Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bernostalgia di Museum Pos Indonesia

Gaess, ceritanya saya sekeluarga mendadak ke Bandung di akhir pekan pertama di awal tahun 2025. Kami menginap di hotel Pullman Bandung Grand Central di pusat kota. Karena tujuannya menghabiskan sisa libur sekolah saja, jadi memang terniat enggak mau jauh-jauh perginya. Jalan kaki saja ke destinasi di sekitaran hotelnya, kulineran agak jauhan, dan sisanya rebahan!

Alhamdulillah meski sebentar kami bisa melipir ke Museum Pos Indonesia yang ngesot  dekat saja letaknya dari Pullman Bandung. Sebuah museum yang terbuka untuk umum dan bertujuan agar masyarakat dapat mengenal pos dan menghargai nilai yang terkandung di dalamnya.

Meski saat ke sini saya agak bingung juga menjelaskan pada si Adik yang merupakan produk Gen Z yang saat melihat prangko awalnya mengira itu meterai. Yup, sebelumnya memang dia tidak pernah menggunakan benda ini!😀

Berbeda sekali dengan Ibunya yang sangat familiar dengan prangko dan printilannya. Karena zaman (((muda))) dulu menjadikan prangko alat mencapai SKK (Syarat Kecakapan Khusus) Pramuka Pengumpul Prangko, dan (surat tepatnya) sebagai sarana komunikasi dengan gebetan orang tua saat tinggal di perantauan.



Tentang Museum Pos Indonesia

Berlokasi menyatu dengan Gedung Kantor Pusat PT Pos Indonesia di Jalan Cilaki 73 Bandung (di sebelah timur Gedung Sate, Museum Pos Indonesia bernama awal Museum PTT (Pos, Telegrap dan Telepon).

Didirikan pada tahun 1931, mulanya museum ini hanya menyajikan benda koleksi sebatas prangko, baik dalam maupun luar negeri. Nah, menyadari arti pentingnya peran dan fungsi museum sebagai sarana pendidikan, informasi dan rekreasi untuk generasi muda pada masa kini dan mendatang maka dilakukanlah renovasi. Tujuannya, agar dapat terpelihara serta lestari kekayaan warisan budaya dalam pelayanan pos Indonesia.

Kemudian, bertepatan dengan Hari Bhakti Postel ke-38 pada 27 September 1983 diresmikanlah Museum Pos dan Giro ini dengan mengubah orientasi pelayanan juga pengembangan benda-benda koleksinya yang mana benda koleksinya ditambahkan dengan peralatan, visualisasi dan diorama kegiatan. 

Selanjutnya, pada 20 Juni 1995 museum berganti nama lagi menjadi Museum Pos Indonesia berbarengan dengan perubahan status Perum Pos dan Giro menjadi PT Pos Indonesia. Hingga kini Museum Pos Indonesia tampil dengan nuansa baru yang harapannya mampu menambah motivasi masyarakat untuk berkunjung dan sebagai sarana edukasi, informasi dan rekreasi.



Temukan Sejarah Pos Indonesia  di Museum Pos Indonesia

Oh ya, mengunjungi Museum Pos Indonesia ini gratis yagesya, dirimu hanya diminta support-nya untuk follow sosial media Museum Pos Indonesia: IG @museumposindonesia

Dari gerbang utama gedung, kamu bisa langsung ambil jalan ke sisi kiri untuk menemui pintu masuknya. Setelah mengisi buku tamu, pengunjung akan di arahkan untuk menuruni tangga dan memasuki area museum.

Area museum tidaklah terlalu luas namun berdasarkan info di brosur, bisa menampung hingga 250 pengunjung sekaligus. Ada beberapa ruangan terpisah yang setiap ruangannya menyimpan koleksi benda pos yang masih terawat dengan baik. 

Selain benda koleksi terkait pos ada juga informasi mengenai sejarah perposan Indonesia di masa kerajaan, sebelum kemerdekaan, masa pemerintahan penjajahan, dst, kisah pos zaman kuno, pencetus prangko, prangko pertama di dunia, kode pos Indonesia, dan lainnya.

Ada juga koleksi terkait perposan: mesin ketik dan mesin cetak kuno, tera tangan direksi pos, foto pimpinan pos dari masa ke masa, replika prangko emas, juga surat emas dari berbagai raja-raja nusantara kepada para Komandan dan Jendral Belanda.

