk majelis ilmu harus ingat untuk di sapa, disambut, dimuliakan.
    Meski dalam beberapa praktiknya, malah dilarang ya. Karena dianggap mengganggu ketenangan kajian

    BalasHapus
  18. baca bagian yang hamil lagi itu jadi ingat kontennya dinda alamanda yang selama hamil dan melahirkan benar-benar diratukan suaminya sampai dia bilang kalau suami kayak gini terus dia rela deh hamil dan melahirkan lagi.

    BalasHapus
  19. Masyaallah, terima kasih ya mbak sharingnya, jadi banyak membuka wawasan dan mengingatkanku banyak hal, ingin ikut kajian beliau langsung, coba cari di youtube ada ga ya

    BalasHapus
  20. Ah pasti senang ya mbak,bisa ikutan Kajian Ustaz Bendri Jaisyurrahman secara langsung
    Kajian ini membuka wawasan baru buat aku, jadi pengingat diri

    BalasHapus
  21. Ah pasti senang ya mbak,bisa ikutan Kajian Ustaz Bendri Jaisyurrahman secara langsung
    Kajian ini membuka wawasan baru buat aku, jadi pengingat diri

    BalasHapus
  22. Terima kasih sudah menuliskan ini Mba Dian. Masya Allah jadi berkaca sama diri sendiri. Memang benar ya emosi orang tua itu berdampak sama anak. Jadilah ibu yang bahagia, ini memang butuh kerja sama dari pasangan. Kalau perempuan bahagia dia bisa lebih baik mengasuh dan membesarkan anak. Sayangnya fatherless ini kondisi yang banyak di temukan di Indonesia, dampaknya bukan ke anak saja tapi juga ke istri sebenarnya. Makanya kita bisa jadi ibu yang bahagia ya Mba

    BalasHapus
  23. kadang kita mikirnya fatherless itu ketika anak tidak punya ayah ya. padahal arti sebenarnya adalah ketika di sebuah keluarga ayah tidak menjalankan perannya dengan benar. alhamdulillah baca tulisan ini dapat banyak ilmu soal pengasuhan anak

    BalasHapus
  24. Masha Allah tabarakallah, kajian yang sangat bermanfaat dan penuh dengan ilmu super daging sekali mba Dian. Terima kasih banyak sudah menuliskan materi kajian yang disampaikan oleh
    Ustaz Bendri kedalam artikel sehingga aku bisa ikut membaca dan menimba ilmu 😍.

    Barakallah, ibu harus bahagia ya. Supaya ibu bisa semakin berdaya dan mengurus keluarga dengan penuh kasih sayang serta ketenangan.

    BalasHapus
  25. Poin tentang "frozen emotion" dan pentingnya tanggul kesabaran dari kualitas sholat bikin kita makin sadar, kalau kontrol emosi itu bukan cuma soal tahan marah, tapi juga memperkuat spiritual dan batin. Tulisannya asik dan sangat relatable buat para orang tua.

    BalasHapus
  26. Senangnya disampaikan oleh mbak Dian melalui artikel ini, karena kajiannya mengena semua. Apalagi mengulas pula sejarah kehidupan nabi, yang menjadi pembelajaran buat kita.

    BalasHapus
  27. Masya Allah komplit mbaaa makasih udah buat summary, eh atau ini mah dicatat semuanya yah.
    Bu Aisah Dahlan pun berkali-kali bilang ibu harus bahagia. Kalau ibu bahagia, anak 3x lipat bahagia. Ini mantraku supaya always be happy mengasuh anak karena ngefeknya mood-ku itu bisa menular ke keluarga.

    BalasHapus
  28. Seru banget kak Dian ikut kajian ajo Bendri (panggilan buat ustadz Bendri)
    Memang ya kalo fatherless itu langsung kerasa di ibunya. Istri gak stabil emosi saat menghadapi anak karena suami gak mau ikut serta. Akibatnya anak yang dibesarkan pun emosinya gak stabil. Yuk para ayah, hadirlah dalam mengasuh anak. Karena percakapan anak dan ayah lebih banyak disebut di Al-Qur'an dari pada percakapan ibu dan anak.

    BalasHapus
  29. Kajian yang super lengkap dan penuh manfaat, berasa tercerahkan setelah ikut kajian yah. Betul juga sih berdoa minta umur panjang tapi kalo udah tua takut merepotkan anak yah, yah semoga kita selalu sehat aja dan gak ngerepotin siapa pun yaah

    BalasHapus
  30. Kajian Ustad Bendri ini seringnya tentang fatherless ya. Jadi ingat 10 tahun lalu pernah ikut kajian ustad Bendri di sekolahnya anakku. Dulu anakku kelas dua SD sekarang dah kuliah.

    BalasHapus
  31. Masya Allah lengkap banget resumenya inii, setuju banget ibu bahagia, maka anak dan suami bahagia yaa mari kita usahakan kebahagiaan kita dulu biar bisa jadi keluarga cemara yang samawa aamiin

    BalasHapus
  32. Pesannya sampai banget ke hati, ka Dian..
    MashaAllaa.. pas dengerin sambil nyatet gini jadi bisa di sharing kembali di blog dan bisa dijadikan pembelajaran bagi pembaca. In syaa Allaa jariyyah.. aammiin.