Tak lupa beraneka koleksi seperti: prangko pertama dengan bahan kulit gunungan dan kain batik, koleksi prangko bergambar Presiden Soekarno hingga Presiden Jokowi, moda transportasi petugas Pos Indonesia dan seragamnya dari masa ke masa, bis surat dari waktu ke waktu, koleksi prangko dari penjuru dunia dan lainnya.


 

Tips Mengunjungi Museum Pos Indonesia

Buka Senin - Jumat 09:00 - 15:00 WIB, Sabtu 09:00 - 13:00 WIB, sementara Minggu / Hari Besar Lainnya LIBUR, Museum Pos Indonesia dapat memberikan kilas balik kehidupan bangsa Indonesia pada zaman dahulu. 

Pas banget mengunjungi museum ini bersama keluarga, sebab anak-anak akan mengenal benda-benda pos bersejarah dan bertambahlah khasanah pengetahuan mereka tentang sejarah pos Indonesia. Surat, prangko, peralatan, dan benda-benda lain dalam Museum Pos Indonesia bisa menjadi pengingat sejarah pos yang mulia dan berperan penting hingga saat ini.

Nah, jika berencana berkunjung ke Museum Pos Indonesia, berikut adalah beberapa tips agar kunjungan kamu lebih menyenangkan dan bermanfaat:

  1. Jam operasional: pastikan datang pada jam buka agar tak kecewa
  2. Lokasi: mudah aksesnya, berada di pusat kota, kalau pakai kendaraan pribadi sebaiknya parkir di tempat parkir resmi lalu jalan kaki agar bisa sekaligus ke tempat menarik lain di sekitarnya
  3. Kenakan pakaian yang nyaman agar leluasa saat mengelilingi museumnya. 
  4. Jangan lupa membawa air minum jika diperlukan, tetapi pastikan mematuhi aturan larangan makan dan minum di dalam museum.
  5. Jangan lewatkan berbagai koleksi dan informasi yang ditampilkan
  6. Dokumentasi: gunakan kamera atau ponsel untuk mengabadikan koleksi menarik, jangan lewatkan spot foto yang keren untuk dijadikan kenangan dan dibagikan di media sosial
  7. Manfaatkan area sekitar: sebelum atau setelah dari museum, kita bisa berjalan-jalan di sekitar Gedung Sate atau mengunjungi taman-taman di dekatnya.

@dianrestuagustina Museum Pos Indonesia💝 #museumposindonesia ♬ blue - yung kai


Yuk Mengunjungi Museum Pos Indonesia!


Saya puas mengunjungi Museum Pos Indonesia ini. Ada sedikit saran untuk penelola: sebaiknya ditambahkan petunjuk arah dimana letak pintu masuk museum dari gerbang utama, karena letaknya yang membingungkan bagi yang belum pernah ke sini (meski ada petugas security yang ramah dan siap memberi informasi).

Juga area museum belum ramah disabilitas, karena hanya ada akses tangga. Walaupun bisa dimaklumi karena bangunan ini adalah cagar budaya sehingga renovasi hanya bisa dilakukan sebatas untuk perbaikan saja.

Kemudian, sebaiknya ada penjaga di area museum, agar bisa mengingatkan pengunjung jika ada yang melakukan tindakan yang bisa mengarah ke kerusakan pada koleksinya. Saat saya berkunjung, meski hanya ada beberapa keluarga tapi tak ada satu petugas pun yang berjaga. Dua petugas dan satu security berjaga bersama di area buku tamu tadi.

Well, Museum Pos Indonesia layak masuk ke list referensi museum yang harus teman-teman kunjungi saat ke Bandung. Sebab dirimu bisa menikmati pengalaman sejarah yang kaya di Museum Pos Indonesia.

Meskipun kini eksistensi dan pemanfaatan pelayanan pos mulai terhempaskan dan kurang termanfaatkan secara optimal karena banyak masyarakat yang mulai beralih menggunakan teknologi canggih untuk berkomunikasi. Tapi, pelayanan pos adalah layanan yang harus tetap terjaga eksistensinya sebagai salah satu alat untuk berkomunikasi secara konvensional yang dilakukan dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Alhamdulillah, akhirnya libur telah usai, saatnya pulang ke Jakarta dan kembali ke rutinitas biasa. Berkegiatan sebagai ibu rumah tangga yang sesekali menikmati me time-nya dengan ngeblog, arisan, ngedrakor dan rebahan. 