    BalasHapus
  33. Sunahnya kematian, pas makjleb di mana kedua orang tuaku udah wafat. Sedih, tapi itulah sunatullah ya semua di atur dengan baik, masya Allah

    BalasHapus
  34. Masya Allah banyak sekali ilmu dari tulisan ini. Aku baca semuanya Mbak, insyaa Allah inget deh meski dikit-dikit, hehe..
    Penting banget ya mendidik anak laki-laki supaya kelak bisa jadi suami dan ayah yang benar-benar qawwam. Ini akan ngaruh banget ya ke istri dan anak-anaknya. Kalau istri bahagia keluarga juga bahagia insyaa Allah.
    Makasih Mbak sharing ilmunya :)

    BalasHapus
  35. Terima kasih sudah share materi dari kajiannya, sarat ilmu banget nih mbak. Setuju kalau emosi anak dipengaruhi oleh kondisi emosi ortu khususnya ibunya, karena emang sejak masa kehamilan terkoneksi yaa.
    Penting bagi ortu bisa mengendalikan emosi. Aku pun masih suka tersulut apalagi pas capek trus anaknya gak mau denger hehe. Kudu lebih banyak bersabar ya mendidik anak. Namanya juga tugas ortu seumur hidup :D

    BalasHapus
  36. Beberapa tahun belakangan aku makin aktif belajar seputar parenting dan kurang lebih tumbuh kembang anak itu banyak dipengaruhi oleh relasi antara orang tuanya. Semakin bahagia keduanya, semakin baik komunikasi dan ikatan dengan anak.

    BalasHapus
  37. Mbak, itu satu kali kajian temanya ada beberapa gitu ya? Ataukah ini tema yang terbagi dalam beberapa pertemuan?

    Senang sekali bisa ikut belajar dengan membaca di blog Mbak Dian, terutama terkait dengan parenting, bagaimana membekali anak kita dengan sebanyak-banyaknya ilmu agama agar nantinya bisa menjadi landasan kokoh di saat anak-anak hidup di lingkungan yang buruk sekalipun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Satu kajian satu tema...disebutkan di flyer temanya.

      Hapus
  38. Ya Allah, keren bangyswmua bahasannya. Realita banget ya dan percontohan nya itu mengenai sekali

    Terimakasih semua kajiannya Mbak Dian
    Semoga mengalirkan banyak pahala untuk semua yang berkontribusi

    BalasHapus
  39. Masya Allah seru banget Mbak tulisannya. Saya bacanya saja sampai ngikik ketawa, bengong, tersenyum simpul dan manggut-manggut. Duh apalagi kalau langsung datang ke kajiannya. Semoga suatu saat bisa ada di kajian beliau.

    BalasHapus
  40. Seru banget kajiannya ini. Haha. Benar juga ya, serasa didukung bahwa seorang ibu memang harus bahagia. Siapa yang membahagiakan ibu? Tentu si ibu itu sendiri.

    Saya mengalami sendiri bahwa hati yang tentram dan bahagia, maka mengasuh dan membersamai anak juga jadi semangat dan happy. Tidak harus diberikan fasilitas mewah dan nafkah besar oleh suami, kalau bahagianya bekerja, maka pilih itu karena kitalah yang tahu mana yang bisa membuat bahagia.

    BalasHapus
  41. Menarik banget mba. Suka banget sama kata2 ini: "kegembiraan itu kunci dasar saat wanita menjadi seorang ibu". Ah, semoga suatu saat aku dimampukan & dikabulkan untuk menjadi seorang ibu :)

    BalasHapus
  42. Cerita ini benar-benar mengingatkan kita tentang pentingnya emosi dalam pengasuhan anak, ya! Aku jadi sadar banget bahwa sebagai orang tua, kita harus lebih bijak mengelola emosi supaya anak-anak bisa merasakan dampak positifnya. Selain itu, cara Ustaz Bendri mengajak kita untuk selalu menyambut anak dengan penuh kasih di majelis ilmu juga inspiratif banget! Semoga kita bisa terus jadi orang tua yang sabar dan penuh pengertian. Terima kasih sudah berbagi kisah ini, Mbak Dian.

    BalasHapus
  43. Anakku yang kedua dari bayi suka diajak ke mesjid, karena kalau di rumah gak ada yang jaga. Alhamdulillah dia anteng, kalau mulai rewel aku suka bawa keluar dulu biar tidak mengganggu.

    BalasHapus
  44. Makasih sekali jadi tercerahkan. Dari ke-4 level ini Alhamdulillah belum pernah melakukan marah Ghadhabun dan Ghaidzun. Semoga keluarga kita semua bisa memanajemen emosi dengan baik ya

    BalasHapus
  45. masyaAllah, aku udah lama banget pengen ikut kajian ustadz bendri, duh bener2 pengeen ikutan scr langsung mbaa hehehe. sambil ngajak suami gitu :))

    BalasHapus
  46. Masya Allah, semoga next bisa ikutan langsung jg nih.. Alhamdulillah sekarang banyak kajian yg "ramah" sama kehadiran anak2 ya, jd tetep bisa ngajak mereka dengerin kajian dg "seru" buat nambah ilmu

    BalasHapus
  47. masyaallah pas bacanya mba, pasti dpat ilmu banyak sekali ya soal agama pa ikut kajian di sana, saya baca artikelnya saja merasa takjub, dan mengomentari soal anak dibawa ke kajian memang sangat bagus dan setuju dengan melakukan sambutan pada anak, sehingga anak akan merasa betah berada di kajian seperti itu, kalau dikasih tugas resume anak akan ga mau ikut lagi kayaknya ya

    BalasHapus
  48. Ustadz Bendri ya...
    Dulu beberapa tahun lalu, anak saya masih kecil pun. Saya ikut komunitas parenting di Medan. Komunitas parenting kami ini pengeeeeennnn banget mengundang ustadz bendri sebagai pengisi kajia.
    Qadarullah ga kesampaian 😔

    BalasHapus
  49. Masya Allah, keren banget kajiannya, berisi dan humornya bikin senyum2 hehe

    BalasHapus