Sudah ada list yang panjaaaaang, baik drama maupun tontonan lainnya yang akan saya nikmati untuk mengawali tahun 2025 ini. Sebelumnya tentu saya bakal kepoin dulu info Ulasan Ending Drama Korea dan Variety Show Korea di blog Teh Lendy Agassi yang komplit..plit..plit!💖



Salam Semangat

Dian Restu Agustina














Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

9 komentar untuk "Bernostalgia di Museum Pos Indonesia"

  1. Aku udah dua kali ke Museum Pos Indonesia ini. Sekarang bagus iiih layoutnya dan lebih cerah gitu. Yang ada sepeda tua itu, dulu ada manekin beberapa Pak Pos gitu, seukuran orang beneran. Ngeliatnya ada perasaan gimanaa gitu...takut gerak...hihihi. Mana tempatnya kan di basement.
    Mau ah ke sana lagi. Seneng aja liat perangko-perangko jadul dan sejarah surat-menyurat zaman dulu.

    BalasHapus
  2. Inget masa masa jadi anggota sahabat pena. Inget kalau beli koran atau tabloid, suka ada alamat rumah artis di akhirnya dan kirim surat fans ke sana. Ada yg dibalas, ada yg enggak. Senang banget ketika dibalas dan mendapat foto yg ada TTD si artisnya
    Perangko sampai sekarang juga saya masih simpan ada dua album. Hemmm...bakalan terulang lagi gak ya jama. Keemasan pos Indonesia seperti dulu?

    BalasHapus
  3. Wow ternyata ada ya museum pos dan bagus banget isinya. Semoga PT Pos Indonesia makin jaya dan meneruskan kesuksesan kedepannya.

    BalasHapus
  4. Wah, Museum Pos Indonesia ini wajib sekali dikunjungi ya, Mbak Dian. Karena pengetahuan juga bagi para gen z. Dan setahu saya, Bandung memang pusatnya filateli.
    Hanya mungkin biar semakin menarik pengunjung, waktu liburnya diubah ya. Minggu buka, senin libur seperti museum lainnya di Jakarta. Soalnya justru kalau minggu kan orang ramai ke Bandung. Anak-anak sekolah juga bisa berkesempatan datang.

    BalasHapus
  5. Memang kalau ke museum pos, anak-anak gen Z sekarang pasti banyak yang baru dilihatnya😆 Bahkan saya sendiri pun ada juga. Makanya perlu sering-sering main ke museum pos ya, biar menambah pengetahuan dan tahu sejarah di negara sendiri.

    BalasHapus
  6. Dulu pak Pos selalu dinanti kehadirannya, membawa kabar dari keluarga dan kolega yang jauh

    BalasHapus
  7. walah udah berpuluh tahun tinggal di Bandung, selalu lupa mau ke museum pos
    Padahal dulu pengajian tiap minggu di jalan Cilaki, di rumah seorang teman
    tapi kok ya sepulang pengajian ya pulang begitu saja
    Tentang gak ramah disabilitas, mungkin karena ini bangunan kuno, dibangun sejak penjajahan Belanda dan masa itu masyarakat belum ngeh tentang kepedulian disabilitas
    walau sebenarnya bisa direhab ya? untuk memudahkan teman2 disabilitas kita

    BalasHapus
  8. Dulu pas kuliah di bandung, pernah ke kantor pos pusat di samping gedung sate ini, tapi nggak tahu kalau ternyata ada museumnya, dan masuknya gratis pula.
    Semoga walau penjaga terasa kurang, tak ada pengunjung yang jahil ya

    BalasHapus
  9. Alhamdulillah, ada nama blogku, hehehe.. ko mendadak seneng.
    Tapi memang Bandung pas liburan kemarin asik dan seru banget sii.. Meski kudu cerdas juga dalam management waktu karena yaah.. uda pasti bakalan rame dimana-mana.
    Kalo nginepnya di pusat kota banget, kaya di hotel Pullman Bandung Grand Central Bandung, mau kemana aja, enak nih..

    Uda bosen ke Lembang yaa, ka Dian?
    hehehe..

    BalasHapus